Tittle :
Falling In Love With My Idol Chapter 7
Author: Kim Hye
Jin_MRS
Main cast : WooGyu
(Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast :
Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre :
Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk
semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length
: Chapter 7 of...?
WARNING :
pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo
bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi
Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar
berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang
sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy
Reading ~0~)
Sebelumnya
dichapter 6
‘sikapnya
berubah dingin dan dia juga semakin over protective padaku. Benar-benar aneh.
Kau menganggapku sahabatmu, tapi dari perilakumu, kau seperti tak menganggapku
sebagai seorang sahabat’
Chapter 7
Sung Gyu Point of View
1 bulan sejak saat malam itu, Woo
Hyun semakin over protctive padaku. Kemanapun ia selalu mengikutiku, ahh!!
Tentu saja ke kamar mandi dia tak ikut. Maksudku ke kafe, ke ruang guru, ke
kantin, perpus dan lainnya. Ia ikut ke perpus katanya ingin membuktikan sesuatu
pada Choi Saem. Aku tak tau itu apa (red : chap 6, Woo Hyun dibilang bodoh/tak
seperti Sung Gyu)
Walaupun kadang sikap Woo Hyun
terkesan over, tapi tetap saja jika aku merengek padanya ia selalu menurutiku.
Semakin lama aku tinggal dengannya aku semakin merasa aneh. Entah kenapa
logikaku baru bekerja sekarang. Otakku berputar waktu aku dan Woo Hyun pertamakali
bertemu. Dimana tabrakan itu terjadi dan berakhir kami berada di kelas yang
sama di tahun kedua sekolah kami. Awalnya aku merasa aneh dengannya yang
langsung mengetahui namaku, tapi tidak terlalu ku pedulikan. Tidak sampai 2
kali 24 jam kami sudah akrab. Lebih anehnya lagi, dia tak menanyakan kenapa aku
langsung mengetahui namanya. Ingat, dulu kami duduk di bangku yang sama tanpa
sebuah perkenalan. Semuanya terdengar begitu aneh. Seolah semuanya seperti takdir
yang memang seharusnya terjadi. Atau sengaja direncanakan?.
Dan malam itu, Woo Hyun menanyakan
perihal traumaku pada gelap, siapa yang megurungku di gudang dan banyak hal lain
lagi. Malam itu juga telah ku putuskan, aku berhenti penjadi pengantar susu dan
memilih bekerja di kafe dan apartement Woo Hyun sebagai pelayan.
Sung Gyu Pov End
Flasback
“Bwo!? Ya ya
ya!! Kenapa sekarang semuanya serba diatur gini?.”
“Kau tak suka?.”
“Tentu saja,
aku merasa terkekang dengan aturan 12 itu.”
“Apakah aku
harus menambahnya?.”
Sung Gyu
bersimpu dihadapan Woo Hyun bersiap mengeluarkan jurus memohon andalannya, “An-aniya..
ayolah hyun ... setidaknya jangan menyuruhku untuk memilih salah satu pekerjaanku.
Aku menyayangi mereka” Rengeknya, “Besok adalah hari terakhirmu memiliki 3
pekerjaan, selanjutnya kau hanya akan bekerja disini dan salah satu dari dua
pekerjaanmu yang lain,” Setelah itu Woo Hyun meninggalkan Sung Gyu di ruang
tamu
Sung Gyu
berlari mengejar Woo Hyun. Sontak Woo Hyun membalikkan badannya ketika ada sebuah
tangan menahan langkahnya, “Malam ini kau tak boleh bekerja” Baru saja Sung Gyu
membuka mulutnya tapi Woo Hyun langsung menyelanya dan itu adalah ucapan Woo
Hyun sebelum masuk ke kamarnya. Sung Gyu mempoutkan bibirnya sambil menatap
pintu kamar Woo Hyun
=====*=====
Sung Gyu duduk
uring-uringan di depan tv. Walaupun tv menyala tetap saja ada yang kurang. Dan
sekarang tv tak berdosa itu menjadi korban kekesalan Sung Gyu pada Woo Hyun.
Kadang volume suara tv itu ia naikkan hingga suaranya memenuhi apartement dan
kadang volumenya ia turunkan sampai tak berbunyi lagi.
Tidak
menghiraukan orang yang di dalam sana menutup telinganya rapat-rapat dengan
bantal. Woo Hyun sudah tak kuat dengan penyiksaan fisik secara diam-diam dari Sung
Gyu, ia memutuskan keluar kamar untuk hanya sekedar meneriaki Sung Gyu
mungkin...
“Ya!! Ada apa
denganmu?.” teriak Woo Hyun dari ambang pintu
“.........” Tak
ada jawaban. Sung Gyu hanya mendumel mendengar ocehan Woo Hyun
“Ya!! Kim Sung
Gyu!!.”
“Wae? Wae? Wae?
Kau majikanku! Iya benar kau majikanku!!.” Teriak Sung Gyu dengan suara yang
dibuat semenyebalkan mungkin tanpa sadar tanpa menghadap Woo Hyun.
“Apa maksudmu?.”
“Tidak,
hiraukan. Aku sedang mabuk.”
“Kau kira aku
percaya? Mana ada orang mabuk mengaku kalau dirinya sedang mabuk.”
“...............”
karena tak ada jawaban, Woo Hyun melangkahkan kakinya kemudian mendudukkan dirinya
di sofa di samping Sung Gyu. Reflex Sung Gyu turun dan mendudukkan badannya di
carpet berbulu yang menempel pada lantai. Melihat sikap Sung Gyu, Woo Hyun
hanya mendelikkan matanya.
Saat Woo Hyun
berusaha meraih kedua pundak Sung Gyu untuk membantunya kembali duduk disamping
Woo Hyun, Sung Gyu malah semakin memberatkan badannya tapi Woo Hyun tetap berusaha.
“Aku hanya pelayan, tak pantas duduk disamping tuanku.” ucapan Sung Gyu sukses
membuat Woo Hyun kembali menjatuhkan badan Sung Gyu yang tadi sedikit terangkat
jatuh ke lantai.
Woo Hyun
menghela napas kemudian membuangnya kasar, mungkin untuk meredan emosinya yang
tiba-tiba meningkat karena Sung Gyu, “Sekarang katakan padaku Gyu, siapa yang
mengurungmu di gudang sekolah?,”
“..................”
Tak ada jawaban, Sung Gyu hanya menundukkan kepala mendengar pertanyaan Woo
Hyun. “Kalau kau tetap bungkam, aku akan menambah peraturan apartement” sukses ucapan Woo Hyun membuat Sung Gyu
mendongakkan kepalanya, “katakan...”
“Kalau aku
mengatakannya, apa urusannya dengan tu- ... mu?.”
“Ingat! Aku
sebagai majikan juga bertanggung jawab dengan pekerjaku,” Sung Gyu menyipitkan
matanya, “Jinjjaro Gyu, aku hanya ingin tau.”
“Ketua fanclub
Nam Lovers.”
“Bwo? Apa itu?.”
“Apanya yang
apa itu? Itu adalah nama fanmu? Neo molla?.”
“Tidak.”
“Heol! Daebak.”
“Apa fanku
benar-benar banyak?,” Sung Gyu menatap malas orang yang sekarang tengah berada
di depannya, ‘rupanya sifat sombong Nam Woo Hyun sepeti ini’ batin Sung Gyu, “Apakah
aku harus membuat acara fanmeeting,” Candanya. Lagi-lagi Sung Gyu hanya diam,
“Tidaklah, tidak jadi, abaikan.”
“Jadi tuan, apa
menu makan malam ini?.” Tanya Sung Gyu mengalihkan topik
“Aku hanya
ingin makan ramyeon, moodku lagi buruk,” Setelah itu Sung Gyu melangkahkan
kakinya menuju dapur bersiap memasak ramen seperti yang dikatakan Woo Hyun.
“Oho!! Kau tadi memanggilku tuan Gyu!” Teraik Woo Hyun, tapi sunggyu menulikan
pendengarannya. Toh memang itu posisi Woo Hyun di apartement ini kan?.
Sementar Sung
Gyu di dapur memasak ramen, Woo Hyun sibuk mencari chanel tv berusaha mencari
acara yang enak untuk ditonton. Namun tak ada, rata-rata hanya menayangkan acara
musik-musik tidak jelas. Andaikan ada infinite mungkin Woo Hyun akan menonton
sebentar. Jangan salah, ia diam seperti ini ia adalah fanboy dari boyband
infinite.
“Masih lama kah
Gyu?.”
“Sudah, ceptlah
kemari.”
Woo Hyun
mendudukkan dirinya di depan Sung Gyu, menatap ramyeon yang langsung tersedia
dalam panci. Dengan begini berarti mereka sama saja seperti makan sepiring.
Benar-benar romantis, pikir Woo Hyun. Tapi tidak, ia harus merubah
kepribadiannya di depan Sung Gyu agar Sung Gyu tidak mudah melawannya
sewaktu-waktu. Sifat manjanya harus ia sembunyikan.
“Jangan hanya
dilihat, makanlah.”
“Lalu bagaimana
denganmu?.” Tanya Woo Hyun melihat tak ada piring maupun sumpit di depan Sung
Gyu.
“Aku akan makan
nanti.” ucap santai Sung Gyu. Woo Hyun kembali meletakkan sumpitnya kemudian
memberanjakkkan dirinya menuju tempat penyimpanan piring dan sumpit. Mengambil
satu piring dan satu pasang sumpit lalu meletakkannya di depan Sung Gyu membuat
Sung Gyu mengerjitkan dahinya heran.
“Makanlah, tadi
kau sangat drop karena traumamu. Jadi, kau butuh makan.” Ucap Woo Hyun sambil
berjalan memutari meja lalu mendudukkan kembali badannya seperti semula.
Sementara Sung
Gyu hanya menatap sumpit dan piring yang ada di depannya tanpa berniat
menyentuhnya sama sekali, “Apakah ramyeon bisa menyembuhkan traumaku?.”
“Tidak, tapi
setidaknya ramyeon bisa menguranginya. Dengan makan dan hanya memusatkan
pikiranmu pada ramyeon, maka untuk sesaat kau akan melupakan masalahmu.”
“Jinjja?. Lalu
bagaimana dengan makanan yang lain?. Apakah harus ramyeon?.”
“Ya, harus
ramyeon. Ramyeon itu panjang dan kenyal, jadi kau akan susah untuk menariknya.
Kau perlu berpikir, bagaimana caramu untuk menarik ramyeon yang berukuran
panjang itu dan mengambilnya dengan sumpit. Setelah itu kau harus berpikir
bagaimana cara mengunyahnya agar menemukan kenikmatan sejati ramyeon. Kau hanya
perlu menikmatinya dengan santai.”
“daebak!. Aku
baru tau.” Ucap Sung Gyu sambil mengerjab-ngerjabkan matanya, “Sudah cepat
makan.” Intruksi Woo Hyun.
Baiklah,
sekarang mereka berdua benar-benar terlihat romantis. Seperti yang diinginkan Woo
Hyun. Tak jarang ketika mereka sama-sama mengambil ramyeon dari sumpit mereka,
wajah mereka berdekatan bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Membuat kedua
belah sisi manusia ini merasakan getaran aneh pada dada mereka masing-masing.
=====*=====
Setelah makan
dan banyak membicarakan suatu hal tentang sekolah dan pelajaran mereka, rupanya
jam sudah menunjukkan angka 09:30 KST. Merasa kedua mata masing-masing tak merasa
kantuk, jadi keduanya memilih balkon sebagai tempat untuk merefresh mata
mereka. Angin dingin malam yang langsung menembus hingga ketulang, mereka tak
pedulikan. Yang terasa hanya keindahan malam Seoul. Bintang, lampu jalanan
Seoul, suara klakson dan suara kembang api yang terdengar dari Sungai Han.
Semuanya begitu nikmat dirasaka dalam waktu yang bersamaan.
“Gyu ....” Seru
Woo Hyun membuat Sung Gyu menolehkan kepalanya kesamping. “Apa kau sekarang
sedang jatuh cinta?.” Nada suara Woo Hyun terdengar begitu dingin
Sung Gyu
kembali mengalihkan pandangannya lurus kedepan, “Kenapa kau tiba-tiba
menanyakan itu?.”
“Hanya ingin
bertanya.”
“Apa perlu ku
jawab?.”
“Kalau ada yang
bertanya bukankah sebuah jawaban yang diinginkan sang penanya?.” Sung Gyu
terkikik mendengar ucapan Woo Hyun yang masih terdengar dingin itu. Sedangkan
Woo Hyun menatap jengah pada Sung Gyu, “Lalu apa nanti setelah kau
mengetahuinya, kau akan menambah aturan apartement bahwa ‘tak boleh mencintai
orang selama masih bekerja di sini selain keluarga’?.”
‘akan ku
lakukan itu, Gyu, kalau orang itu bukan aku’
“Tentu saja
tidak.”
“Lalu?.”
“Aku hanya
ingin tau.”
“Lalu bagaimana
denganmu?.”
“Kenapa kau
malah balik nanya padaku?, seharusnya kau menjawab bukan malah balik nanya.”
“Kalau aku tak
ingin menjawab bagaimana?.” Goda Sung Gyu. “Maka aku juga tak akan memberi
jawaban.” Rupanya Woo Hyun tak mau kalah, ia malah balik menggoda Sung Gyu
dengan membisikkan suaranya yang lebih mirip dengan desisan itu tepat di
telinga Sung Gyu.
Sung Gyu
menjauhkan kepala Woo Hyun, “Geli, Hyun ... hentikan,” Bukannya minta maaf, Woo
Hyun malah tertawa karena berhasil mengerjai Sung Gyu, “Waahh!! Bahkan suaramu
lebih mirip ular daripada manusia.” Gumam Sunggyu.
“Bwo?.”
Sunggyu
pura-pura menguap, menutup mulutnya dengan tangannya guna menghindari Woo Hyun
yang sepertinya berada di ambang kemarahan, “ahh!! Aku capek mau tidur. Sampai
jumpa besok, Nam Woo Hyun-ssi.” Ucap Sung Gyu sambil melangkah menuju kamarnya
menjauhi Woo Hyun.
“Ya!! Kim Sung
Gyu.” Sung Gyu cekikikan dari balik pintu kamarnya mendengar teriakan Woo Hyun.
Ia tahu, pasti sekarang tuan Nam itu kesal padanya. Tapi, biarlah.
Sung Gyu
meloncat layaknya anak kecil pada kasurnya kemudian merebahkan tubuhnya di sana
bersiap untuk memejamkan matanya, membungkus tubuhnya dengan selimut tebal
hingga ke mulutnya.
‘Talk’
Bunyi kakao
talknya membuat Sung Gyu harus kembali membuka mata. Ia mengulurkan tangannya
untuk mengambil ponsel yag terletak di atas nakas di sampingnya. Sung Gyu
menyunggingkan senyumnya melihat siapa yang mengirimkan pesan malam-malam padanya.
‘Apa kau sudah
tidur?.’ Begitu isi pesan kakao dari orang sebelah kamarnya. Sung Gyu melihat
sebentar dinding pemisah dirinya dengan sang pengirim, kemudian mulai mengetik
balasan untuk orang itu.
‘Ani ..’
‘Apakah aku
menggaggu?.’
‘Aniya ..’
‘^_^’
‘Kau ... kenapa
kita harus bicara lewat kakao, kenapa tak bicara tadi saja?.’
‘Siapa yang
masuk kamar duluan?.’ Sung Gyu terdiam, benar juga. Tadi dia masuk duluan
karena takut Woo Hyun akan memarahinya
‘Gyu .. kau
sudah tidur?.’ Bunyi notifikasi kakao kembali menyadarkan Sung Gyu dari
lamunannya
‘Belum ... ada
perlu apa, Hyun?.’
‘Aku hanya
ingin menanyakan sesuatu.’
‘Akan ku jawab
asalkan pertanyaanmu masuk di akal.’
‘Ini tentang
traumamu pada gelap.’ Sung Gyu terdiam membaca pesan dari Woo Hyun. Apakah ia
harus menceritakannya?
‘Aku hanya
ingin menjagamu.’ Lagi, pesan dari Woo Hyun membuat Sung Gyu terdiam untuk
beberapa saat.
‘Gyu ...’ Mungkin
karena tak ada jawaban dari Sung Gyu, Woo Hyun langsung membanjirinya dengan
pesan-pesan lain. ‘Gyuuuu...’
‘eh! Ya ..’
‘Ada apa
denganmu? Apakah kau ke kamar mandi?.’
‘e-eum ..’
‘Jadi .. ayo
cerita.’ Mungkin Sung Gyu memang harus membagi masalahnya pada Woo Hyun. Tak
mungkin ia harus mengalihkan pembicaraan. Walaupun sekarang ia bisa mengalihkan
pembicaraan, tak mungkin untuk besok, besoknya lagi, dan besoknya lagi. Woo
Hyun pasti tetap akan memaksanya untuk bercerita
Sung Gyu pun
mulai mengetik pesan panjang pada Woohyun, ‘Itu mengingatkanku pada insiden
waktu aku masih berumur 5 tahun. Aku hampir di culik untuk dijadikan sandera
lawan bisnis appa. Malam itu tepat ulang tahunku yang ke lima. Tiba-tiba lampu
mati dan semua gelap. Saat itulah para penculik membiusku dan membawaku ke
dalam bagasi mobil mereka. Tapi untugnya ada seseorang yang menyelamatkanku
.... sampai sekarang aku tak tau orang itu siapa.’ Sung Gyu menghela napas
setelah mengetik pesan itu.
‘Lalu apakah
kau berniat mencari penyelamatmu?.’
‘Seandainya aku
bisa, akan ku lakukan.’
‘Lalu akan kau
apakah orang itu?’
‘Hanya ingin
mengucapkan terimakasih.’
‘ouhh!!.’
Sung Gyu
mengirim emoticon orang yang sedang menguap pada Woo Hyun, pertanda bahwa
kantuk sudah melandanya
‘Kau sudah
ngantuk?.’
‘Gyu ...’
‘Kau sudah
tidur?.’ Sung Gyu tersentak kaget mendengar notifikasi kakao talknya. Segera ia
mengetik balasan untuk Woo Hyun
‘Hampir.’ Mata
Sung Gyu kali ini benar-benar tertutup sempurna
‘Eoh! Jalja.’ Tak
ada balasan dan pesan itu dibiarkan begitu saja sampai pagi
Other_Side
Woo Hyun Point
of View
‘Ini tentang
traumamu pada gelap.’ Tanyaku, kali ini aku benar-benar harus tau. Mungkin aku
gagal untuk mengetahui orang yang dia pernah atau sekarang tengah Sung Gyu
cintai, tapi aku benar-benar ingin tau perihal tentang traumanya.
Lama ku
menunggu tapi tak ada balasan, ‘Aku hanya ingin menjagamu.’ Ketikku lagi. Ya
Tuhan! Semoga ia tak curiga padaku. Lagi-lagi tak ada balasan, mungkinkah ia
sudah tidur?
‘Gyu ...’ Tetap
tak ada. Baiklah mungkin ini bentuk pemaksaanku padanya, ‘Gyuuuu ...’
‘Eh! Ya?.’
Akhirnya jawab juga. Kukira dia sudah tidur
‘Ada apa
denganmu? Apakah kau ke kamar mandi?.’ Tanyaku basa basi
‘E-eum ..’
‘Jadi, ayo
cerita ..’ lama tak ada balasan, lagi. Mungkin mengetik pesan
‘Takl’ bunyi
notifikasi mengalihkan perhatianku dari pemandangan atap kamarku
‘Itu
mengingatkanku pada insiden waktu aku masih berumur 5 tahun. Aku hampir di
culik untuk dijadikan sandera lawan bisnis appa. Malam itu tepat ulang tahunku
yang ke lima. Tiba-tiba lampu mati dan semua gelap. Saat itulah para penculik
membiusku dan membawaku ke dalam bagasi mobil mereka. Tapi untugnya ada
seseorang yang menyelamatkanku .... sampai sekarang aku tak tau orang itu
siapa.’
Aku tercengang
membaca pesan panjang darinya. Aku tak heran kalau Sung Gyu mengalami kejadian
seperti itu. Dia putra seorang chaebol, jadi pantas nyawanya selalu terancam
dengan hal semacam itu.
‘Lalu apakah
kau berniat mencari penyelamatmu?.’ Tanyaku. Semoga saja jawabannya tidak. Aku
takut penyelamat Sung Gyu itu mempunyai seorang anak dan kemudian mereka
dijodohkan seperti kebanyakan drama-drama yang ada di tv. Tidak! Aku tak bisa
diginiin.
‘Seandainya aku
bisa, akan ku lakukan.’ Dan aku akan jadi penghalangmu, Gyu.
‘Lalu akan kau
apakah orang itu?.’ Tanyaku lagi.
‘Hanya ingin
mengucapkan terimakasih.’
‘ouhh!!.’ Aku
mendesah pelan mengetahui tujuannya. Tapi bagaimana kalau sebenarnya Alm. Tn.
Kim menjodohkan Sung Gyu dengan anak penyelamat itu jauh-jauh hari? Ahh!! Maldo
andwe!.
Sung Gyu hanya
membalasku dengan mengirim emoticon orang yang sedang menguap, rupanya ia sudah
ngantuk. Seandainya aku sekarang tengah bersamanya, akan ku tarik kepalanya
untuk bersandar di pundakku. Tapi sayang, itu tak kan terjadi selama aku tak
ingin ia macam-macam padaku. Aku hanya ingin Sung Gyu menurutiku dan tak
membantahku. Seperti yang telah tercantum dalam peraturan 12 apartement
‘Kau sudah
ngantuk?.’
‘Gyu ...’
‘Kau sudah
tidur?.’ Karena tak ada balasan, mungkin ini bentuk pemaksaan dariku dengan
mengiriminya banyak pesan lewat kakao. Kalau aku terus mengiriminya pesan,
berarti ponselnya akan terus berbunyi karena notifikasi dariku dan pada
akhirnya dia tak bisa tidur. Kekekk ...
‘Hampir.’ Ku
kira dia sudah tidur
‘Eoh! Jalja.’
Tak ada balasan, rupanya benar-benar tidur. Untuk menunggu kemungkinan Sung Gyu
membalas pesanku lagi, ku biarkan ponselku tetap ditanganku. Tak lama setelah
itu kantuk juga menghampiriku, tanpa sadar aku pun terlelap begitu saja
Flash Back End
Sung Gyu duduk terdiam di
pepustakaan seorang diri tanpa ke tiga sahabatnya. Myung Soo dan Woo Hyun
latihan basket yang katanya akan ada pertandingan dalam dua minggu ini. Woo
Hyun selaku ketua tim basket tentu saja tak bisa meninggalkan latihan begitu
saja. Sedangkan Sung Yeol ia tak tahu, mungkin sedang di kantin.
Sung Gyu memberanjakkan dirinya
mencari suatu buku penunjang pelajaran B. Inggrisnya. Sebenarnya bukan karena
ia butuh buku itu, tapi karena sesuatu yang ada dalam buku itu. Buku yang
memang Sung Gyu sembunyikan dan ia pisahkan dari kumpulan buku-buku yang lain.
Ada di rak paling bawah dan terselip
diantara buku kamus-kamus besar. Ia mengambilnya dengan susah dan pada akhirnya
ia berhasil mengambil buku yang bersampul ungu dan putih itu. Ia membawanya ke
tempat duduknya lalu mulai membuka lembar demi lembar buku itu.
Itu bukanlah buku bahasa inggris
seperti yang tertera pada sampul buku itu, tapi itu buku cantik yang di
dalamnya dihias dengan bunga-bunga kering. Setiap lembarnya terdapat bunga dan
hiasan daun yang beragam. Setiap sudut buku itu juga tertulis inisial ‘SG’
sebagai penanda buku itu milik seseorang.
Kim Sung Gyu, SG. Yap! Itu milik
Sung Gyu sendiri. Itu adalah buku yang ia letakkan satu tahun lalu, saat dimana
pertamakali ia bisa tinggal di rumah imonya, setelah ia sembuh dari gangguan mentalnya.
Inti isi dari buku yang sedang Sung Gyu pegang saat ini adalah, kisah hidup
kelamnya. Keluh kesahnya ia menjalani hidup bersama eomma tirinya yang kejam.
Sung Gyu meletakkannya di atas meja
kemudian mulai mengembalikan buku-buku lain pada tempatnya. Setelah selesai, ia
mengambil buku itu, membawanya ke kelas dan memasukkannya dalam tas miliknya.
Mungkin ia harus menunggu Woo Hyun
selesai dengan rapatnya, lima menit lagi bel masuk berbunyi, pasti saat itu
juga Woo Hyun kembali dari rapatnya
Other_Side
Mungkin sedikit berbohong demi
kebaikan tidak papa. Woo Hyun dan Myung Soo tak ada rapat untuk basket karena
hal itu sudah dilakukan kemarin. Sekarang dua sahabat ini tengah berada di
rooftop, seperti biasa, tempat mereka untuk mendiskusikan sesuatu yang tak
ingin mereka bagi walaupun untuk Sung Yeol maupun Sung Gyu.
Woo Hyun menidurkan dirinya diatas
sebuah kardus yang sudah ia rapikan bersama Myung Soo, menatap langit biru di
atas mereka, walaupun masih terasa menyilaukan karena sinar terik matahari. Maklumlah,
mereka hanya menghadang sinar matahari itu dengan sebuah kardus, “Hyun ...”
“Wae?.”
“Kenapa kau bisa mengidolakan Sung
Gyu?.”
“Karena dia namja cantik yang tegar
dalam menghadapi masalah hidupnya, dan dia juga tak mau melibatkan orang lain
atas masalahnya. Dia juga pintar memakai topeng senyum diwajahnya. Kau tak akan
menemukan orang sepertinya” sedetik kemudian Woo Hyun mnyunggingkan senyum di
bibirnya
“Sung Yeol-ku juga bisa ..”
“Lalu apa kau ingin aku merebut Sung
Yeol darimu?.”
“Perhatikan ucapanmu chingu ...” Suara
Myung Soo langsung terdengar geram mendengar ucapan Woo Hyun. Sedangkan Woo
Hyun ketawa sambil memegang perutnya, “hahahah ... mengucapkannya saja
membuatku geli Myung, bagaimana mungkin aku merebut kekasih sahabatku eoh?,
lagian Sung Yeol itu tak akan mau.” Benar kata Woo Hyun. Mungkin reaksi Myung
Soo terlalu berlebihan. Myung Soo tampak berpikir mengenai ucapan Woo Hyun
sambil menggaruk kepalanya
“Sudah tak usah dipikirkan,
bagaimanapun itu tak akan terjadi.” Hening, tak ada jawaban dari Myung Soo
“Hyun ...”
“eum ...”
“Bagaimana kalau seandainya Sung Gyu
juga mencintaimu?.” Diam. Woo Hyun terdiam mendengar pertanyaan Myung Soo.
Bukankah sebelumnya Woo Hyun tak pernah mengatakan kalau dia mencintai Sung Gyu
pada Myung Soo?, tapi bagaimana sahabatnya ini tau tentang perasaannya?, “Kau
masih belum mau mengakui perasaanmu padaku?.” Lagi-lagi diam. Bagaimana Woo
Hyun mau menjawab pertanyaan Myungsoo, semuanya sudah jelas. Ia memang
mencintai Sung Gyu
“Jawab, Hyun, bagaimana kalau
seandainya Sung Gyu juga mencintaimu?.”
Woo Hyun mendudukkan dirinya dari
tidurnya, “Ak-Aku tak tau ..” Myung Soo pun ikut mendudukkan dirinya kemudian
menepuk punggung Woo Hyun
“Dua orang yang saling mencintai,
ada alasan apa untuk dua orang itu tak bisa bersatu dalam hubungan yang lebih
dari kata teman?,” Woo Hyun tertegun mendengar ucapan Myung Soo. Benar, tak ada
alasan baginya. Tapi bagaimana kalau Sung Gyu sudah dijodohkan oleh Alm. Tn.
Kim dengan anak penyelamat Sung Gyu?, “Jangan berpikir pada hal lain, Hyun,
pikirkan bagaimana seandainya kau telat mengatakannya pada Sung Gyu?.”
Woo Hyun menolehkan kepalanya
menghadap Myung Soo kemudian tersenyum, “Kau benar Myung.” Secara tak langsung,
barusan Woo Hyun mengakui bahwa ia mencintai maidnya sendiri pada Myung Soo.
“Kau lihat aku, aku memang namja yang dingin, yahh ... itu kata orang. Tapi aku
masih mempunyai mental untuk menyatakan cintaku pada Sung Yeol. Kau sendiri
yang terkenal karena kesombonganmu, masa iya tak mempunyai mental untuk menyatakan
cinta pada Sung Gyu?.” Pikiran Woo Hyun kali ini kalut. Ia tak tau harus apa.
Benar kata Myung Soo, ia harus memikirkan bagaimana seandainya ia telat
menyatakan cintanya pada Sung Gyu?, tapi ia juga memikirkan hal lain. Bagaimana
kalau seandainya Sung Gyu telah dijodohkan?
Kring!!!
Bel tanda istirahat selesai, berarti
Woo Hyun dan Myung Soo harus kembali pada kelas masing-masing, “Sekarang adalah
waktu untukmu untuk berpikir Hyun ..” itu adalah ucapan Myung Soo terakhir kali
sebelum ia meninggalkan Woo Hyun sendiri terdiam kalut dengan pikirannya di
rooftop
‘Dua orang yang
saling mencintai, ada alasan apa untuk dua orang itu tak bisa bersatu dalam
hubungan yang lebih dari kata teman?’
TBC
0 komentar:
Posting Komentar