Jumat, 31 Maret 2017

ff WooGyu Falling in Love With My Idol Chapter 6


Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 6
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woohyun X Sunggyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak woogyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 6 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading  ~0~)
Sebelumnya dichapter 5
‘Tuhan!! Aku berada di depan Woohyun. Dekat sekali. Tolong jantungku Tuhan! Jangan biarkan dia keluar dari tempatnya. Aku masih ingin hidup’
Chapter 6
Woohyun terus mengelus pipi merah Sunggyu tanpa mengurangi jarak diantara keduanya, sementara jantung Sunggyu terus berdetak abnormal
“ekhmm.. gyu, sebelumnya maaf. Aku harus melakukan ini untuk mengurangi merah di wajahmu” tanpa menunggu jawaban dari Sunggyu, langsung saja Woohyun menarik kembali wajah Sunggyu menghapus jarak antara keduanya
Cup! Cup!
Woohyun mencium kedua pipi Sunggyu, lagi. Setelah itu Woohyun melepas tangannya dari wajah Sunggyu dan menatap wajah Sunggyu berharap bisa mengurangi merah itu. Tapi sayang, yang ada malah kebalikan dari harapan Woohyun. Pipi Sunggyu malah tambah memerah sampai ketelinga
Woohyun kembali memegang wajah Sunggyu. “gyu, astaga! Ini tak mengurangi merahnya” terselip rasa ganjal di hati Sunggyu. Woohyun menciumnya untuk mengurangi merah di pipinya bukan dari hatinya
Perlahan Sunggyu melepas tangan Woohyun yang bertenggar di kedua pipinya. “sudah ku bilang kembali ke kamarmu hyun, aku tau cara mengatasinya jadi kau kembalilah”
“baiklah aku kembali, ingat besok jangan telat bangun” ucapnya kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar di sebelah kamar Sunggyu
“kau memanfaatkan suasana tadi hyun..” gumam Sunggyu saat Woohyun mulai berjalan menuju kamarnya, tapi Woohyun bisa mendengar ucapan, ah! lebih tepatnya bisikan Sunggyu. Woohyun malah menyunggingkan senyum dibibirnya mendengar bisikan Sunggyu. Faktanya memang begitu bukan?
“cepat tidurlah gyu, lihat jam!” ucap Woohyun setengah teriak sebelum benar-benar menutup pintu kamarnya
“pipiku akan cepat kembali semula seandainya kau tak datang kesini hyun, asal kau tau itu” monolognya
Setelah benar-benar yakin pipinya kembali semula, Sunggyu kembali ke kamarnya dan melihat jam sebentar. ‘bwo!? 12?’ mengetahui jam sudah menunjukkan angka 12, dengan segera ia menarik selimut dan membungkus badannya dengan selimut itu berharap mimpi buruk itu tak datang lagi mengganggunya
Tok! Tok! Tok!
Belum sempat Sunggyu memejamkan matanya sampai 20 menit, suara ketukan pintu kamarnya kembali membuatnya membukakan mata. Dan ia tau siapa orang yang mengetuk pintu itu, siapa lagi orang yang ada di apartement ini selain dirinya? Tentu saja itu Woohyun
Ceklek!
“ada apa hyun?”
“kalau mimpi itu datang lagi, ketuk saja pintu kamarku. Tak usah telepon Dongwoo hyung, ingat gyu” ucap Woohyun, benar kata Sunggyu kan?. Hanya itu yang Woohyun katakan, setelah itu Woohyun kembali ke kamarnya dan menutup pintunya, sedangkan Sunggyu hanya menggelengkan kepalanya. Saat Sunggyu hendak menutup kembali pintunya, kembali ia dengar Woohyun membuka pintu kamarnya membuat ia juga berhenti untuk menutup pintunya dan kembali membalikkan badannya *readers ngerti gak?
“dan gyu gantilah bajumu dengan piyama tidur, aku sudah menyediakannya dalam lemari” Sunggyu menganggukkan kepalanya tanpa berkata-kata ia menunjuk jam yang terpajang diatas tv ruang tamu. ‘00:30’ pikir Woohyun. “maaf gyu, sepertinya aku mengganggu istirahatmu” seakan mengerti dengan maksud Sunggyu menunjuk jam, ia segera kembali ke kamarnya setelah berucap demikian
Sunggyu kembali menutup pintu kamarnya kemudian menyandarkan badannya disana. “bukan sepertinya, kau memang mengganggu tidurku Nam” ucapnya. Lalu Sunggyu melangkah kakinya menuju lemari untuk mencari piyama seperti yang diucapan Woohyun
Benar saja, sebuah piyama warna pink dengan motif panda membuatnya sedikit heran. Pasalnya ia merasa piyama Woohyun sama persis dengan piyama yang sekarang tengah ia pegang hanya warnanya saja yang berbeda. (red: di V live piyama Woohyun warna biru motif panda)
∞W∞G∞S∞
Jam bulat menunjukkan angka 04:30 KST. Sudah merasa suatu kegiatan wajib bagi Sunggyu untuk bangun sebelum jam 05:00. Suara gemercik air yang bersumber dari kamar mandi kamar Sunggyu dapat didengar dengan jelas menandakan bahwa ia tengah membasuh badan lengketnya. Setelah selesai, Sunggyu mencari bajunya dalam tas yang masih belum ia letakkan dalam lemari. Sebuah kaos warna putih dan celana training panjang warna hitam ia pilih untuk pagi ini. Pagi-pagi mengayun sepeda untuk mengantarkan susu sama dengan olahraga baginya. Ia tak ingin terus menumpuk lemak pada dirinya
Setelah selesai mengganti bajunya, ia melangkahkan kakinya menuju dapur lalu mulai mencari bahan makanan dalam kulkas. Hanya terdapat beberapa bahan untuk nasi goreng. Mungkin ia memang harus memasak itu untuk Woohyun. Sebelum jam menunjukkan angka 05:00 Sunggyu harus lebih gesit memasak mengingat jarak antara apartement Woohyun dengan tempat mengambil susu lebih jauh dari biasanya
Tapi tunggu! Sepedanya! Sunggyu tak membawa sepeda bututnya. Ah!! Sudahlah itu bisa dipikirkan nanti, yang penting sekarang ia harus memasak untuk Woohyun
=====*=====
Matahari mulai keluar dari peraduan, memerintah semua makhluk untuk segera memulai kembali aktifitas dan kewajiban masing-masing. Rupanya seorang namja terusik dengan sinar mentari yang masuk melalui celah-celah jendela kamarnya. Namja itu menggeliat, mengucek matanya kemudian mendudukkan badannya di kepala tempat tidurnya. Namja itu tak lain adalah Nam Woohyun. Entah karena alasan apa, di pagi buta ini yang bahkan dirinya belum mandi, senyum tipis sudah menghiasi bibir tebal nan sexinya *author pingsan
Dengan tergesa-gesa ia berlari kecil membuka pintu kamarnya kemudian meneriakkan nama, “Sunggyu...!” teriaknya dari ruang tamu. Namun, hening
Apakah Sunggyu belum bangun? Woohyun pun melangkahkan kakinya menuju kamar Sunggyu yang kebetulan tak terkunci. Nihil, Sunggyu tak ada dikamarnya, balkon, kamar mandi, Sunggyu tak ada dimanapun. Dapur, insting Woohyun menyuruhnya untuk ke dapur karena tempat itu satu-satunya yang belum ia terlusuri. Hasilnya sama, Sunggyu juga tak ada disana. Ekor matanya melihat sesuatu di atas meja makan. Woohyun mengerjitkan dahinya melihat nasi goreng dan sebuah note disampingnya
‘selamat pagi tuan, maaf saya tidak membangunkan tuan karena saya bangun sangat pagi untuk mengantar susu. Maaf saya hanya bisa menyiapkan nasi goreng ini untuk tuan. Sepertinya saya harus belanja, kulkasnya hanya berisi minuman-minuman bersoda dan tak ada bahan makanan. Dan satu lagi, jangan menunggu saya. Apartement tuan dekat halte jadi saya bisa naik bis. Selamat makan ^_^’ begitu isi note yang Sunggyu tulis untuk Woohyun
“dia benar-benar menganggapku sebagai tuannya” gumamnya. Tangan Woohyun terulur meraih sendok dan mulai menyuapkan nasi pada mulutnya. Seakan terhipnotis, ia mendudukkan badannya pada kursi tanpa memberhentikan suapan nasi pada mulutnya
=====*=====
07:00..
Sunggyu memberikan uang 10.000 won pada stand penyewa sepeda, setelah itu ia melanjutkan langkah kakinya menuju apartement. Langkahnya terhenti ketika melewari sebuah market. Arah tatapan matanya menerawang jauh ke dalam sana, mengira-ngira barang yang akan ia beli ada apa tidak. Saat kembali tersadar, Sunggyu merogoh kantong celana trainingnya. Sesaat kemudian ia mendengus kesal, rupanya uang yang ia bawa tak cukup untuk membeli bahan-bahan makanan. Sudahlah, pulang sekolah nanti saja ia belanja
Sambil meloncat-loncat kecil Sunggyu terus melangkahkan kakinya menuju apartement Woohyun. Tak jarang ia berhenti dan membungkukkan badannya hanya untuk sekedar menyapa seorang kakek nenek yang sedang berolah raga pagi
Ckitt!
Pasword pintu apartement Woohyun berdecit tanda bahwa ada seseorang yang akan masuk. Siapa lagi yang tau pasword pintu apartement Woohyun selain Myungsoo, keluarganya, dan.... Sunggyu. Tak mungkin appanya ke sini, pasti sekarang appanya tengah sibuk dengan keberangkatannya ke Amerika hari ini, seperti yang dikatakannya semalam. Apa Myungsoo? Tak mungkin Myungsoo datang pagi buta seperti ini ke apartementnya, biasanya Myungsoo datang ke apartement Woohyun kalau Woohyun sendiri yang memintanya. Berarti...
“aku pulang!!” tak lain itu Sunggyu. Sunggyu melihat tv menyalah. Ia berniat mematikannya, tapi tidak setelah ia melihat Woohyun tengah tiduran di sofa sambil makan popcorn seperti mengabaikannya
“tu-tuan kenapa tak berangkat?” Woohyun membangkitkan tubuhnya lalu menatap Sunggyu tak suka. “jangan panggil aku dengan nama itu, aku terdengar seperti kakek-kakek yang sudah tua”
“ah!! Mianhamnida”
“jangan seformal itu gyu, bersikaplah biasa. Seperti Sunggyu yang tadi malam”
Blush!! Tiba-tiba roda merah kembali menyeruak di pipi chubby Sunggyu mengingat tadi malam. Sungguh Sunggyu benar-benar tak menyangka hari pertamanya bekerja akan terjadi hal demikian
“kau cepatlah bersiap, aku mandi dulu” ucap Woohyun. “tunggu Woohyun-ah!” Woohyun kembali membalikkan badannya. “apa kita akan berangkat bareng?”
“eum wae?”
“ani, geunya... anak-anak akan melihat kita aneh. Kita bukan saudara, tak mempunyai hubungan darah, dan lagi. Anak-anak tak tau kalau aku pelayanmu. Lalu bagaimana dengan fans-fansmu?”
“sebelum kau memikirkan itu, apakah anak-anak peduli dengan kehidupan kita?” pertanyaan Woohyun berhasil membungkam bibir Sunggyu. Woohyun tersenyum kecut kemudian melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti
“astaga! Ada apa dengan diriku? Kenapa aku jadi gugup seperti ini? padahal sebelumnya aku sudah pernah berangkat bersama Woohyun” monolog Sunggyu. Tak ingin membuang waktu, Sunggyu pun segera mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Ia harus cepat ke sekolah dan menceritakan semuanya pada Sungyeol
∞W∞G∞S∞
Seperti halnya siswa pada umumnya, pagi menjelang siang Sunggyu, Sungyeol, Myungsoo dan Woohyun memilih makan bersama di kantin dengan traktiran Woohyun. Di tengah keheningan terjadi, dimana yang terdengar hanya suara perang antara garpu dan sendok, Sungyeol tiba-tiba menyela
“gyu.. kenapa kau bisa merangkat dengannya?” tanya Sungyeol sambil menunjuk Woohyun, mau tak mau Woohyun menghentikan makannya saat Sungyeol menyeret namanya dalam perbincangannya dengan Sunggyu
“dia sekarang tinggal denganku” belum sempat Sunggyu mengeluarkan suara, tiba-tiba Woohyun menjawab pertanyaan Sungyeol. Sungyeol mendelikkan matanya meminta penjelasan Sunggyu
“eum, begitulah” Myungsoo yang dari tadi hanya fokus pada makannya kini pun ikut memberhentikan makannya. Sedangkan Woohyun tampak congkak dengan jawaban Sunggyu, seolah ia ingin meneriakkan ‘merdeka’ lantang-lantang di halaman sekolah
“Woohyun-ah, apa itu benar?”
“tentu saja myung” merasa aneh dengan respon kedua temannya, Sunggyu hendak membuka mulutnya lagi dan menjelaskan maksud kata ‘tinggal denganku’ yang dimaksud Woohyun. Namun lagi-lagi Woohyun menyela, “sudah, lanjutkan makan kalian”
akhirnya kembali semula. Myungsoo yang selalu fokus setiap sesuatu yang berhubungan dengan makanan, Sungyeol pun begitu. Beda halnya dengan Woohyun dan Sunggyu. Sunggyu menampakkan raut bertanya-tanya pada Woohyun, sedangkan Woohyun seolah ingin mengatakan ‘kau tenang saja’. Sunggyu hanya bisa mendengus kesal dengan jawaban sederhana itu. Oh ayolah! Kalau berita ini tersebar ke seluruh penjuru WHS, ia bisa mati dimakan fans Woohyun. Mungkin kali ini Sunggyu bisa berharap 2 sahabatnya ini bisa tutup mulut demi melindunginya
Makan selesai, ke empat sahabat itu meninggalkan nampan nasi di atas meja. Saat di koridor sekolah Woohyun menyikut Sunggyu dan mereka bicara ani, lebih tepatnya bisik-bisik membuat myungyeol memicingkan sebelah matanya. “yeol, apa kau percaya dengan ucapan Woohyun?”
“molla, bisa iya bisa tidak”
“kau tau kan kalau dia itu namja licik”
“tentu saja. Tuan kim, kau tau? Kau meggunjing Woohyun seperti itu, kau sama halnya dengan mengumumkan bahwa dirimu juga memiliki kepribadian itu” skakmat. Myungsoo tak bisa lagi menyembunyikan kepribadian hasil tularan Woohyun itu
“apa yang kalian bicarakan? Kenapa bisik-bisik gitu?” tanya Sunggyu. “bukankah seharusnya kami yang bertanya pada kalian? Kami bisik-bisik dan bicara serius itu merupakan hal biasa karna statusku dengan Sungyeol itu pacaran. Terus kalian apa? Pembicaraan kalian tadi seperti mengasingkan kami berdua..” Sunggyu menggaruk tengkuknya sedangkan Woohyun pura-pura tak mendengarkan ucapan Myungsoo dengan pura-pura bicara dengan fan-fannya. Benar kata Myungsoo, kenapa dia tampak akrap sekali dengan Woohyun. “tapi yang kami bicarakan hanya tentang perpustakaan sekolah” elak Sunggyu
“oh ya!? Kenapa harus bisik-bisik”
“hey! Ayolah! Itu tak penting untuk dipermasalahkan bukan?”
“tidak sebelum kalian berdua menjelaskan pada kami pernyataan kalian tadi di kantin”
“baiklah-baiklah, jangan disini. Rooftop” usul Woohyun. Setelah itu mereka pun mengikuti arah langkah kaki Woohyun menuju rooftop
“jadi tuan Nam...” ucap Myungsoo menunggu penjelasan dengan logis dari woohyun yang sekarang tengah berada di depannya. “aku yang akan menjelaskan...” sela Sunggyu. Sungyeol tampak antusias dengan ucapan Sunggyu selanjutnya
“kami memang tinggal bersama, tapi aku tinggal disana sebagai pelayannya. Seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan untuknya, belanja, mencuci dan lain-lain” Myungsoo dan Sungyeol melongo mendengar penjelasan gyu. “tak ada apapun yang istimewa, dan hari ini adalah hari pertamaku bekerja disana” lanjutnya lagi
“apakah sudah selesai?” tanya Woohyun yang dijawab anggukan oleh Myungsoo dan Sungyeol. “kalau begitu kalian bisa pergi dari sini, ada hal yang ingin ku katakan pada Sunggyu” Sunggyu mengerjitkan dahinya mendengar ucapan tuannya. Karena tak ingin berlama-lama, Myungsoo dan Sungyeol pun menyeret kakinya melangkah meninggalkan Sunggyu dan Woohyun di rooftop school
Sementara itu Myungsoo dan Sungyeol menerka-nerka nasib Sunggyu ditangan Woohyun. “myungie, apakah Sunggyu akan baik-baik saja?”
“tentu yeol, kau kira sahabatku itu monster?”
“tidak, dia lebih mengerikan daripada monster. Monster hanya membunuh, tapi dia tidak?”
“tidak gimana? Penyiksaan terakhir setauku itu pembunuhan. Kau bilang Woohyun lebih dari itu?”
“eum, dia itu membunuh orang lewat hatinya”
“aishh!! Sudah kubilang yeolli, Woohyun itu mencintai Sunggyu. Bahkan aku yakin sekarang Woohyun sudah sadar”
“apakah Sunggyu-ku juga mencintai Woohyun?”
“bisa jadi”
Ditengah-tengah perbincangan myungyeol, tanpa disengaja salah satu fan Woohyun mendengar perbincangan sederhana Myungsoo dan Sungyeol. Orang itu merupakan ketua fanclub Nam Lovers. Panggil saja dia, Key. Nam Lovers adalah nama bagi sekumpulan orang yang benar-benar terobsesi dengan Nam Woohyun
“bwo!? Sunggyu mencintai woohyun? Berani-beraninya dia!” geram Key tak percaya sambil membekap mulutnya sendiri. Langsung saja ia mengadakan pengumuman rahasia lewat teman-temannya pada semua fan Woohyun. Semua fan tampak tak terima mendengar namja miskin seperti sunggyu mencintai oppa mereka
=====*=====
 “ada apa tuan?” tanya Sunggyu sambil mendekati Woohyun yang tengah terbuai dengan semilir angin yang begitu menyejukkan. “sudah ku katakan gyu, jangan panggil aku tuan, dengan panggilan itu aku terdengar lebih tua”
“lalu...”
“panggil aku dengan nama yang biasa kau gunakan sebelum kau kerja denganku”
“ta-tapi aku merasa tak sopan”
“kau ingat kalau aku sudah mengatakannya padamu, aku ini sahab-...” ucapan Woohyun tiba-tiba terhenti. Bagaimana tidak? Saat ini jari telunjuk Sunggyu menempel dengan indah di bibir Woohyun. “jangan lanjutkan lagi” Sunggyu melepas jarinya dari bibir Woohyun. “baiklah wo-Woohyun-ah..” ucapnya.
“sekarang cepatlah katakan ada apa?” lanjut sunggyu. “tak ada, aku hanya khawatir kalau salah satu fanku mengetahui kalau kita tinggal satu atap. Mereka pasti tak akan tinggal diam”
“sudahlah, yang penting kita jaga jarak. Berharap saja semoga mereka tak curiga dengan kita, karena kita sering brangkat bareng”
“kau benar...”
“baiklah, aku turun duluan...”
“eum...”
 Setelah itu Sunggyu melangkah turun dari rooftop school sambil memegang dada sebelah kirinya. Sakit, itulah yang ia rasakan saat ini. Sunggyu tau lanjutan ucapan Woohyun yang tadi sempat ia cegah. ‘kau ingat kalau aku sudah mengatakannya padamu, aku ini sahabatmu..’ pasti itu yang ingin Woohyun katakan. Pikirnya. Ia takut mendengar kata ‘sahabat’ keluar dari bibir Woohyun. Entahlah, ia hanya tak menginginkannya
Suara gaduh dari bawah menghentikan langkah Sunggyu. Dari yang ia dengar, mungkin sekitar 5 atau 6 orang menuju ke arahnya. “kau!!” ucap orang itu sambil menuding Sunggyu dengan jari telunjuknya.  benar saja. Terdapat 5 orang tengah menatapnya dengan raut kebencian. “nega? Wae?” tanya Sunggyu dengan polos. Ada rasa takut yang terselip, ia tau dengan siapa ia bicara. Key, ketua fanclub Nam Lovers.
“cepat bawa dia!” perintahnya pada 4 orang yang mengikutinya. Sunggyu berontak berusaha melepaskan diri dari belengguan 4 orang ini tapi apalah daya ¼, ia tak mungkin mampu
∞W∞G∞S∞
Woohyun melangkahkan kakinya degan gesit mengingat keterlambatannya. Bukan karena takut dimarahi atau dikeluarkan dari kelas oleh Choi saem, tapi Sunggyu. Ia takut Sunggyu-nya kembali cuek karena dirinya yang tak disiplin
Sesampainya di kelas, bukannya membungkukkan badan pada Choi saem sebagai permintaan maaf atas keterlambatannya, tapi ia malah celingak-celinguk seperti mencari seseorang. “Ya! Nam Woohyun, apa yang kau lakukan? Cepatlah duduk, pelajaran sudah dimulai” ucap Choi saem. Baiklah, mungkin Choi saem sedikit memberi toleran dengan sikap Woohyun yang memang tak tau sopan santun dari lahir. Semua guru tau itu...
Seperti tak ada yang bicara, Woohyun masih tetap berdiri di belakang, “saem!” panggilnya sambil mengacungkan tangannya
“eoh!wae?”
“Sunggyu belum kembali”
“sudahlah, mungkin dia di perpus. Dia itu anak pintar tak sepertimu” sindir Choi saem
“tidak saem...”
“sudahlah cep-...” belum sempat Choi saem menyelesaikan ucapannya, Woohyun langsung melesat pergi ke luar kelas mencari Sunggyu tidak menghiraukan umpatan dan sumpah serapah dari Choi saem
Woohyun terus berlari mencari Sunggyu. Ia kembali ke rooftop school, mungkin Sunggyu kembali ke sana saat Woohyun sudah tak ada, pikirnya. Namun tak ada. Perpus, lapangan basket, kolam renang, LAB, dan toilet, Sunggyu tak ada dimanapun. Ponselnya tak aktif, itulah yang membuat Woohyun semakin khawatir. Sementara itu keringat Woohyun terus keluar dari pori-pori kulitnya hingga membasahi seragamnya
“gyu.. neon eodiya?” gumamnya di depan toilet. Woohyun berjalan gontai menyusuri koridor sekolah, hingga pandangannya tertuju pada sebuah ruangan paling pojok dan jarang terpakai. Samar-samar Woohyun mendengar suara isakan. Pikirannya langsung tertuju pada Sunggyu. Dengan cepat ia lari ke arah pintu ruangan itu dan langsung mengetuk pintu itu
“gyu.. kau kah itu?” tak ada jawaban. Woohyun yakin orang yang ada dalam sana Sunggyu. Sial! Pintunya dikunci dengan gembok dan rantai. Pasti akan sulit untuk mendobrak pintu ini sendirian
“gyu, bertahanlah” Woohyun terus mendobrak pintu itu, tapi tak ada hasil sama sekali. Ponsel!. Ia merogoh ponselnya kemudian mendial nomor seseorang
“myung cepatlah bantu aku, Sunggyu terkunci dalam gudang” tanpa menunggu jawaban Myungsoo, Woohyun langsung memutus sambungan selulernya. Setelah meletakkan kembali ponselnya pada kantong seragamnya, ia berusaha mendobrak pintu lagi
“bertahanlah gyu...!!” teriaknya. Tak lama kemudian Myungsoo datang dengan Sungyeol mengikutinya dari belakang. “apa yang terjadi?”
“tak ada waktu untuk menjelaskan, cepat bantu aku” sementara Sungyeol berusaha menahan tangis, dua namja seme itu terus mendobrak pintu
“Woohyun-ah, palliwa Sunggyu takut gelap” mendengar penuturan Sungyeol, semangat Woohyun untuk cepat mendobrak pintu semakin menggebu-gebu. “sebenarnya dia itu memiliki trauma apa saja sih?” tanya Woohyun ditengah-tengah usahanya bersama Myungsoo
“mimpinya, ramai, anjing dan kegelapan”
BRAK!!
Berhasil. Terlihat Sunggyu yang tengah meringkuk di bawah kardus-kardus kosong dengan menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya disana. Air matanya terus meleleh sedangkan badannya bergetar hebat. Langsung saja Woohyun berlari menghampiri Sunggyu dan membawanya kedalam pelukannya. Walaupun basah dengan keringat, tapi ia terlalu takut melihat Sunggyu dengan keadaan demikian, Woohyun tak memedulikan semuanya. Yang penting sekarang Sunggyu selamat dan kembali padanya dengan keadaan baik-baik saja. Tapi kali ini Sunggyu tak terlihat baik-baik saja
Myungsoo dan Sungyeol menatap iba pada Sunggyu. Tega-teganya orang itu mengurung Sunggyu disini. Kurang menderitakah Sunggyu selama ini?. Baru beberapa saat Sunggyu merasakan hidup dengan kehadiran Woohyun, kenapa sekarang malah mendapat penyiksaan fisik seperti ini. Mungkin bagi mereka yang tak mempunyai trauma dengan gelap akan berpendapat ini hanyalah hal biasa. Tapi beda halnya dengan Sunggyu. Ia takut gelap. Insiden waktu ia berumur 5 tahun lalu...
“hiks... hiks... dowajuseyo dowajuseyo...” gumaman lirih dapat Woohyun dengar dari bibir bergetar Sunggyu. Sungyeol mendekati Sunggyu kemudian berbisik, “sssttt!! Tenanglah gyu, Woohyun ada disini” ucapnya sambil mengelus punggung Sunggyu. Sementara itu, Woohyun semakin mengeratkan pelukannya pada Sunggyu
“hyun, sebaiknya kita bawa Sunggyu ke UKS. Ini jam pelajaran jadi tak akan banyak menarik perhatian siswa lain” saran Myungsoo. Sungyeol membantu Woohyun membangunkan tubuh bergetar Sunggyu. Mata Sunggyu terpejam rapat dan bibirnya menggumamkan sebuah kalimat tak jelas dan tak bisa mereka dengar. Woohyun mencoba menegakkan tubuh Sunggyu sambil menangkup kedua pipi Sunggyu. “dengar gyu, ini aku Woohyun. Bukalah matamu, sekarang kau sudah tak sendiri lagi. Ada Sungyeol, Myungsoo, dan aku. Kau tak sendiri” nihil, Sunggyu tetap memejamkan matanya erat
“tak akan berhasil, dia membutuhkan cahaya hyun” bijak. Myungsoo selalu memberikan saran yang bijak untuk dilakukan. Woohyun dan Sungyeol memapah Sunggyu, tapi kakinya Sunggyu masih bergetar. Jalan satu-satunya untuk mempersingkat waktu adalah...
“aku akan menggendongnya” ucap Woohyun. Myungsoo dan Sungyeol hanya mengikuti Woohyun dari belakang
Sungyeol tak bisa menahan cucuran air matanya. sedangkan Myungsoo sebagai kekasih berusaha menenangkan Sungyeol dengan memeluknya. Disanalah Sungyeol menumpahkan air matanya. Sungyeol tau penderitaan Sunggyu sebelum kedatangan Woohyun dalam hidup Sunggyu, begitupun Myungsoo
Sesampainya di UKS, Woohyun menjaga Sunggyu tanpa melepas genggaman tangannya. Sementara Sungyeol mengambil tas Sunggyu dan Myungsoo meminta izin pada Choi saem selaku wali kelas Sunggyu untuk pulang duluan. setelah Myungsoo kembali dan mengatakan Choi saem mengizinkan pada Woohyun, saat itulah gematar pada tubuh Sunggyu mulai berkurang dan pelan Sunggyu membuka matanya
“gyu...” lirik Woohyun. Reflex Sunggyu menghempaskan tangan Woohyun dan langsung berhambur pada pelukan Woohyun sambil memukul ringan dada Woohyun. “kau jahat hyun! Hiks.. hiks.. kenapa kau hiks.. lama sekali menemukanku. Aku memanggilmu hiks.. kenapa hiks... kau tak mendengar hiks... ku” ucap Sunggyu disertai isakannya. Merasa mereka butuh waktu berdua, myungyeol pun keluar UKS dan memilih menunggu mereka diluar
“stttt!! Yang penting kau selamat kan?”
“aku takut hyun..” kini isakan Sunggyu mulai reda, namun Sunggyu masih tetap betah dalam pelukan Woohyun. “sekarang kau pulang saja eum, aku akan mengantarmu”
“tidak... aku tak mau” Woohyun hendak bertanya siapa dalang dibalik semua ini, tapi Woohyun masih tau sikon (red : situasi dan kondisi), mungkin lain kali Woohyun akan bertanya
“kalau aku di rumah, aku akan sendi-...”
“tidak, aku juga akan pulang menemanimu di sana” Woohyun melepas pelukannya kemudian mengusap bekas air mata yang masih menempel di pipi Sunggyu. “gyu...”
“baiklah..” ucap Sunggyu. saat Woohyun menawarkan punggungnya sebagai kendaraan Sunggyu menuju parkiran (gendong) Sunggyu tak mau. Namun Woohyun ngotot ingin menggendong Sunggyu. Sunggyu juga kukuh dengan pendiriannya. Dan akhirnya Woohyun mengalah. Tugas Woohyun hanya membawakan tas sekolah Sunggyu
Myungsoo dan Sungyeol hanya menggeng-gelengkan kepalanya. Baru beberapa menit mereka tampak romantis, tapi sekarang sudah seperti anjing dan kucing lagi. Salahkan mereka yang sama-sama mempunyai pribadi keras kepala
∞W∞G∞S∞
“kurasa mereka benar-benar saling mencintai myung..”
“eum, begitulah..”
“dan kurasa mereka sam-sama tak menyadari itu..”
“iya, atau salah satu dari mereka sudah ada yang menyadari...”
“atau keduanya sudah sadar tapi sama-sama tak punya nyali untuk mengungkapkan”
“pemikiranmu yang barusan lebih mendekati yeolli..”
=====*=====
Sesampainya di apartement Woohyun menyuruh Sunggyu untuk istirahat, tapi Sunggyu malah ingin pergi ke super market untuk membeli bahan-bahan makanan. Tak ada jalan lain selain menuruti kata si sakit. Dan sekarang disinilah mereka, super market...
“biar aku yang memilih dan kau memegang keranjang..” ucap Sunggyu. Woohyun mendengus kesal pada Sunggyu. Bukan kah disini Woohyun sebagai majikan? Kenapa malah dia yang diperintah oleh pelayannya. Sunggyu mendengar sekilas umpatan Woohyun pada dirinya, saat Sunggyu membalikkan tubuh dan menatap Woohyun dalam, Woohyun langsung memberhentikan umpatannya
“ada apa gyu? Cepatlah pilih biar kita cepat pulang dan kau lekas istirahat”
“kau menghawatirkanku?”
“tentu saja, kalau kau sakit siapa yang akan menyiapkan makanan padaku?” awalnya Sunggyu tersenyum mendengar ucapan Woohyun, tapi tidak pada kalimat terakhir. Woohyun menghawatirkannya karena takut ia tak ada yang memasakkan makanan untuknya. Kalaupun Woohyun menghawatirkannya, itu tak ada alasan lain selain ‘karena kita sahabat’ itu semakin membuat Sunggyu sakit Nam Woohyun. Asal kau tau itu!
“eum eum, baiklah...” setelah itu mereka berdua benar-benar fokus pada apa yang harus mereka pilih untuk hidangan makan mereka. Sayur, daging, bumbu-bumbu, mie instan seperti ramen tak ketinggalan untuk masuk dalam keranjang belanjaan mereka, snack pun tak lupa. Setelah semua sudah lengkap, mereka membawanya ke kasir tanpa takut kekurangan uang
Mengingat Sunggyu yang dulu sebelum bertemu dengan Woohyun. Setiap Sunggyu ingin berbelanja, ia harus benar-benar memperhitungkan dengan benar antara uang belanja dan uang untuk kebutuhan-kebutuhan yang lain
Sesampainya di apartement saat Sunggyu hendak menata barang belanjaannya ke dalam kulkas, Woohyun segera mencegahnya. “biar aku saja”
“tidak, ini tugas seorang pelayan..”
“gyu, ayolah gyu.. untuk kali ini saja kau yang mengalah padaku”
“......” tak ada jawaban dari Sunggyu, tangan Sunggyu terus mengambil bahan-bahan makanan dan meletakkannya dalam kulkas
“gyu..”
“......” tetap tak dihiraukan
“gyu!”
“......” merasa tetap tak ada respon Woohyun mendekati Sunggyu membuat Sunggyu menarik kembali tangannya saat hendak mengambil wortel. “letakkan itu dan cepat ke kamar” ucap lirih Woohyun dengan nada penuh penekanan. Merasa ada aura hitam yang mengelilingin Woohyun, Sunggyu pun menurut saja. Ingat! Seorang pelayan
Woohyun menghela napas sebentar kemudian mendudukkan dirinya pada kursi dekat kulkas, lebih tepatnya kursi meja makan. “aku terlalu menyayangimu gyu...” gumamnya dan tentu saja Sunggyu tak bisa mendengar ucapan Woohyun dari dalam kamarnya. Setelah itu Woohyun memberanjakkan dirinya untuk menggantikan Sunggyu, meletakkan bahan makanan ke dalam kulkas
=====*=====
Tepat jam 04:30 KST Woohyun hendak mengajak Sunggyu makan malam bersama, tapi...
Wajah masamnya yang ia tampakkan pada Woohyun saat membuka pintu. “wae?”
“jam...” ucap Woohyun sambil menunjuk jam yang melingakar pada pergelangan tangannya. Seakan mengerti dengan isyarat Woohyun, Sunggyu mendelikkan matanya. mendengus pelan, kenapa waktu berjalan begitu cepat
“aku mandi dulu...” setelah itu Sunggyu menutup kembali pintu tepat di depan wajah Woohyun dengan keras. Woohyun mendengus kesal dengan sikap sunggyu yang terus-terusan berubah
“ada apa dengannya? Karena aku? Ahh!! Tak mungkin...” monolognya. Sambil menunggu Sunggyu selesai mandi, Woohyun mengambil sebuah kertas dan bolpen kemudian mulai mencorat-coret kertas seputih salju itu dengan tinta hitamnya. Baiklah! Saatnya balas dendam ‘awas kau gyu...’
∞W∞G∞S∞
“apa kau lama menungguku? Kenapa tak langsung makan saja? Apa makanannya sudah selesai dimasak? Apa aku sendiri yang harus ma-....” ucapan Sunggyu langsung dipotong oleh jari telunjuk Woohyun yang tiba-tiba menempel pada bibir merah cherrynya *author ngiler #plakk. Pembalasan di rooftop
“sebaiknya kita cepat makan. Bicara denganmu tak ada habisnya...” ucap Woohyun. Setelah itu Woohyun meninggalkan Sunggyu dibelakang. Apa barusan Sunggyu tak salah dengar? Bicara dengan Sunggyu tak ada habisnya? Bukankah itu kepribadian Woohyun? Namja alay yang tak bisa tenang? Dari pada Sunggyu memikirkan Woohyun, baik dia menyusul Woohyun
Mata sipit Sunggyu membulat melihat hidangan, ani! Lebih tepatnya masakan ala chef Woohyun. Semuanya begitu menggoda selera. Baiklah, tetap bersikap biasa jangan terlalu berlebihan. “duduklah..” intruksi Woohyun
“dimana?”
“tentu saja disitu” tunjuk Woohyun dengan menggunakan dagunya pada kursi seberang yang berhadapan dengan tempat duduknya. Sunggyu menggeser sedikit kemudian mendudukkan dirinya disana. Agak canggung mengingat perbedaan kasta mereka (red : di Korea masih ada perbedaan kasta sampi sekarang) seorang majikan dan pelayan makan disatu meja. Bukan hal biasa untuk dilakukan
“emm gyu, setelah ini ada yang ingin aku bicarakan denganmu” ucap Woohyun ditengah-tengah acara makan mereka berdua. “bwo? Kenapa tak sekarang saja?”
“jangan banyak tanya, cepat habiskan makanannya biar kau cepat pula mengetahuinya” lagi-lagi Sunggyu dibuat kesal oleh Woohyun. ‘ada apa dengannya?’ mungkin itu yang dipikirkan Sunggyu saat ini
Sekitar 15 menit mereka menyelesaikan makan dan mencuci piring, akhirnya semuanya selesai dan rapi kembali seperti semula. Seperti yang Woohyun katakan tadi, ada sesuatu yang ingin Woohyun katakan jadi keduanya memilih tempat di sofa ruang tamu untuk membicarakan perihal itu
“aku membuat aturan apartement...”
“he!? Geunde Woohyun-ah, bukankah apartement ini milikmu, tentu saja semua terserahmu. Kenapa harus ada aturan”
“memang kau pernah mendengarkan ucapanku?” pertanyaan Woohyun hanya dijawab dengan cengiran kuda oleh Sunggyu
“pertama...”
“tunggu! Kenapa harus ada kata pertama? Berapa banyak aturannya...”
“pertama, kau tidak boleh membawa yeoja atau namja kesini karena aku juga tak pernah melakukannya kecuali Myungsoo dan Sungyeol”
“jadi kalau kau pernah melakukannya aku boleh melakukannya?”
Lag-lagi Woohyun tak menghiraukan Sunggyu dan terus membaca peraturan-peraturan yang ia buat tadi. “kedua, kau harus selalu berangkat sekolah denganku” Sunggyu tersenyum tipis mendengar peraturan kedua dan lagi-lagi ia menepis perasaannya, ‘hanya sahabat’ begitu kata Woohyun. “ketiga, kau harus berhenti kerja mengantarkan susu”
“bwo!?”
“tak ada penolakan”
“tapi hyun, aku menyukai pekerjaanku yang itu”
“kalau begitu berhenti dari kafe”
“tidak, gaji disana sangat disayangkan”
“apa gajimu bekerja disini masih kurang gyu?”
“aniya, geunyang...”
“kau ingin bertemu dengan Dongwoo hyung?” dahi Sunggyu mengerjit. Pasalnya, kenapa nama Dongwoo Woohyun bawa-bawa. Dongwoo tak ada sangkut pautnya dengan kehidupannya, ia hanya teman sepekerjaannya tak lebih. “ya!! Aku sudah menganggap dia seperti hyungku sendiri”
“begitukah?” Woohyun menatap Sunggyu dengan tatapan menelanjanginya, berusaha memaksa Sunggyu untuk mengakui sebuah kebohongan yang tengah ia simpan. “eum, tentu saja”
“ahh!! Baiklah, keempat. Setiap pagi kau harus selalu membangunkanku. Kelima-..........” Woohyun terus menuturkan peraturan-peraturan yang ia buat dalam apartementnya. Hingga Sunggyu tampak terheran-heran dengan peraturan kedua belas. “dua belas. Setiap kau ingin keluar apartement kau harus meminta izin padaku”
“bwo!? Ya ya ya!! Kenapa sekarang semuanya serba diatur gini?”
“kau tak suka?”
“tentu saja, aku merasa terkekang dengan aturan 12 itu”
“apakah aku harus menambahnya?”
Sunggyu bersimpu dihadapan Woohyun bersiap mengeluarkan jurus memohon andalannya. “an-aniya.. ayolah hyun... setidaknya jangan menyuruhku untuk memilih salah satu pekerjaanku. Aku menyayangi mereka” rengeknya. “besok adalah hari terakhirmu memiliki 3 pekerjaan, selanjutnya kau hanya akan bekerja disini dan salah satu dari dua pekerjaanmu yang lain” setelah itu Woohyun meninggalkan Sunggyu di ruang tamu
‘mian gyu, aku melakukan ini untuk kebaikanmu’
Sunggyu menatap aneh kepergian Woohyun. Ingin sekali ia mengumpat dan mengeluarkan sumpah serapah pada Woohyun tepat di depannya. Tapi ia masih sayang nyawanya, ia tak mau mati muda. Selain itu ia juga tak akan bisa melakukannya. Woohyun penyelamatnya. Kata itu tepat dengan semua yang telah Woohyun lakukan padanya

‘sikapnya berubah dingin, tapi kenapa dia malah tambah over protective. Benar-benar aneh. Kau menganggapku sahabatmu, tapi dari perilakumu, kau seperti tak menganggapku sebagai seorang sahabat’


TBC

0 komentar:

Posting Komentar