Minggu, 09 April 2017

ff WooGyu Falling in Love With My Idol Chapter 7



Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 7
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 7 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading  ~0~)
Sebelumnya dichapter 6
‘sikapnya berubah dingin dan dia juga semakin over protective padaku. Benar-benar aneh. Kau menganggapku sahabatmu, tapi dari perilakumu, kau seperti tak menganggapku sebagai seorang sahabat’
Chapter 7
Sung Gyu Point of View
1 bulan sejak saat malam itu, Woo Hyun semakin over protctive padaku. Kemanapun ia selalu mengikutiku, ahh!! Tentu saja ke kamar mandi dia tak ikut. Maksudku ke kafe, ke ruang guru, ke kantin, perpus dan lainnya. Ia ikut ke perpus katanya ingin membuktikan sesuatu pada Choi Saem. Aku tak tau itu apa (red : chap 6, Woo Hyun dibilang bodoh/tak seperti Sung Gyu)
Walaupun kadang sikap Woo Hyun terkesan over, tapi tetap saja jika aku merengek padanya ia selalu menurutiku. Semakin lama aku tinggal dengannya aku semakin merasa aneh. Entah kenapa logikaku baru bekerja sekarang. Otakku berputar waktu aku dan Woo Hyun pertamakali bertemu. Dimana tabrakan itu terjadi dan berakhir kami berada di kelas yang sama di tahun kedua sekolah kami. Awalnya aku merasa aneh dengannya yang langsung mengetahui namaku, tapi tidak terlalu ku pedulikan. Tidak sampai 2 kali 24 jam kami sudah akrab. Lebih anehnya lagi, dia tak menanyakan kenapa aku langsung mengetahui namanya. Ingat, dulu kami duduk di bangku yang sama tanpa sebuah perkenalan. Semuanya terdengar begitu aneh. Seolah semuanya seperti takdir yang memang seharusnya terjadi. Atau sengaja direncanakan?.
Dan malam itu, Woo Hyun menanyakan perihal traumaku pada gelap, siapa yang megurungku di gudang dan banyak hal lain lagi. Malam itu juga telah ku putuskan, aku berhenti penjadi pengantar susu dan memilih bekerja di kafe dan apartement Woo Hyun sebagai pelayan.
Sung Gyu Pov End
Flasback
“Bwo!? Ya ya ya!! Kenapa sekarang semuanya serba diatur gini?.”
“Kau tak suka?.”
“Tentu saja, aku merasa terkekang dengan aturan 12 itu.”
“Apakah aku harus menambahnya?.”
Sung Gyu bersimpu dihadapan Woo Hyun bersiap mengeluarkan jurus memohon andalannya, “An-aniya.. ayolah hyun ... setidaknya jangan menyuruhku untuk memilih salah satu pekerjaanku. Aku menyayangi mereka” Rengeknya, “Besok adalah hari terakhirmu memiliki 3 pekerjaan, selanjutnya kau hanya akan bekerja disini dan salah satu dari dua pekerjaanmu yang lain,” Setelah itu Woo Hyun meninggalkan Sung Gyu di ruang tamu
Sung Gyu berlari mengejar Woo Hyun. Sontak Woo Hyun membalikkan badannya ketika ada sebuah tangan menahan langkahnya, “Malam ini kau tak boleh bekerja” Baru saja Sung Gyu membuka mulutnya tapi Woo Hyun langsung menyelanya dan itu adalah ucapan Woo Hyun sebelum masuk ke kamarnya. Sung Gyu mempoutkan bibirnya sambil menatap pintu kamar Woo Hyun
=====*=====
Sung Gyu duduk uring-uringan di depan tv. Walaupun tv menyala tetap saja ada yang kurang. Dan sekarang tv tak berdosa itu menjadi korban kekesalan Sung Gyu pada Woo Hyun. Kadang volume suara tv itu ia naikkan hingga suaranya memenuhi apartement dan kadang volumenya ia turunkan sampai tak berbunyi lagi.
Tidak menghiraukan orang yang di dalam sana menutup telinganya rapat-rapat dengan bantal. Woo Hyun sudah tak kuat dengan penyiksaan fisik secara diam-diam dari Sung Gyu, ia memutuskan keluar kamar untuk hanya sekedar meneriaki Sung Gyu mungkin...
“Ya!! Ada apa denganmu?.” teriak Woo Hyun dari ambang pintu
“.........” Tak ada jawaban. Sung Gyu hanya mendumel mendengar ocehan Woo Hyun
“Ya!! Kim Sung Gyu!!.”
“Wae? Wae? Wae? Kau majikanku! Iya benar kau majikanku!!.” Teriak Sung Gyu dengan suara yang dibuat semenyebalkan mungkin tanpa sadar tanpa menghadap Woo Hyun.
“Apa maksudmu?.”
“Tidak, hiraukan. Aku sedang mabuk.”
“Kau kira aku percaya? Mana ada orang mabuk mengaku kalau dirinya sedang mabuk.”
“...............” karena tak ada jawaban, Woo Hyun melangkahkan kakinya kemudian mendudukkan dirinya di sofa di samping Sung Gyu. Reflex Sung Gyu turun dan mendudukkan badannya di carpet berbulu yang menempel pada lantai. Melihat sikap Sung Gyu, Woo Hyun hanya mendelikkan matanya.
Saat Woo Hyun berusaha meraih kedua pundak Sung Gyu untuk membantunya kembali duduk disamping Woo Hyun, Sung Gyu malah semakin memberatkan badannya tapi Woo Hyun tetap berusaha. “Aku hanya pelayan, tak pantas duduk disamping tuanku.” ucapan Sung Gyu sukses membuat Woo Hyun kembali menjatuhkan badan Sung Gyu yang tadi sedikit terangkat jatuh ke lantai.
Woo Hyun menghela napas kemudian membuangnya kasar, mungkin untuk meredan emosinya yang tiba-tiba meningkat karena Sung Gyu, “Sekarang katakan padaku Gyu, siapa yang mengurungmu di gudang sekolah?,”
“..................” Tak ada jawaban, Sung Gyu hanya menundukkan kepala mendengar pertanyaan Woo Hyun. “Kalau kau tetap bungkam, aku akan menambah peraturan apartement”  sukses ucapan Woo Hyun membuat Sung Gyu mendongakkan kepalanya, “katakan...”
“Kalau aku mengatakannya, apa urusannya dengan tu- ... mu?.”
“Ingat! Aku sebagai majikan juga bertanggung jawab dengan pekerjaku,” Sung Gyu menyipitkan matanya, “Jinjjaro Gyu, aku hanya ingin tau.”
“Ketua fanclub Nam Lovers.”
“Bwo? Apa itu?.”
“Apanya yang apa itu? Itu adalah nama fanmu? Neo molla?.”
“Tidak.”
“Heol! Daebak.”
“Apa fanku benar-benar banyak?,” Sung Gyu menatap malas orang yang sekarang tengah berada di depannya, ‘rupanya sifat sombong Nam Woo Hyun sepeti ini’ batin Sung Gyu, “Apakah aku harus membuat acara fanmeeting,” Candanya. Lagi-lagi Sung Gyu hanya diam, “Tidaklah, tidak jadi, abaikan.”
“Jadi tuan, apa menu makan malam ini?.” Tanya Sung Gyu mengalihkan topik
“Aku hanya ingin makan ramyeon, moodku lagi buruk,” Setelah itu Sung Gyu melangkahkan kakinya menuju dapur bersiap memasak ramen seperti yang dikatakan Woo Hyun. “Oho!! Kau tadi memanggilku tuan Gyu!” Teraik Woo Hyun, tapi sunggyu menulikan pendengarannya. Toh memang itu posisi Woo Hyun di apartement ini kan?.
Sementar Sung Gyu di dapur memasak ramen, Woo Hyun sibuk mencari chanel tv berusaha mencari acara yang enak untuk ditonton. Namun tak ada, rata-rata hanya menayangkan acara musik-musik tidak jelas. Andaikan ada infinite mungkin Woo Hyun akan menonton sebentar. Jangan salah, ia diam seperti ini ia adalah fanboy dari boyband infinite.
“Masih lama kah Gyu?.”
“Sudah, ceptlah kemari.”
Woo Hyun mendudukkan dirinya di depan Sung Gyu, menatap ramyeon yang langsung tersedia dalam panci. Dengan begini berarti mereka sama saja seperti makan sepiring. Benar-benar romantis, pikir Woo Hyun. Tapi tidak, ia harus merubah kepribadiannya di depan Sung Gyu agar Sung Gyu tidak mudah melawannya sewaktu-waktu. Sifat manjanya harus ia sembunyikan.
“Jangan hanya dilihat, makanlah.”
“Lalu bagaimana denganmu?.” Tanya Woo Hyun melihat tak ada piring maupun sumpit di depan Sung Gyu.
“Aku akan makan nanti.” ucap santai Sung Gyu. Woo Hyun kembali meletakkan sumpitnya kemudian memberanjakkkan dirinya menuju tempat penyimpanan piring dan sumpit. Mengambil satu piring dan satu pasang sumpit lalu meletakkannya di depan Sung Gyu membuat Sung Gyu mengerjitkan dahinya heran.
“Makanlah, tadi kau sangat drop karena traumamu. Jadi, kau butuh makan.” Ucap Woo Hyun sambil berjalan memutari meja lalu mendudukkan kembali badannya seperti semula.
Sementara Sung Gyu hanya menatap sumpit dan piring yang ada di depannya tanpa berniat menyentuhnya sama sekali, “Apakah ramyeon bisa menyembuhkan traumaku?.”
“Tidak, tapi setidaknya ramyeon bisa menguranginya. Dengan makan dan hanya memusatkan pikiranmu pada ramyeon, maka untuk sesaat kau akan melupakan masalahmu.”
“Jinjja?. Lalu bagaimana dengan makanan yang lain?. Apakah harus ramyeon?.”
“Ya, harus ramyeon. Ramyeon itu panjang dan kenyal, jadi kau akan susah untuk menariknya. Kau perlu berpikir, bagaimana caramu untuk menarik ramyeon yang berukuran panjang itu dan mengambilnya dengan sumpit. Setelah itu kau harus berpikir bagaimana cara mengunyahnya agar menemukan kenikmatan sejati ramyeon. Kau hanya perlu menikmatinya dengan santai.”
“daebak!. Aku baru tau.” Ucap Sung Gyu sambil mengerjab-ngerjabkan matanya, “Sudah cepat makan.” Intruksi Woo Hyun.
Baiklah, sekarang mereka berdua benar-benar terlihat romantis. Seperti yang diinginkan Woo Hyun. Tak jarang ketika mereka sama-sama mengambil ramyeon dari sumpit mereka, wajah mereka berdekatan bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Membuat kedua belah sisi manusia ini merasakan getaran aneh pada dada mereka masing-masing.
=====*=====
Setelah makan dan banyak membicarakan suatu hal tentang sekolah dan pelajaran mereka, rupanya jam sudah menunjukkan angka 09:30 KST. Merasa kedua mata masing-masing tak merasa kantuk, jadi keduanya memilih balkon sebagai tempat untuk merefresh mata mereka. Angin dingin malam yang langsung menembus hingga ketulang, mereka tak pedulikan. Yang terasa hanya keindahan malam Seoul. Bintang, lampu jalanan Seoul, suara klakson dan suara kembang api yang terdengar dari Sungai Han. Semuanya begitu nikmat dirasaka dalam waktu yang bersamaan.
“Gyu ....” Seru Woo Hyun membuat Sung Gyu menolehkan kepalanya kesamping. “Apa kau sekarang sedang jatuh cinta?.” Nada suara Woo Hyun terdengar begitu dingin
Sung Gyu kembali mengalihkan pandangannya lurus kedepan, “Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?.”
“Hanya ingin bertanya.”
“Apa perlu ku jawab?.”
“Kalau ada yang bertanya bukankah sebuah jawaban yang diinginkan sang penanya?.” Sung Gyu terkikik mendengar ucapan Woo Hyun yang masih terdengar dingin itu. Sedangkan Woo Hyun menatap jengah pada Sung Gyu, “Lalu apa nanti setelah kau mengetahuinya, kau akan menambah aturan apartement bahwa ‘tak boleh mencintai orang selama masih bekerja di sini selain keluarga’?.”
‘akan ku lakukan itu, Gyu, kalau orang itu bukan aku’
“Tentu saja tidak.”
“Lalu?.”
“Aku hanya ingin tau.”
“Lalu bagaimana denganmu?.”
“Kenapa kau malah balik nanya padaku?, seharusnya kau menjawab bukan malah balik nanya.”
“Kalau aku tak ingin menjawab bagaimana?.” Goda Sung Gyu. “Maka aku juga tak akan memberi jawaban.” Rupanya Woo Hyun tak mau kalah, ia malah balik menggoda Sung Gyu dengan membisikkan suaranya yang lebih mirip dengan desisan itu tepat di telinga Sung Gyu.
Sung Gyu menjauhkan kepala Woo Hyun, “Geli, Hyun ... hentikan,” Bukannya minta maaf, Woo Hyun malah tertawa karena berhasil mengerjai Sung Gyu, “Waahh!! Bahkan suaramu lebih mirip ular daripada manusia.” Gumam Sunggyu.
“Bwo?.”
Sunggyu pura-pura menguap, menutup mulutnya dengan tangannya guna menghindari Woo Hyun yang sepertinya berada di ambang kemarahan, “ahh!! Aku capek mau tidur. Sampai jumpa besok, Nam Woo Hyun-ssi.” Ucap Sung Gyu sambil melangkah menuju kamarnya menjauhi Woo Hyun.
“Ya!! Kim Sung Gyu.” Sung Gyu cekikikan dari balik pintu kamarnya mendengar teriakan Woo Hyun. Ia tahu, pasti sekarang tuan Nam itu kesal padanya. Tapi, biarlah.
Sung Gyu meloncat layaknya anak kecil pada kasurnya kemudian merebahkan tubuhnya di sana bersiap untuk memejamkan matanya, membungkus tubuhnya dengan selimut tebal hingga ke mulutnya.
‘Talk’
Bunyi kakao talknya membuat Sung Gyu harus kembali membuka mata. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel yag terletak di atas nakas di sampingnya. Sung Gyu menyunggingkan senyumnya melihat siapa yang mengirimkan pesan malam-malam padanya.
‘Apa kau sudah tidur?.’ Begitu isi pesan kakao dari orang sebelah kamarnya. Sung Gyu melihat sebentar dinding pemisah dirinya dengan sang pengirim, kemudian mulai mengetik balasan untuk orang itu.
‘Ani ..’
‘Apakah aku menggaggu?.’
‘Aniya ..’
‘^_^’
‘Kau ... kenapa kita harus bicara lewat kakao, kenapa tak bicara tadi saja?.’
‘Siapa yang masuk kamar duluan?.’ Sung Gyu terdiam, benar juga. Tadi dia masuk duluan karena takut Woo Hyun akan memarahinya
‘Gyu .. kau sudah tidur?.’ Bunyi notifikasi kakao kembali menyadarkan Sung Gyu dari lamunannya
‘Belum ... ada perlu apa, Hyun?.’
‘Aku hanya ingin menanyakan sesuatu.’
‘Akan ku jawab asalkan pertanyaanmu masuk di akal.’
‘Ini tentang traumamu pada gelap.’ Sung Gyu terdiam membaca pesan dari Woo Hyun. Apakah ia harus menceritakannya?
‘Aku hanya ingin menjagamu.’ Lagi, pesan dari Woo Hyun membuat Sung Gyu terdiam untuk beberapa saat.
‘Gyu ...’ Mungkin karena tak ada jawaban dari Sung Gyu, Woo Hyun langsung membanjirinya dengan pesan-pesan lain. ‘Gyuuuu...’
‘eh! Ya ..’
‘Ada apa denganmu? Apakah kau ke kamar mandi?.’
‘e-eum ..’
‘Jadi .. ayo cerita.’ Mungkin Sung Gyu memang harus membagi masalahnya pada Woo Hyun. Tak mungkin ia harus mengalihkan pembicaraan. Walaupun sekarang ia bisa mengalihkan pembicaraan, tak mungkin untuk besok, besoknya lagi, dan besoknya lagi. Woo Hyun pasti tetap akan memaksanya untuk bercerita
Sung Gyu pun mulai mengetik pesan panjang pada Woohyun, ‘Itu mengingatkanku pada insiden waktu aku masih berumur 5 tahun. Aku hampir di culik untuk dijadikan sandera lawan bisnis appa. Malam itu tepat ulang tahunku yang ke lima. Tiba-tiba lampu mati dan semua gelap. Saat itulah para penculik membiusku dan membawaku ke dalam bagasi mobil mereka. Tapi untugnya ada seseorang yang menyelamatkanku .... sampai sekarang aku tak tau orang itu siapa.’ Sung Gyu menghela napas setelah mengetik pesan itu.
‘Lalu apakah kau berniat mencari penyelamatmu?.’
‘Seandainya aku bisa, akan ku lakukan.’
‘Lalu akan kau apakah orang itu?’
‘Hanya ingin mengucapkan terimakasih.’
‘ouhh!!.’
Sung Gyu mengirim emoticon orang yang sedang menguap pada Woo Hyun, pertanda bahwa kantuk sudah melandanya
‘Kau sudah ngantuk?.’
‘Gyu ...’
‘Kau sudah tidur?.’ Sung Gyu tersentak kaget mendengar notifikasi kakao talknya. Segera ia mengetik balasan untuk Woo Hyun
‘Hampir.’ Mata Sung Gyu kali ini benar-benar tertutup sempurna
‘Eoh! Jalja.’ Tak ada balasan dan pesan itu dibiarkan begitu saja sampai pagi
Other_Side
Woo Hyun Point of View
‘Ini tentang traumamu pada gelap.’ Tanyaku, kali ini aku benar-benar harus tau. Mungkin aku gagal untuk mengetahui orang yang dia pernah atau sekarang tengah Sung Gyu cintai, tapi aku benar-benar ingin tau perihal tentang traumanya.
Lama ku menunggu tapi tak ada balasan, ‘Aku hanya ingin menjagamu.’ Ketikku lagi. Ya Tuhan! Semoga ia tak curiga padaku. Lagi-lagi tak ada balasan, mungkinkah ia sudah tidur?
‘Gyu ...’ Tetap tak ada. Baiklah mungkin ini bentuk pemaksaanku padanya, ‘Gyuuuu ...’
‘Eh! Ya?.’ Akhirnya jawab juga. Kukira dia sudah tidur
‘Ada apa denganmu? Apakah kau ke kamar mandi?.’ Tanyaku basa basi
‘E-eum ..’
‘Jadi, ayo cerita ..’ lama tak ada balasan, lagi. Mungkin mengetik pesan
‘Takl’ bunyi notifikasi mengalihkan perhatianku dari pemandangan atap kamarku
‘Itu mengingatkanku pada insiden waktu aku masih berumur 5 tahun. Aku hampir di culik untuk dijadikan sandera lawan bisnis appa. Malam itu tepat ulang tahunku yang ke lima. Tiba-tiba lampu mati dan semua gelap. Saat itulah para penculik membiusku dan membawaku ke dalam bagasi mobil mereka. Tapi untugnya ada seseorang yang menyelamatkanku .... sampai sekarang aku tak tau orang itu siapa.’
Aku tercengang membaca pesan panjang darinya. Aku tak heran kalau Sung Gyu mengalami kejadian seperti itu. Dia putra seorang chaebol, jadi pantas nyawanya selalu terancam dengan hal semacam itu.
‘Lalu apakah kau berniat mencari penyelamatmu?.’ Tanyaku. Semoga saja jawabannya tidak. Aku takut penyelamat Sung Gyu itu mempunyai seorang anak dan kemudian mereka dijodohkan seperti kebanyakan drama-drama yang ada di tv. Tidak! Aku tak bisa diginiin.
‘Seandainya aku bisa, akan ku lakukan.’ Dan aku akan jadi penghalangmu, Gyu.
‘Lalu akan kau apakah orang itu?.’  Tanyaku lagi.
‘Hanya ingin mengucapkan terimakasih.’
‘ouhh!!.’ Aku mendesah pelan mengetahui tujuannya. Tapi bagaimana kalau sebenarnya Alm. Tn. Kim menjodohkan Sung Gyu dengan anak penyelamat itu jauh-jauh hari? Ahh!! Maldo andwe!.
Sung Gyu hanya membalasku dengan mengirim emoticon orang yang sedang menguap, rupanya ia sudah ngantuk. Seandainya aku sekarang tengah bersamanya, akan ku tarik kepalanya untuk bersandar di pundakku. Tapi sayang, itu tak kan terjadi selama aku tak ingin ia macam-macam padaku. Aku hanya ingin Sung Gyu menurutiku dan tak membantahku. Seperti yang telah tercantum dalam peraturan 12 apartement
‘Kau sudah ngantuk?.’
‘Gyu ...’
‘Kau sudah tidur?.’ Karena tak ada balasan, mungkin ini bentuk pemaksaan dariku dengan mengiriminya banyak pesan lewat kakao. Kalau aku terus mengiriminya pesan, berarti ponselnya akan terus berbunyi karena notifikasi dariku dan pada akhirnya dia tak bisa tidur. Kekekk ...
‘Hampir.’ Ku kira dia sudah tidur
‘Eoh! Jalja.’ Tak ada balasan, rupanya benar-benar tidur. Untuk menunggu kemungkinan Sung Gyu membalas pesanku lagi, ku biarkan ponselku tetap ditanganku. Tak lama setelah itu kantuk juga menghampiriku, tanpa sadar aku pun terlelap begitu saja
Flash Back End
Sung Gyu duduk terdiam di pepustakaan seorang diri tanpa ke tiga sahabatnya. Myung Soo dan Woo Hyun latihan basket yang katanya akan ada pertandingan dalam dua minggu ini. Woo Hyun selaku ketua tim basket tentu saja tak bisa meninggalkan latihan begitu saja. Sedangkan Sung Yeol ia tak tahu, mungkin sedang di kantin.
Sung Gyu memberanjakkan dirinya mencari suatu buku penunjang pelajaran B. Inggrisnya. Sebenarnya bukan karena ia butuh buku itu, tapi karena sesuatu yang ada dalam buku itu. Buku yang memang Sung Gyu sembunyikan dan ia pisahkan dari kumpulan buku-buku yang lain.
Ada di rak paling bawah dan terselip diantara buku kamus-kamus besar. Ia mengambilnya dengan susah dan pada akhirnya ia berhasil mengambil buku yang bersampul ungu dan putih itu. Ia membawanya ke tempat duduknya lalu mulai membuka lembar demi lembar buku itu.
Itu bukanlah buku bahasa inggris seperti yang tertera pada sampul buku itu, tapi itu buku cantik yang di dalamnya dihias dengan bunga-bunga kering. Setiap lembarnya terdapat bunga dan hiasan daun yang beragam. Setiap sudut buku itu juga tertulis inisial ‘SG’ sebagai penanda buku itu milik seseorang.



Kim Sung Gyu, SG. Yap! Itu milik Sung Gyu sendiri. Itu adalah buku yang ia letakkan satu tahun lalu, saat dimana pertamakali ia bisa tinggal di rumah imonya, setelah ia sembuh dari gangguan mentalnya. Inti isi dari buku yang sedang Sung Gyu pegang saat ini adalah, kisah hidup kelamnya. Keluh kesahnya ia menjalani hidup bersama eomma tirinya yang kejam.
Sung Gyu meletakkannya di atas meja kemudian mulai mengembalikan buku-buku lain pada tempatnya. Setelah selesai, ia mengambil buku itu, membawanya ke kelas dan memasukkannya dalam tas miliknya.
Mungkin ia harus menunggu Woo Hyun selesai dengan rapatnya, lima menit lagi bel masuk berbunyi, pasti saat itu juga Woo Hyun kembali dari rapatnya
Other_Side
Mungkin sedikit berbohong demi kebaikan tidak papa. Woo Hyun dan Myung Soo tak ada rapat untuk basket karena hal itu sudah dilakukan kemarin. Sekarang dua sahabat ini tengah berada di rooftop, seperti biasa, tempat mereka untuk mendiskusikan sesuatu yang tak ingin mereka bagi walaupun untuk Sung Yeol maupun Sung Gyu.
Woo Hyun menidurkan dirinya diatas sebuah kardus yang sudah ia rapikan bersama Myung Soo, menatap langit biru di atas mereka, walaupun masih terasa menyilaukan karena sinar terik matahari. Maklumlah, mereka hanya menghadang sinar matahari itu dengan sebuah kardus, “Hyun ...”
“Wae?.”
“Kenapa kau bisa mengidolakan Sung Gyu?.”
“Karena dia namja cantik yang tegar dalam menghadapi masalah hidupnya, dan dia juga tak mau melibatkan orang lain atas masalahnya. Dia juga pintar memakai topeng senyum diwajahnya. Kau tak akan menemukan orang sepertinya” sedetik kemudian Woo Hyun mnyunggingkan senyum di bibirnya
“Sung Yeol-ku juga bisa ..”
“Lalu apa kau ingin aku merebut Sung Yeol darimu?.”
“Perhatikan ucapanmu chingu ...” Suara Myung Soo langsung terdengar geram mendengar ucapan Woo Hyun. Sedangkan Woo Hyun ketawa sambil memegang perutnya, “hahahah ... mengucapkannya saja membuatku geli Myung, bagaimana mungkin aku merebut kekasih sahabatku eoh?, lagian Sung Yeol itu tak akan mau.” Benar kata Woo Hyun. Mungkin reaksi Myung Soo terlalu berlebihan. Myung Soo tampak berpikir mengenai ucapan Woo Hyun sambil menggaruk kepalanya
“Sudah tak usah dipikirkan, bagaimanapun itu tak akan terjadi.” Hening, tak ada jawaban dari Myung Soo
“Hyun ...”
“eum ...”
“Bagaimana kalau seandainya Sung Gyu juga mencintaimu?.” Diam. Woo Hyun terdiam mendengar pertanyaan Myung Soo. Bukankah sebelumnya Woo Hyun tak pernah mengatakan kalau dia mencintai Sung Gyu pada Myung Soo?, tapi bagaimana sahabatnya ini tau tentang perasaannya?, “Kau masih belum mau mengakui perasaanmu padaku?.” Lagi-lagi diam. Bagaimana Woo Hyun mau menjawab pertanyaan Myungsoo, semuanya sudah jelas. Ia memang mencintai Sung Gyu
“Jawab, Hyun, bagaimana kalau seandainya Sung Gyu juga mencintaimu?.”
Woo Hyun mendudukkan dirinya dari tidurnya, “Ak-Aku tak tau ..” Myung Soo pun ikut mendudukkan dirinya kemudian menepuk punggung Woo Hyun
“Dua orang yang saling mencintai, ada alasan apa untuk dua orang itu tak bisa bersatu dalam hubungan yang lebih dari kata teman?,” Woo Hyun tertegun mendengar ucapan Myung Soo. Benar, tak ada alasan baginya. Tapi bagaimana kalau Sung Gyu sudah dijodohkan oleh Alm. Tn. Kim dengan anak penyelamat Sung Gyu?, “Jangan berpikir pada hal lain, Hyun, pikirkan bagaimana seandainya kau telat mengatakannya pada Sung Gyu?.”
Woo Hyun menolehkan kepalanya menghadap Myung Soo kemudian tersenyum, “Kau benar Myung.” Secara tak langsung, barusan Woo Hyun mengakui bahwa ia mencintai maidnya sendiri pada Myung Soo. “Kau lihat aku, aku memang namja yang dingin, yahh ... itu kata orang. Tapi aku masih mempunyai mental untuk menyatakan cintaku pada Sung Yeol. Kau sendiri yang terkenal karena kesombonganmu, masa iya tak mempunyai mental untuk menyatakan cinta pada Sung Gyu?.” Pikiran Woo Hyun kali ini kalut. Ia tak tau harus apa. Benar kata Myung Soo, ia harus memikirkan bagaimana seandainya ia telat menyatakan cintanya pada Sung Gyu?, tapi ia juga memikirkan hal lain. Bagaimana kalau seandainya Sung Gyu telah dijodohkan?
Kring!!!
Bel tanda istirahat selesai, berarti Woo Hyun dan Myung Soo harus kembali pada kelas masing-masing, “Sekarang adalah waktu untukmu untuk berpikir Hyun ..” itu adalah ucapan Myung Soo terakhir kali sebelum ia meninggalkan Woo Hyun sendiri terdiam kalut dengan pikirannya di rooftop

‘Dua orang yang saling mencintai, ada alasan apa untuk dua orang itu tak bisa bersatu dalam hubungan yang lebih dari kata teman?’


TBC

0 komentar:

Posting Komentar