Tittle : Falling
In Love With My Idol Chapter 3
Author: Kim Hye
Jin_MRS
Main cast :
WooGyu (Woohyun X Sunggyu)
Support cast :
Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre :
Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk
semua anak woogyu yang bertebaran di dunia
Length
: Chapter 3 of...?
WARNING :
pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo
bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi
Author yang baik
NOTE : FF ini
benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada
kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy
Reading ~0~)
Sebelumnya
dichapter 2
Woohyun
menurunkan pandangannya, melihat obyek yang lebih indah dari pada kembang api
‘aku akan membuatmu tersenyum gyu, seperti sekarang ini’ bisik Woohyun dalam
hati
Chapter 3
Setelah acara
pertunjukan kembang api di sungai han selesai, Sunggyu dan Woohyun pun pulang. Woohyun
memutuskan mengantar Sunggyu ke rumahnya, hitung-hitung itu menambah wawasannya
tentang Sunggyu.
“gomawo untuk
waktumu gyu...” Sunggyu hanya menganggukkan kepalanya merespon ucapan Woohyun.
“sederhana saja hyun, anggap saja aku peduli dengan tablemateku. Emm...
sebelumnya aku juga tak pernah menanggapi orang lain dengan serius. Kau orang
ke dua setelah sungyeol, asal kau tau itu” Woohyun tersenyum mendengar ucapan Sunggyu.
Seandainya saja sekarang tak ada Sunggyu, bisa dipastikan Woohyun jingkrak-jingkrak
sambil teriak tak jelas karena terlalu senang mendengar penuturan Sunggyu
“baiklah gyu
aku pulang dulu”
“hati-hati” Woohyun
menganggukkan kepalanya. Sunggyu melambaikan tangannya sambil menampakkan
senyum manisnya. Setelah itu Woohyun pun menginjak gas mobil mewahnya
meninggalkan Sunggyu yang terus menatapnya hingga menghilang di belokan gang
Sunggyu
membalikkan badannya dan terus melangkahkan kakinya menuju rumah kontrakan
reyotnya, jangan lupakan senyuman yang terus tercetak dengan manis di bibirnya
setelah kepergian Woohyun tadi. “apa-apaan kau gyu! Kau harus bersikap jual
mahal padanya” monolognya. Sunggyu membuka pintu kontrakannya dan bersiap untuk
tidur di kasur yang kerasnya bak batu itu setelah mengaitkan tas ranselnya di
gantungan dan menyiram tubuhnya dengan air. Sebelum itu juga ia menyiapkan buku
untuk pelajaran besok dan mengecek pr-pr yang harus ia kerjakan. Setelah siap
semua, Sunggyu langsung menjatuhkan badannya di kasur dan siap untuk berangkat
ke alam mimpi indahnya, mungkin.
Other_side
Bukk!!
Woohyun
menjatuhkan dirinya di kasur empuk bak kapasnya yang nyaman, lalu membalikkan
badannya ke arah samping. Kembali bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum
manis disana. Bagaimana tidak? Di setiap dinding kamarnya ini penuh dengan
foto-foto Sunggyu sejak Sunggyu kelas 1 SHS. Mulai dari Sunggyu senyum, cemberut,
makan di kantin sekolah, berjalan dikoridor, Sunggyu yang tengah membungkukkan
badan pada pelanggan dengan seragam kafenya, bahkan foto Sunggyu yang tengah
memasang sepatunya pun ada. Pokonya semuanya ada. Entahlah kapan semua itu Woohyun
ambil, intinya ia selalu menggunakan waktu luangnya untuk mengambil foto-foto
sang idol dengan cara sembunyi-sembunyi. Tunggu! Kalau seperti ini, berarti Woohyun
mengambil obyek tanpa minta izin dengan obyek. Berarti dia sama saja dengan
mencuri...
“kim Sunggyu...
kenapa kau selalu memenuhi otakku eoh! Obat apa yang kau bubuhi pada makananku
hingga aku bisa sepeti ini?” monolognya. Setelah itu Woohyun kembali
senyum-senyum sendiri. Karena dirasa kantuk mulai menghampirinya, ia memberanjakkan
dirinya menuju kamar mandi guna membasuh badannya yang sangat lengket sebelum
matanya benar-benar tak kuat menahan kantuk
∞W∞G∞S∞
“eughhh....”
samar-samar terdengar lenguhan dari ruangan kecil ini. Sunggyu tampak
menggeliat tak nyaman dengan tidurnya. Keringat bercucuran menyelimuti badannya,
kepalanya terus bergerak kanan kiri dan tangannya terus mencengkram bantal
dengan kuat
“eomma...” gumamnya
bergetar
‘bukk!!
Bukk!!!’
“eomma...” kembali gumaman lirih itu terdengar
‘aku lelah
bersikap baik padamu!!!’
Buk!! Bukk!!
Bukk!!
Guk! Guk! Guk!!
‘ahhhhhh!!!!!!’
“eomma!!!”
teriak Sunggyu, reflex ia bangun dari tidurnya dengan napas yang
terengah-engah, degup jantungnya tak beraturan sedangkan keringat dingin terus
keluar dari pori-pori kulit Sunggyu. Tangan bergetarnya terulur mengambil
ponsel yang ada di nakas disamping tempat tidurnya. Karena darurat, langsung
saja kontak teratas menjadi pilihannya. Jika tak salah, nomer itu baru ada
diponselnya. Jika memang sudah lama, tak mungkin ada di urutan teratas
“yeobseyo...”
terdengar nada serak dari seberang menandakan orang yang ditelpon sendiri baru
bangun tidur. Dengan takut Sunggyu menjawab. “yeobb-yeobseyo...”
“gyu? Kau kah
itu?”
“woo-Woohyun-ah...”
“ada apa gyu??”
“Woohyun-ah
hiks... hiks..”
“Kenapa kau
menangis? Apa ada yang mengganggumu?”
“.....” karena
tak ada respon dari Sunggyu, Woohyun pun dengan segera memberanjakkan dirinya. “tunggulah
disana, aku akan segera ke rumahmu” langsung saja Woohyun mengambil mantel
tebalnya dan kunci motornya, melesat begitu saja di jalanan seoul yang masih
ramai walaupun jam sudah menunjukkan jam 00:00 KST
Tok! Tok! Tok!
Setelah Woohyun
melalui perjalanan sekitar 10 menit akhirnya ia sampai di kontrakan Sunggyu,
dengan segera ia mengetuk pintu tapi tak ada jawaban. Woohyun bingung cara
membuka pintu, apakah ia harus mendobrak pintunya? Tapi bagaimana kalau nanti
rusak? Ia tak ambil pusing, langsung saja ia hantam pintu itu dengan badan
atletisnya. Rusak memang yang diharapkannya kan? Biar nanti sunggyu minta
tolong padanya dan ia bisa mengajak Sunggyu tinggal diapertemannya saja
Woohyun
menelusuri setiap sudut ruangan kamar ini, terlihat hanya ada satu kamar.
Mungkin itu kamar Sunggyu. “gyu? Apa kau didalam?” tanyanya. Tak ada jawaban, Woohyun
pun melanjutkan langkahnya memasuki ruangan itu
Samar-samar Woohyun
mendengar isakan yang sangat lirih dari ruangan itu. “apakah itu kau gyu?”
tanyanya lagi namun masih tak ada respon. Pelan Woohyun membuka kamar yang tak
terkunci itu mendapati Sunggyu yang tengah meringkuk di pojokan kamarnya masih
dengan selimut tipis yang ia jadikan sebagai alat untuk menyembunyikan
badannya, walaupun sebenarnya percuma. Segera Woohyun memeluk tubuh bergetar Sunggyu,
saat itulah tangisan Sunggyu semakin menjadi
“gyu? Kau
kenapa? Apakah ada yang menyakitimu?” ucapnya sambil mengelus lembut punggung
basah Sunggyu yang tadi terkena keringat. Masih tak ada respon, yang terdengar
di telinga Woohyun hanya isakan kecil Sunggyu
“sssstttttt...
hey! Sekarang tenanglah jangan takut, disini kau tak sendirian lagi. Tenanglah,
aku akan ada disini gyu...” ucap Woohyun lagi sambil menepuk punggung Sunggyu.
Lama Woohyun menenangkan Sunggyu, akhirnya tangisan Sunggyu pun mulai hilang. Woohyun
membantu Sunggyu berjalan kembali ke kasurnya dan mendudukkan badan Sunggyu
disana di kepala tempat tidur. Woohyun pun mendudukkan dirinya di kasur
disamping Sunggyu
“mi-mian hyun,
aku merepotkanmu” ucap Sunggyu sambil menundukkan kepalanya. Yang ada sekarang hanya
perasaan malu dan perasaan bersalah pada Woohyun. Malunya, kenapa dia harus
menghubungi Woohyun dijam-jam seperti ini, ditambah mereka baru kenal satu hari.
Bersalah, karena Sunggyu merasa mengganggu tidur Woohyun
“kau tak
merepotkanku” ucapnya sambil mendekatkan diri pada Sunggyu. “aku lebih senang
denganmu yang seperti ini, Sunggyu yang menyenangkan bukan Sunggyu yang
menyebalkan” lanjutnya. Sekarang sudah nampa jelas, Woohyun mengikuti Sunggyu
yang bersandar di kepala tempat tidur
“boleh kau
ceritakan padaku gyu?”
“menceritakan apa?”
“emmm..
masalahmu. Jika curhat bisa mengurangi rasa gelisahmu kenapa tak cerita saja
padaku?” Sunggyu menudukkan kepalanya, mungkin untuk memikirkan ucapan Woohyun.
“kau janji tak boleh merasa kasihan padaku” Woohyun menganggukkan kepalanya
mengerti
“kau tau aku?
Aku mempunyai pekerjaan paruh waktu di dua tempat sekaligus. Pagi hari di toko
susu untuk mengantarkan susu pada pelanggan dengan mengendarai sepeda,
sedangkan malamnya aku harus bekerja di kafe paradise sampai jam setengah
sepuluh” Sunggyu menghela napas untuk melanjutkan cerita hidupnya pada Woohyun.
Orang yang jelas-jelas memang menantikan saat-saat seperti ini. Seorang stalker
akan sangat bahagia jika mengetahui hidup sang idol dengan jelas dan
pengetahuaannya tentang idolanya melebihi siapapun
“dulu aku adalah
anak seorang pejabat terkenal di negara ini. Hidup kami dulu bahagia dan serba berkecukupan.
Hanya ada aku, eomma dan appa. Walaupun appa sangat sibuk dengan pekerjaannya
tapi appa tetap menomer satukan kami, keluarganya. Hingga suatu hari eomma...
hiks...”
Woohyun menarik
kepala Sunggyu lalu menyandarkan kepala Sunggyu ke bahu tegapnya. “sttt... jika
kau tak kuat tak apa”
“tidak hyun..
aku sudah lelah menahan ini. Perasaan benci hiks... selalu meluap-luap ketika
aku melewati rumahku sendiri hiks...”
“jika kau bisa
kenapa kau menangis eoh!?”
“sudahlah hyun”
Sunggyu langsung menggeser tempat duduknya, mengangkat kepalanya lalu menatap
tak suka pada Woohyun sambil mengusap kasar air matanya. Tapi Woohyun malah
tersenyum melihat tingkah imut Sunggyu. Mungkin menurut Woohyun tingkah Sunggyu
yang menyebalkan kembali lagi. Padahalkan Woohyun mengatakannya juga untuk
kebaikan Sunggyu agar Sunggyu tak menangis
Woohyun menarik
kembali Sunggyu sambil melempar senyumannya. Ingat kata Sunggyu ‘kau harus jual
mahal padanya’. Itulah yang Sunggyu lakukan. “kemarilah gyu! Aku tau kau butuh
sandaran” Sunggyu pun menyerah, kembali ia dekatkan dirinya dan menyandarkan
kepalanya di bahu Woohyun
“suatu hari
eomma ketahauan baru datang dari rumah sakit. Appa yang merasa curiga langsung
menanyakan keadaan eomma pada dokter pribadi keluargaku. Saat itulah aku baru
tau kalau eomma sedang terkena kanker stadium empat. Dua bulan setelah itu
eomma meninggalkanku dengan appa. Hilang sudah kebahagiaan keluarga kami”
“....” Woohyun terdiam
mendengar penuturan Sunggyu. Ia tau pasti saat itu baru berumur 16 tahun. Woohyun
terus mengelus punggung Sunggyu guna memberikan kenyamanan dan kehangatan
padanya. “hari kelulusan yang paling ditunggu eomma berjalan sangat
menyedihkan. Malam itu appa menikah lagi dan tak datang ke acara pelulusanku.
Tahun pertamaku di SHS semakin buruk. Appa meninggal dan aku tinggal dengan
eomma tiriku” Sunggyu membangkitkan kepalanya dari bahu Woohyun membuat
pandangan Woohyun mengikuti pergerakan Sunggyu. Sunggyu melepas sapu tangan
yang selalu menutupi kulit dibawah sikunya. “lihat ini, luka ini aku dapatkan
malam itu” benar saja, Woohyun mendapati bekas luka seperti sebuah gigitan yang
cukup dalam disana. “dan malam ini aku kembali memimpikan kejadian malam itu”
Flashback
Sunggyu Pov
“ampun
eomma!!!” lagi-lagi aku mengerang kesakitan saat rotan bambu itu menimpa tubuh
ringkihku. Malam ini pun seperti malam-malam sebelumnya. Dipukuli-dipukuli lagi
oleh eomma tiriku. Malam ini karena aku memecahkan satu piring, malam sebelumnya
karena aku mengganti vas bunga kesayangannya ke warna putih akibatnya ia
menghantam kepalaku dengan vas itu didepan semua pelayan hingga kepalaku robek.
Untung ada ahjumma park yang baik mengobati kepalaku.Malam-malam sebelumnya
banyak sekali alasan lain yang menurutku hanya kesalahan kecil yang ia buat besar.
Disaat seperti ini aku hanya bisa meringkukkan tubuhku di lantai sambil
menerima pukulan-pukulan kerasnya
Bukk!! Bukk!!
“kau tak tau
betapa muaknya aku melihat wajahmu anak sialan!!” kembali umpatannya ia
semburkan padaku
Duakkk!! Duak!
Duak!
Eomma menendang
perutku. Ingin rasanya aku pingsan saja sekarang ini, tapi sayang aku tak bisa.
Walaupun aku pura-pura pingsan pun eomma akan tetap memukuliku sampai ia lelah
sendiri. “ampun eomma hiks.... aku akan mengganti piringnya, aku janji hiks..
hiks..” seruku dengan sisa kekuatanku yang tersisa. Aku sudah tak kuat dengan
siksaan yang selalu ia timpakan padaku. Apa aku terlalu naif di depannya hingga
ia terus memukuliku?
“mengganti?
Dengan apa? Apa kau punya uang? Ck!” aku terus terisak. Benar, dengan apa aku
menggantinya. Sekarang uang tabunganku sudah habis
Srettt!!
Kulihat eomma
mengambil selimut kamarku lalu membungkus tubuhku dengan selimut itu. Gelap.
Indra penglihatanku tertutupi dengan selimut yang telah membungkus tubuhku
Duakk!!
Eomma
menginjakku yang berada dalam selimut berkali-kali. Memukulku lagi dengan rotan
yang ada ditangannya. “ahhhh!!! Eomma!! Ampun eomma!! Hiks.. hiks.. appa!!”
teriakku kesakitan. “rasakan itu!!”
Buk!! Bukk!!
Duakkk!!
Pukulan,
tendangan dan injakan kakinya terus diterima tubuhku. “hiks.... hiks.. hiksss
appa bawalah aku denganmu. Aku ingin ikut dengamu appa hiks... hiks...”gumamku
Duak!!
Kembali eomma
menginjakku menghiraukan isakanku. Aku hanya bisa memohon padanya untuk segera
menghentikan penyiksaan beruntunya, berteriak kesakitan dan menangis
-
-
Sepertinya
eomma sudah puas, kudengar eomma menjatuhkan rotannya dan derap langkah kakinya
semakin menjauh dariku membuatku sedikit bernapas lega. Pelan dengan menahan
seluruh sakit yang ada ditubuhku aku menyingkap selimut ini, ada bercak darah
di selimutku. Ahh!! Kakiku terkena high heelsnya. Aku mengumpulkan kekuatanku
untuk melihat keadaanku di depan cermin. Kulihat paha kiriku membiru, lututku,
sikuku merah seperti ingin mengeluarkan darah, dan punggungku yang paling
sakit. Aku tak tau kenapa dengan punggungku, apa ada luka atau juga berubah
warna seperti perpotongan-perpotongan tubuhku yang lain. Intinya ini sangat
sakit
Kudelikkan
mataku, pintu kamar terbuka. Sebuah ide yang mungkin akan membuatku eomma
semakin marah lewat dikepalaku. Dengan tertatih-tatih, aku melangkah kakiku
melewati pintu kamar, tangga, dan ruang tamu hingga sampailah aku di depan
pintu utama rumahku
Ceklek!!
Pintu terbuka,
angin dingin langsung menusuk kulitku yang penuh luka. “ya!! Kim Sunggyu!!
kembali kau!!” ku tolehkan kepalaku, eomma berteriak sambil menodongkan jarinya
padaku. Aku berlari menghindari kejarannya, berlari terus berlari
“aku tak mau
kembali, aku tak mau kembali, aku tak mau kembali” terus ku ucapkan kalimat
tersebut sambil terus berlari menghindari kejaran eomma tiriku
Guk! Guk! Guk!!
Anjing! Anjing
eomma mengejarku. Ingin rasanya aku mempercepat lariku tapi terhambat dengan
luka di kakiku yang tadi diinjak dengan high heels eomma
“ahhhh!!!” anjing itu menggigit lengan
bawahku, aku pun terjatuh. Aku menoleh kebelakang mendapati anjing yang
seakan-akan siap menyantapku. Hap!! Anjing itu melompat ke arahku
“ahhhh!!!” lama
aku terdiam sambil mengangkat tanganku untuk menutupi wajahku menghindari
gigitan anjing itu, tapi tak ada. Saat aku membuka mataku rupanya di depanku
ada pengawal eomma yang sedang memegang tali anjing itu dan imoku, saudara
eomma kandungku
“gyu!!”
Aku langsung
memeluknya. “imoo!! Aku tak mau tinggal disini, aku ingin tinggal denganmu
imo... hiks.. hiks...” isakku. Imo menurunkan badannya guna menyamakan tinggi
badannya denganku
Imo membelai
pipi kananku yang memerah karena tamparan eomma, meneliti setiap perpotongan
tubuhku yang membiru lalu memelukku. “ikutlah... hiks.. kenapa hidupmu jadi
seperti ini gyu? Maafkan imo yang datang terlambat eoh!” rupanya imo sudah tau
keadaanku, tangisannya pecah dihadapanku. Aku pun ikut menangis hingga air
mataku membasahi pundaknya
Imo mengangkat
wajahku. “kau tunggulah disini bersama ahjumma park” aku mengangguk. Jadi
ahjumma park yang memberi tau imo, aku tersenyum sambil melangkahkan kakiku
menuju ahjumma park yang berada di luar pagar rumah besarku
Flashback End
“malam itu
siksaanku berakhir” Woohyun menolehkan kepalanya ke samping menghindari
kecurigaan Sunggyu bahwa dirinya tengah menangis mendengar cerita Sunggyu.
“malam itu aku keluar dari rumahku sendiri dan tinggal bersama imo”
“lalu sekarang
imomu ada di mana? Kenapa kau tinggal disini?”
“imo terlilit
hutang, ia sekarang berada di Itali mencari pekerjaan disana. Jadi aku tinggal
disini”
“emm... gyu..”
“wae?”
“maukah kau
ikut denganku?”
“kemana? Ini
sudah malam hyun...”
“tinggallah di
apertemanku” Sunggyu menatap Woohyun heran. “sebagai pelayanku” lagi-lagi Sunggyu
mendelikkan matanya. “emm.. dengar, kau disana benar-benar menjadi pelayanku,
bukan pelayan dengan maksud lain” Sunggyu tampak tengah berpikir. Selang
beberapa menit berlalu akhinya Sunggyu memutuskan... “bisakah kau memberiku
waktu?” itulah jawabannya
“baiklah, besok
di sekolah aku tunggu jawabanmu” Sunggyu tersenyum sambil menganggukkan kepala.
“sudah jam dua, apa tak apa kalau kamu aku tinggal sendiri?”
“gwenchana,
sebenarnya tadi aku juga tak ada niat buat menelponmu. Karena kontakmu baru
jadi nomer ponselmu ada di paling atas. Sebenarnya aku ingin menelpon dongwoo
hyung”
“andwee!!” Sunggyu
nampak bingung dengan respon Woohyun. “emmm... kau harus selalu menelponku”
lagi-lagi Sunggyu dibuat bingung dengan sikap Woohyun yang yahh.. menurutnya
tak biasa. “ya!! Waegeure? Aku hanya menelpon dongwoo hyung”
Woohyun
memberanjakkan dirinya dari kasur Sunggyu bersiap untuk pulang. “ahh!! Sudahlah
aku mau pulang, pokoknya kalau ada apa-apa kau harus menelponku” ucapnya. “dan
jangan lupa, jawabanmu ku tunggu besok” sambungnya lagi sebelum menutup pintu
kamar Sunggyu. Sunggyu tak mengantar Woohyun sampai depan pintu, lagian Woohyun
tak akan tersesat hanya dalam kontrakan kecilnya kan?
Sunggyu
tersenyum setelah Woohyun benar-benar menghilang dibalik pintu kamarnya. “dasar
aneh” gumamnya. Setelah itu kantuk mulai menjumpai Sunggyu lagi, segera ia
tarik selimut tipis untuk mengurangi dinginnya malam
Matanya tak
bisa terpejam, perasaan takut bermimpi kembali menghampirinya. Sudah hampir
setiap malam mimpi itu selalu mengganggu tidurnya, mimpi yang sangat mengerikan.
Malam-malam sebelumnya biasanya sunggyu menelpon dongwoo tapi entah kenapa nama
dongwoo tak terbesit sama sekali di kepalanya. Walaupun ngantuk, namun bola matanya
masih berputar-putar menelusuri setiap sudut kamarnya
Ting!!
Sebuah pesan
masuk memecah ketakutan Sunggyu. Ia mengambil ponsel yang ada di sampingnya,
tertera nama Woohyun disana. Sunggyu pun membuka pesan itu, rupanya sebuah
voice note. Ia klik, terdengarlah suara bas Woohyun dari benda persegi
panjangnya
‘jangan takut,
kau tak sendiri. Aku Nam Woohyun, aku yang akan menjagamu. Aku yang akan
menjagamu, aku akan selalu berada disampingmu. Jangan takut Kim Sunggyu, kau
tat sendiri’
Begitulah isi
voice note yang Woohyun kirimkan pada Sunggyu. Lagi-lagi Sunggyu tersenyum
setelah mendengar voice note yang berisikan suara Woohyun itu. Dengan semangat
ia save suara itu, ia letakkan di pemutar suaranya. Lalu ia dengarkan lagi
suara Woohyun secara berulang-ulang hingga ia tidur. Rasa takut untuk bermimpi
hal-hal yang mengerikan hilang sudah tergantikan dengan suara bas Woohyun yang
memenuhi gedang telinganya hingga pagi
Other_Side
Woohyun
tersenyum dalam mobilnya setelah mendial tanda kirim pada screen ponselnya.
Voice notenya sudah terkirim pada idolnya. Dengan segera ia tancapkan gas
mobilnya membelah jalanan seoul. Masih jam dua, tersisa empat jam kesempatannya
untuk tidur sampai jam enam nanti
∞W∞G∞S∞
Woohyun
melempar mantel tebalnya pada kasur dan meletakkan kunci mobilnya di meja
belajarnya. Ia melangkahkan kakinya ke dinding kamarnya, lalu mengambil foto Sunggyu
yang sedang tersenyum entah pada siapa. “aku akan menunggu jawabanmu besok gyu”
gumamnya. Lalu ia menempelkan kembali foto itu. Setelah itu Woohyun menjatuhkan
dirinya di kasur empuknya, garis lengkung manis tak pernah lepas dari bibir
tebalnya. “kalau gyu tinggal disini, bagaimana kalau dia masuk kamarku? Dia
pasti akan tau kalau aku stalkenya. Eottokaji?” Woohyun menggulingkan badannya
kekanan kiri diatas kasurnya sambil memikirkan cara untuk tak membolehkan Sunggyu
masuk kamarnya
“ahh!!”
teriaknya frustasi. “apa aku harus membuang ini semua? Andweee!! Aku sudah
berjuang untuk mendapatkan mereka semua selama satu tahun” rengeknya. Woohyun
menutup mulutnya yang tengah menguap, ia benar-benar mengantuk. “sudahlah! Aku
tunggu dulu jawabannya besok” ucapnya sebelum ia benar-benar menutup matanya.
Besok, itu hari yang ditunggu Woohyun. Ia tak sabar ingin tinggal dengan
idolanya. Fan apaan coba yang menjadikan idolanya sebagai pelayan... ck! Dasar
Nam Woohyun
TBC
Kaku ya? Jujur,
sebenarnya waktu nulis ini author gak ada mood gitu.. makanya jangan heran
kalau feelnya kurang dapet..
Ok! Bagi
readers setia ane.. see you next chapter... kritikan
kalian sangat dibutuhkan author untuk karya author selanjutnya... jadi silahkan
kalau ada kritikan dan saran yang membangun.. author selalu menerima..
0 komentar:
Posting Komentar