Kamis, 13 April 2017

ff WooGyu Falling in Love With My Idol Chapter 8


Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 8
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 8 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading  ~0~)
Sebelumnya dichapter 7
“Sekarang adalah waktu untukmu untuk berpikir Hyun ..” itu adalah ucapan Myung Soo terakhir kali sebelum ia meninggalkan Woo Hyun sendiri terdiam kalut dengan pikirannya di rooftop.
Chapter 8
Dua jam berlalu namun tak ada tanda-tanda Woo Hyun kembali. Kepala Sung Gyu tak jarang menoleh ke arah pintu hanya untuk memastikan kedatangan Woo Hyun. Sampai bel pulang pun Woo Hyun tak kembali. Ia memutuskan ke kelas sebelah setelah memasukkan kembali buku-bukunya dan dan buku Woo Hyun, menunggu Myung Soo dan Sung Yeol di luar kelas.
Seperti biasa, Myung Soo dan Sung Yeol tampak mesra dengan kedua tangan mereka yang selalu bertautan indah, “Myung Soo ...” panggil Sung Gyu sambil mengibaskan tangannya dari luar kelas.
Keduanya pun menghampiri masih dengan tangan tak lepas, “Kau tadi rapat bersama Woo Hyun?”
“Eum, wae?”
“Kau kembali kenapa Woo Hyun tak kembali?”
“Dia belum kembali?”
“Iya. Dimana dia sekarang?”
“Terakhir aku bersamanya di rooftop.”
“Baiklah, gomawo,” Myung Soo menatap aneh Sung Gyu. Sedangkan Sung Yeol tampak tersenyum melihat kepergian Sung Gyu.
“Kau tersenyum?” Tanya Myung Soo. Sung Yeol menganggukkan kepalanya, “Ada sesuatu Ny. Kim?”
“Ya! Jangan panggil aku dengan nama itu,” kesal Sung Yeol sambil mempoutkan bibirnya, “Kau tak lihat tadi Sung Gyu menampakkan raut kekhawatiran di wajahnya?”
“Apa ada yang salah?”
“Aishh, kalau seperti itu berarti dia mengkhawatirkan Woo Hyun, Myung.” Myung Soo menganggukkan kepalanya, “Dugaan kita tak mungkin salah,” keduanya pun tersenyum penuh makna. Akhirnya dua makhluk yang terkenal dengan kemesraannya di WHS ini berjalan keluar meninggalkan sekolah.
=====*=====
Sung Gyu berlari-lari kecil melewati tangga yang menghubungkannya dengan rooftop. Saat hendak membuka pintu tiba-tiba ...
Brak! Brak!!
“Ahh!”
Dua kali bunyi benturan itu terdengar. Bunyi pertama adalah pintu yang ditutup secara kasar dan bunyi kedua adalah tubuh Sung Gyu yang di dorong dengan sangat keras hingga menghasilkan bunyi yang tak enak di indra pendengar.
Sung Gyu merintih sakit setelah punggungnya menghantam pintu rooftop dengan keras. Sepertinya tulang punggungnya patah akibat ini. Sung Gyu membelalakkan mata sipitnya setelah mengetahui orang yang membenturkan badannya sedemikian keras tadi, lebih tepatnya siapa orang yang sekarang tengah mengurung tubuhnya.
“Wo-Woo Hyun-ah!” serunya tak percaya melihat orang yang sekarang tepat berada di hadapannya.
Woo Hyun menatap mata bulan sabit Sung Gyu dengan tatapan yang ... entahlah, Sung Gyu tak bisa mengartikan tatapan ini. Bukanlah tatapan biasa antara majikan dan pelayan yang biasa Woo Hyun berikan padanya.
“Woo Hyun-ah, wae geure?” Tanyanya masih setengah menahan sakit pada area punggungnya, sedangkan Woo Hyun malah semakin menempelkan tubuhnya pada Sung Gyu. Menghimpit tubuh Sung Gyu antara tubuhnya dan pintu.
“Gyu, saranghae,”
Lagi-lagi Sung Gyu membelalakkan matanya untuk kedua kalinya. Hening, tak ada yang bersuara. Keadaan keduanya pun masih tetap. Yang terdengar hanya suara detak jantung dan deru napas mereka yang menerpa wajah masing-masing orang yang ada di hadapannya, menandakan betapa dekat jarak mereka saat ini.
Pelan Sung Gyu mendorong tubuh Woo Hyun kemudian Sung Gyu keluar dari kurungan badan Woo Hyun, “Hahahaha ... aktingmu bagus, Hyun. Apa pertandingan basket akan mengadakan pertunjukan drama untuk ketua tim basket mereka?”
Woo Hyun memiringkan kepalanya tak mengerti dengan pertanyaan Sung Gyu. Hey! Dia sungguh-sungguh ..
Sung Gyu turun mendahului Woo Hyun tanpa menunggu jawaban, menghindari kontak matanya dengan Woo Hyun, “Cepatlah turun! Aku menunggumu di tempat parkir,” teriaknya.
Woo Hyun menghela napas melihat punggung Sung Gyu yang semakin menghilang di telan beberapa belokan dan turunan pada tangga, “Padahal aku sudah sungguh-sungguh,” kesal Woo Hyun.
“Kau harus kembali ke kelas, ambil tasmu disana,” suara Sung Gyu membuat Woo Hyun terperanjak kaget sambil memegangi dadanya. Rupanya Sung Gyu kembali dan menyembulkan kepalanya di belokan tak jauh dari tempat Woo Hyun berdiri, ‘Apakah barusan dia mendengar suaraku?’ Tanya batin Woo Hyun.
“A-arasseo,” setelah itu Sung Gyu turun lagi meninggalkan Woo Hyun.
‘Akting yang bagus. Berhasil membuat jantungku berdetak seperti ini. Kau hebat, Hyun,” Batin Sung Gyu sambil memegangi dada sebelah kirinya.
Woo Hyun mengambil ponselnya kemudian mengetik beberapa pesan pada seseorang. “Myung Soo-ya, aku sudah mengatakannya tapi dia tak percaya. Apa yang harus aku lakukan?” Setelah itu Woo Hyun menekan tombol send pada screen ponselnya.
Sesaat kemudian notif pesan terdengar, ‘Kau mengatakannya?’ Begitu balasan dari pesan yang tadi sempat ia kirim pada Myung Soo.
“Dia menganggapku bercanda,” balasnya lagi.
‘Berarti waktu kau mengatakannya memang kurang serius. Seriuslah sedikit, Hyun. Agar Sung Gyu juga serius menanggapimu,”
“Aku sudah serius pabo!”
Lama Woo Hyun menunggu, tapi tak ada balasan dari Myung Soo. Ia memutuskan turun dari tangga, kembali ke kelas mengambil tas, ambil mobil, lalu pulang. Mungkin ia harus mencobanya lagi ...
=====*=====
Saat Woo Hyun sudah sampai di parkiran, ia sudah mendapati Sung Gyu dengan tampang yang sangat menggemaskan. Bibirnya di pout-poutkan layaknya anak kecil dan tatapan kesal namun tampak polosnya. Seketika ini juga Woo Hyun tidak tahan ingin mencubit pipi Sung Gyu. Ia tahan, mungkin ini adalah resiko yang harus ia tanggung karena kelambanannya dalam menyatakan cinta pada Sung Gyu. Perasaannya bergejolak untuk cepat mengklaim Sung Gyu sebagai namjanya dan menjadikan Sung Gyu sebagai orang istimewa yang harus ia lindungi. Apalah daya, mengatakannya sudah, tapi orang yang dimaksud menganggap semuanya sebuah candaan.
“Hyun, palliwa ... aku harus istirahat dulu sebelum berangkat ke kafe,” teriakan Sung Gyu saat melihat Woo Hyun sudah berdiri tak jaduh darinya.
Woo Hyun mengambil kunci motor yang ada di saku celana seragam sekolahnya kemudian menekan tombol kunci mobil otomatisnya dan mengarahkan pada mobilnya, membuka pintu mobil agar Sung Gyu bisa masuk duluan, “Masuklah duluan, aku ada pesan dari Myung Soo,” intrupeksinya pada Sung Gyu.
Sesuai dengan ucapan Woo Hyun, ia pun masuk ke dalam mobil duluan. Perasaan mengganjal pada ulu hatinya tak dapat ia halangi. Pagi tadi Woo Hyun berhasil membuatnya terkaget-kaget dan kejadian di tangga tadi benar-benar membuatnya jantungan.
Flashback
Sejak satu bulan yang lalu, Sung Gyu memutuskan berhenti menjadi pengantar susu, merupakan suatu kewajiban bagi Sung Gyu untuk membangunkan Woo Hyun. Pertengkaran kecil pun kerap terjadi karena Woo Hyun yang tidak biasa bangun jam enam pagi, biasanya ia bangun 30 menit sebelum berangkat sekolah (jam masuk sekolah 08:30, berarti bangun jam 08:00), paling cepat Woo Hyun bangun jam 07:00 KST, satu jam sebelum berangkat sekolah. Namun pertengkaran itu tak pernah bertahan lama, sehabis mandi dan Woo Hyun siap berangkat sekolah pasti semua sudah kembali seperti semula. Sung Gyu tahu kalau Woo Hyun tidak benar-benar memarahinya kala ia membangunkannya. Pikiran orang yang baru bangun tidur pantas agak sedikit linglung kan?
Tok! Tok! Tok!
Sung Gyu mengetuk pintu kamar Woo Hyun, namun sejauh ini tak ada jawaban dari sang pemilik kamar. Ia mencoba membuka pintu, berharap tak dikunci. Benar saja, rupanya Woo Hyun lupa mengunci pintunya. Dengan sedikit mengendap-endap layaknya maling, Sung Gyu berjalan pelan menuju tempat tidur Woo Hyun berniat membuat Woo Hyun terkejut agar Woo Hyun langsung bangun dengan gampang tak perlu muluk-muluk seperti hari-hari sebelumnya.
“BA!!” Teriak Sung Gyu sambil menarik selimut yng menutupi badan Woo Hyun.
Krik! Krik!
Tak berhasil. Cara tidurnya sangat berantakan. Mungkin Sung Gyu sudah biasa melihat pemandangan menggelikan ini. Bantal yang jatuh ke lantai, kepala Woo Hyun yang jatuh dari bantal, kancing piyama Woo Hyun yang sedikit terbuka, rambut acak-acakan. Tidurnya berputar seperti gasing.
Sung Gyu menghela napas kemudian membuangnya kasar. Mengguncang tubuh Woo Hyun dengan pelan, “Woo Hyun-ah, ireona,” ucapnya sambil mengguncang Woo Hyun.
Tak ada respon. Bahkan Woo Hyun tak bergerak sama sekali. Sung Gyu pun menambah guncangannya sedikit kasar, “Woo Hyun-ah, ireonabwa!” Tetap tak ada balasan. Woo Hyun hanya menggeliat dan membalikkan badannya ke arah samping sambil menggumamkan suatu kata yang tak bisa Sung Gyu mengerti.
Sung Gyu menepuk pundak Woo Hyun. “Woo Hyun-ah, ireona,” sekarang bahkan Woo Hyun tak bergerak sedikitpun, “Apa kau sudah bangun?” Tanya lagi.
“eum ...” Woo Hyun sekedar menjawab asal, Sung Gyu tahu itu. Woo Hyun pasti masih belum bangun, percuma juga ia bertanya pada orang yang jelas-jelas masih ada dalam dunia mimpi.
“Woo Hyun-ah! Woo Hyun-ah!”
“Aish!!” dengus Woo Hyun. Sung Gyu lagi-lagi menghela napas melihat majikannya yang memang sangat susah untuk bangun, kewajibannya sebagai seorang pelayan adalah pada pagi hari, itupun kerena hal ini, membangunkan Woo Hyun. “Ya! Ireona”
Berhasil, Woo Hyun bangun dari tidurnya masih dengan mata yang sedikit terpejam, “Wae?” tanya Woo Hyun sambil mengucek matanya. ia duduk kemudian mendorong Sung Gyu keluar kamarnya. Setelah menutup pintu, Woo Hyun kembali tidur.
“Tuannnnn!!!” teriak Sung Gyu. Sung Gyu masuk lagi ke kamar Woo Hyun dan langsung teriak di sana. Berharap saja semoga tetangga mereka tak terganggu, “Ayolah Hyun, biasakan bangun pagi eoh! Ini sudah jam enam pagi,” ucap Sung Gyu kemudian mendudukkan badannya di tempat tidur Woo Hyun.
“Palli ireona eoh!” Woo Hyun membuka selimut yang membungkus tubuhnya lalu mendudukkan dirinya di depan Sung Gyu. Sung Gyu juga merasa kaget kenapa tiba-tiba Woo Hyun menatapnya seperti itu, sebuah tatapan yang menyejukkan dan tak bisa mengalihkan perhatiannya.
“Kenapa aku harus bangun pagi? Kenapa aku harus sekolah? Ahhh!! Semuanya membuatku frustasi, Gyu” ucap Woo Hyun sambil meremas rambutnya kasar.
“Karena itu kewajiban kita, Hyun,”
“Kita? Kau saja, aku tidak,” singkat Woo Hyun kemudian kembali tidur dan membungkus badannya dengan selimut. Baiklah, ini langkah terakhir, Sung Gyu harus benar-benar menahan emosi kalau membangunkan tuannya.
Sung Gyu naik ke atas tempat tidur Woo Hyun kemudian menaiki tubuh Woo Hyun, pasrah semoga Woo Hyun tak berburuk sangka dengannya yang tiba-tiba melakukan hal ini. Woo Hyun membuka selimut yang menutupi tubuhnya merasa sesuatu yang berat telah menimpa badannya. Sesaat kemudian ia membelalakkan matanya melihat Sung Gyu yang tiba-tiba sudah ada di atas tubuhnya, lebih tepatnya wajah Sung Gyu yang tiba-tiba ada di depan wajahnya tepat saat ia membuka selimut. Sung Gyu memandang Woo Hyun dengan tatapan sexi dan menggoda dengan menggigit bibir tipisnya, “Ya! Apa yang kau lakukan?” Teriak Woo Hyun sambil berusaha menjauhkan kepala Sunggyu dan menurunkan Sung Gyu dari atas tubuhnya.
Namun Sung Gyu malah semakin menggodanya dengan membisikkan sesuatu tepat di telinga Woo Hyun, “Kalau kau tak bangun maka aku bisa lebih dari ini, Hyun.” Woo Hyun terdiam, ia hanya mengerjap-ngerjapkan matanya heran dengan tingkah aneh Sung Gyu. Tak bisa bohong, detak jantungnya saat ini tidak bisa dikatakan berdetak normal.
“Y-ya! Kau membuatku geli dengan tatapan sok seximu itu.” Sung Gyu termangu, alam sadarnya kembali. Pipinya memerah, malu. Bagaimana mungkin ia melakukan hal ini pada tuannya.
Saat hendak mengangkat wajahnya dan berusaha turun dari badan Woo Hyun, tiba-tiba sebuah tangan menekan tengkuknya, Sung Gyu tahu siapa pemilik tangan yang sekarang tengah menekan tengkuknya.
“Lanjutkan Gyu?” Sung Gyu mengangkat alisnya bingung dengan ucapan Woo Hyun. Hembusan napas hangat Woo Hyun begitu menyejukkan menerpa wajahnya, “Katanya kau bisa lebih dari ini?”
Sung Gyu mencubit dada Woo Hyun membuat sang empu sedikit mengerang dan alhasil Woo Hyun melepas tangannya yang tadi menahan tengkuk Sung Gyu, “Apa yang kau lakukan?” Tanyanya masih tetap diatas Woo Hyun.
“Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, Gyu?” Benar, dia yang memulai melakukan aksi gila ini.
Saat Sung Gyu hendak turun dari badan Woo Hyun dan berniat turun dari tempat tidur, lagi-lagi sebuah tangan menahannya. Woo Hyun menarik tangan Sung Gyu dengan sedikit sentakan membuat Sung Gyu oleng dan mendarat di dada Woo Hyun yang masih tiduran. Woo Hyun memeluknya erat, Sung Gyu berusaha kabur dari suasana ini, ia hanya tak ingin Woo Hyun merasakan detak jantungnya. Kalau terus menempel seperti ini, bisa bahaya baginya. Ia tak mungkin bisa mengontrol detak jantungnya dengan benar.
“Ekhmm ... Hyun,” dehamnya sedikit untuk menghilangkan kegugupannya.
“Biarlah seperti ini, Gyu. Untuk beberapa menit saja,” Sung Gyu pun mengikuti ucapan Woo Hyun. Ini gampang. Hanya berdiam diri dalam pelukan Woo Hyun sambil mendengarkan detak jantung Woo Hyun. Tapi tentu saja tak gampang bagi Sung Gyu. Ia harus mati-matian meredam detak jantungnya.
FlashBack END
Keduanya sampai di apartement, lengkap dengan kantong belanjaan yang tadi sempat Sung Gyu borong di super market terdekat. Tak lupa sebuah cup es krim besar untuk mereka berdua, ‘belikan aku dan kau boleh memotong gajiku selama satu bulan’ begitu kata Sung Gyu sebelum Woo Hyun membeli es krim berukuran jumbo itu. Benar-benar terdengar seperti seorang istri yang sedang mengomeli suaminya yang baru pulang kerja ..
“Hyun, kau istirahat saja. Letakkan pakaian kotormu dalam mesin cuci nanti aku akan cuci. Setelah itu mandi, dan kembali kesini. Kita makan sebelum aku berangkat ke kafe. Kau tak usah mengantarku, setelah dari kafe aku masih ada urusan dengan Sung Yeol.” Tutur Sung Gyu panjang lebar setengah teriak mengingat jaraknya dengan Woo Hyun lumayan jauh. Dapur – ruang tamu.
“Ingat, Gyu. Peraturan apartement pasal 9. Tak boleh keluar apartement melebih jam 10,”
Sung Gyu memutar bola matanya malas mengingat peraturan bodoh apartement yang satu bulan lalu Woo Hyun buat, “Oh ayolah, Hyun. Hanya Sung Yeol,”
“Bukan karena siapa yang akan kau temui, Gyu. Tapi waktumu.” Sung Gyu mendengus kesal.
Sayur yang biasanya ia tata rapi di dalam kulkas berdasarkan jenisnya, sekarang ia tumpuk dijadikan satu. Woo Hyun mungkin bisa marah dengan kerjanya. Tapi peraturan 12 biji yang di buat Woo Hyun benar-benar membuat darahnya mendidih seketika.
“Awas saja kau, Nam Woo Hyun pabo! Awas saja huh! Tak kan ku beri makan kau selama satu minggu,” dengusnya.
“Bwo!?”
Sebuah suara menghentikan acara merapikan sayurannya. Ia yakin itu suara Woo Hyun, siapa lagi?. Pelan Sung Gyu membalikkan badannya, mendapati Woo Hyun yang sudah ada di hadapannya dengan berkacak pinggang.
‘Mati kau, Kim Sung Gyu.’ umpatnya dalam hati.
“An-aniya ... hehehe ...” Sung Gyu hanya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya menghindari semprotan kemarahan Woo Hyun. Sung Gyu langsung lari terbirit-birit menuju ruang tamu. Sedangkan Woo Hyun menatap kesal kepergian Sung Gyu. Bisa-bisanya Sung Gyu berpikir seperti itu padanya. Mungkin Sung Gyu perlu diingatkan, kalau Woo Hyun adalah majikannya.
=====*=====
Sung Gyu duduk di sofa ruang tamu sambil menyelonjorkan kedua kakinya ke depan. ‘Anggap apartemenku ini rumah sendiri,’ ia ingat betul ucapan Woo Hyun saat ia mencoba menjadikan dirinya benar-benar terlihat seperti seorang pelayan dimata Woo Hyun.
Woo Hyun tak suka Sung Gyu benar-benar terlihat seperti pelayannya, ia lebih suka Sung Gyu bersikap biasa, terlihat seperti seorang sahabat atau mungkin orang yang memang ia specialkan. Nantinya ...
Sesekali Sung Gyu menoleh kebelakang untuk mengecek kedatangan Woo Hyun dari dapur. Ia harus segera minta maaf, ia harus ralat ucapannya tadi. Sangat tak enak makan es krim satu cup berdua tapi perasaan masing-masing saling berkecamuk.
Woo Hyun datang kemudian mendudukkan dirinya di samping Sung Gyu (beda kursi), Sung Gyu menarik kakinya duduk seperti biasa. Sung Gyu menunduk dalam menghindari tatapan menyeramkan Woo Hyun. “Apa yang kau  katakan tadi tentangku, Gyu?”
Benar dugaannya. Sepertinya Woo Hyun benar-benar marah, “Mianhae Woo Hyun-ah, aku tak bermaksud,”
Tak ada respon, Woo Hyun hanya meletakkan cup es krim di hadapan Sung Gyu, mengabaikan ucapan Sung Gyu. Sung Gyu tak beringsut untuk mengambil sesuap es krim untuk mulutnya, biasanya setiap melihat es krim ia langsung bersemangat. Sepertinya kemarahan Woo Hyun sangat berakibat padanya.
“Mianhaeyo ...” masih tak ada respon. Lagi-lagi Woo Hyun mengabaikannya. Woo Hyun malah mulai menyendokkan suap demi suap es krim kemulutnya.
“Woo Hyun-ah,” kali ini Sung Gyu mengangkat kepalanya, mengeluarkan tatapan memelasnya. Tapi sayang, Woo Hyun tak melihat tatapan bak bocah itu. Woo Hyun masih tetap memakan es krim dengan nikmat.
“Mian Woo Hyun-ah ... Ak-aku tak bermmmmppphhh...”
Sung Gyu membelalakkan mata bulan sabitnya saat sebuah benda kenyal tiba-tiba menempel pada bibir tipisnya. Seperti tersetrum listrik ribuan volt, ia tak bisa bergerak, bahkan tangannya kaku hanya untuk mendorong dada Woo Hyun agar cepat menyudahi ini semua.
Hanya menempel, namun terhitung lama. Woo Hyun memejamkan mata sedangkan Sung Gyu masih sibuk memikirkan apa yang terjadi. Tangan Woo Hyun terulur menekan tengkuk kepala Sung Gyu, isyarat untuk tidak melepaskan tautan bibir keduanya. Woo Hyun yang semula berdiri kini berusaha mendudukkan dirinya disamping Sung Gyu tanpa melepas tautan bibir mereka.
Sung Gyu yang mulai mengerti dengan apa yang terjadi, pelan memejamkan mata mengikuti Woo Hyun. Dapat Sung Gyu rasakan bibir Woo Hyun mulai bergerak sensual, dan ciuman itu berubah menjadi sebuah ciuman yang sedikit menuntun bagi Sung Gyu, mau tak mau ia pun mengikuti gerakan demi gerakan yang Woo Hyun ciptakan pada bibirnya demi menyeimbangkan keinginan perasaannya. Tentu saja perasaannya tak bisa berbohong, ia menikmati ini semua. Walaupun ia tahu, status hubungannya dengan Woo Hyun tak lebih dari seorang majikan dan pelayan.
Sung Gyu meremas sedikit bahu Woo Hyun sebagai isyarat untuk menyudahi semuanya. Woo Hyun yang mengerti pun mulai melepas tautan bibirnya dengan Sung Gyu. Deru napas keduanya terdengar begitu jelas, meraup oksigen dengan rakus karena kekurangan oksigen di paru-parunya akibat ciuman panjang tadi. Wajah keduanya masih tak berjarak, bahkan bibir Woo Hyun dengan jelas masih berada tepat di depan bibir merah Sung Gyu. Jika salah satu mereka mendongak ataupun menunduk, bisa dipastikan dua bibir itu kembali bertemu.
“Gyu, Saranghae,” ucap Woo Hyun tepat di depan wajah Sung Gyu sambil menangkup pipi Sung Gyu dan mengusap surai caramelnya.
Sung Gyu hanya mengerjapkan matanya lucu, “Dengar, Gyu. Ini bukan latihan pertunjukan drama seperti yang tadi kau pikirkan. Aku benar-benar mencintaimu. Kau benar, aku memang selalu menganggapmu sebagai sahabatku. Tapi aku mengakatannya untuk menutup kecurigaanmu. Aku takut kau mencurigaiku, bahwa sebenarnya aku sudah lama mencintaimu,” panjang lebar Woo Hyun mengungkapkan perasaan yang sudah duan tahun ini ia pendam sendiri, bahkan Myung Soo sebagai sahabatnya baru mengetahui tadi pagi. Benar-benar sebuah ungkapan tulus dari hatinya.
Lama Woo Hyun memandangi wajah Sung Gyu, tapi sepertinya tak ada tanda-tanda bagi Sung Gyu untuk mengatakan sesuatu yang Woo Hyun tunggu-tunggu. Tapi Tunggu! Bukankah Woo Hyun tak memberikan pertanyaan apapun padanya?
“Jadi bagaimana, Gyu?”
“Apanya yang bagaimana, Hyun?”
Cup~~
Lagi-lagi Woo Hyun menempelkan bibirnya, walaupun terjadi begitu gesit tapi berhasil membuat Sung Gyu kembali membelalakkan matanya. “Apa kau juga mencintaiku?”
Sung Gyu melepas tangan Woo Hyun yang sedari tadi menempel pada pipinya, membalikkan badannya kemudian menundukkan kepalanya, “Ada apa, Gyu?”
“Ak-Aku tak tau, Hyun ...”
Woo Hyun mengambil tangan Sung Gyu kemudian membungkus tangan Sung Gyu dengan tangan besar miliknya membuat Sung Gyu mendongakkan kepalanya dan menatap Woo Hyun dengan tatapan sejuk yang ia miliki, “Apa yang kau rasakan ketika kau dekat denganku selama satu bulan?” Tanya Woo Hyun.
Sung Gyu tampak berpikir. “Aku hanya merasa nyaman saat denganmu, aku merasa aman, dan saat kau memberikan perhatian lebih padaku, aku merasa senang. Apalagi seperti tadi ...” tiba-tiba rona merah menyeruak di kedua pipi chubby Sung Gyu mengingat beberapa menit lalu saat ciuman panas tak terduga itu terjadi.
Woo Hyun menarik Sung Gyu ke dalam pelukannya, menenggelamkan kepala Sung Gyu di sana, “Aku akan menjagamu, Gyu. Aku akan membuatmu merasa aman, aku tidak akan membiarkanmu kembali seperti dulu. Aku akan mengembalikan semua hak yang sudah eomma tirimu ambil,”
Woo Hyun melepas pelukannya beralih menangkup kedua pipi Sung Gyu lagi, “Saranghae, Kim Sung Gyu. Mau kah kau menjadi namja chinguku?”
Air mata Sung Gyu meluncur begitu saja membuat Woo Hyun terheran-heran dengan Sung Gyu, “Wae? Wae geure? Kenapa kau menangis eoh!?” tanya Woo Hyun sambil menghapus lelehan air mata yang terus meluncur tanpa henti dari mata sipit Sung Gyu.
Cup~
Tanpa di perkirakan dan tak pernah diperkirakan Sung Gyu akan melakukan ini pada Woo Hyun. Tiba-tiba Sung Gyu memajukan wajahnya dan menempelkan begitu saja bibirnya pada bibir Woo Hyun yang memang sudah dekat sedari tadi karena tangkupan tangan Woo Hyun pada pipinya.
Anggap saja itu adalah jawaban atas pertanyaan Woo Hyun, dan air mata itu adalah air mata kebahagian. Mendengar semua pengakuan dan keinginan Woo Hyun tentang dirinya membuat Sung Gyu tak butuh waktu lama untuk berpikir. Semuanya sudah jelas, sebenarnya ia memang mencintai Woo Hyun sejak namja tampan itu mulai masuk pada kehidupannya dengan serentak.
Kenal tanpa diperkiran dan menjadi dekat tanpa sebuah niatan. Semuanya terjadi karena takdir

TBC

0 komentar:

Posting Komentar