Tittle : Falling
In Love With My Idol Chapter 9
Author: Kim Hye
Jin_MRS
Main cast :
WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast :
Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre :
Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk
semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length
: Chapter 9 of...?
WARNING :
pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo
bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi
Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar
berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang
sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy
Reading! ~0~)
Ceklek!
Pintu terbuka.
Reflex Woo Hyun dan Sung Gyu melepas pagutan itu. Sung Gyu mendorong bahu Woo
Hyun untuk segera menjauh darinya, setidaknya jarak untuk meredam detak jantung
dan pipinya yang memerah. Tapi tunggu! Siapa yang membuka pintu? Dan sepertinya
orang itu juga mengetahui password apartemen Woo Hyun.
“Eoh! Appa ...”
seru Woo Hyun lesu, “Kalian mengganggu kami. Katanya dua bulan ini, kan baru
satu bulan,” lanjutnya lagi sambil mempoutkan bibirnya.
Sung Gyu hanya
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Tn. Nam dan Ny. Nam tampak
menatap penuh selidik pada dua makhluk yang mulai bertingkah tak nyaman di
depan mereka.
“Apa kami
melewatkan sesuatu?”
“Kenapa kau
masih bertanya, yeobo. Tentu saja mereka ....”
“Eomma ...!”
potong Woo Hyun.
“Tidak usah
malu,” kekeh Ny. Nam. “Jadi, apakah ini yang namanya Kim Sung Gyu?” Lanjut Ny.
Nam sambil mendudukkan dirinya di sebuah sofa di depan Woo Hyun dan Sung Gyu,
sedangkan Sung Gyu hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Ny. Nam.
“Kau memang
tampan, seperti temanku Kim Si Won.”
“Dia cantik,
appa,” sergah Woo Hyun.
Sung Gyu merasa
arah pembicaraan antara anak dan orang tua ini mulai tak enak untuk di dengar.
Ia mencubit sedikit lengan Woo Hyun hingga mengeluarkan seruan sakit darinya.
Tn. dan Ny. Nam hanya terkekeh melihat adegan yang menurutnya lucu itu.
“Kau cantik,
Gyu.”
“Aku namja,
Hyun.” Ucap Sung Gyu lirih namun penuh penekanan disetiap katanya.
“Jadi ... apa
kalian hanya sebatas teman atau lebih?” Tanya Tn. Nam to the point membuat
keduanya terdiam.
“Ayolah, cukup
katakan iya atau tidak,”
“I-iya .. baru
saja,”
“Syukurlah!” Seru
Ny. Nam sambil mengelus dadanya. Woo Hyun dan Sung Gyu sambil menatap, heran
dengan respon Ny. Nam.
“He!? Eomma
memang mengharapkan kami pacaran, begitu? Bukankah sebelumnya eomma tidak
mengenal Sung Gyu?”
“Bahkan eomma
mengenalnya lebih dulu darimu, Hyun.” Woo Hyun mengangkat sebelah alisnya,
semakin heran dengan ucapan sang eomma.
“Biar appa yang
jelaskan,” Tn. Nam mulai angkat bicara. Ia dudukkan badannya tepat di depan
sofa yang tengah Woo Hyun dan Sung Gyu duduki, di samping Ny. Nam.
“Aku dan Si Won
adalah teman bisnis hingga kami menjadi sahabat. Sejak kelahiran Sung Gyu, ia
jarang masuk kantor. Karenanya dia memintaku untuk membantunya. Kami saling
membantu. Aku menggantikan pimpinan perusahaannya untuk sementara. Sedangkan
aku meminta Kim Dong Hyun untuk menghandel semua urusan perusahaanku. Kalian
tahu sendiri, kami sama-sama pebisnis,”
“Tunggu tuan,
siapa Kim Dong Hyun?”
“Appanya Myung
Soo.” Sela Woo Hyun.
“Tepat saat
ulang tahun Sung Gyu yang ke-5 dan Si Won sudah kembali mengambil alih perusahaannya,
kau hampir di culik oleh musuh bisnis kami, Dandalion Corp. Untungnya aku
berhasil menyelamatkanmu,”
Sontak mata
sipit Sung Gyu membulat, begitu pun Woo Hyun. Langsung saja Sung Gyu
menyimpuhkan badannya di depan Tn. Nam. dan Ny. Nam. Tn. Nam yang tidak
mengerti dengan keadaan pun hanya menatap mata Sung Gyu yang tampak
berkaca-kaca.
“Apa yang kau
lakukan, Gyu?”
“Selama bertahun-tahun
saya mencari anda hanya untuk berterimakasih tuan, baru hari ini kata ini bisa
terucapkan. Gomawopseumnida ... jeongmal gomawopseumnida ...” *tulisannya salah
ya? L
“Tunggu! Maksud
semua ini apa, Hyun?”
“Sebenarnya
kejadian 12 tahun lalu itu terekam dengan jelas dalam memori Sung Gyu, appa. Ia
ingin mengucapkan terimakasih pada penyelamatnya dulu tapi banyak rintangan baginya,
bahkan hanya untuk keluar rumah.”
“Ahh! Aku baru
ingat, Si Won menikah dengan Choi Jin Ki kan, yeobo?”
“Eum. Sekarang
bangunlah, Gyu.” Ujar Tn. Nam sambil memegang kedua pundak Sung Gyu dan
membantunya untuk berdiri.
“Apakah Jin Ki
memperlakukanmu dengan baik?”
Saat Sung Gyu
hendak membuka mulut, Woo hyun langsung menyelanya dengan seenak jidat, “Buruk,
eomma. Sungguh! Sung Gyu-Ku sangat menderita saat tinggal dengannya,”
“Sudahlah,
Hyun.”
“Semuanya harus
terbalaskan, Gyu.”
“Itu adalah
tugas kami, Gyu. Kami akan membantumu,”
“Tapi tuan ...
saya terlalu merepotkan anda,”
“Hahh ...
sayangnya kami tak merasa direpotkan, benar kan yeobo?”
“Eum, tentu. Sebenarnya
kami langsung kemari setelah mendarat karena ada sesuatu yang harus kami
bicarakan dengan kalian,”
“Ada apa,
appa?”
“Mungkin Si Won
tidak sempat mengatakan ini pada Sung Gyu. Percayalah, kami benar-benar
melakukan perjanjian ini. Sebenarnya kalian telah kami jodohkan waktu usia
kalian masih dini. Hanya kami berempat yang tahu, kami merahasiakannya dari
orang luar bahkan imonya Sung Gyu yang sekarang ada di Itali.”
Kedua mata Woo
Hyun dan Sung Gyu membulat. Tak lama kemudian keduanya saling menatap. Ada
perasaan senang setelah mendengar penuturan Tn. Nam. Secara otomatis, kewaswasan
Woo Hyun bahwa Sung Gyu telah di jodohkan dengan anak penyelamat itu sudah
hilang. Toh yang menyelamatkan Sung Gyu waktu itu appanya sendiri.
Kenyataannya, perjodohan itu terjadi antara dirinya dan Sung Gyu.
“Apakah kalian
ingin kami merayakan pertunangan kalian secara besar-besaran?”
“Andwe!!”
Teriak keduanya secara bersamaan.
“Waeyo?
Bukankah itu akan menyenangakan? Lagian kalian kan sudah saling mencintai,”
“Eomma ... kami
masih berada di tahun ke dua SHS, kami masih harus melewati satu tahun lagi.
Dan ... tahun ketiga itulah penentu masa depanku. Aku yakin Sung Gyu juga akan
menolak,”
“Appa bisa
mempercepat masa pembelajaran kalian. Kalian berdua bisa lewat kelas
akselerasi, kan?”
“Appa kira Sung
Gyu-Ku masuk sekolah hanya demi sebuah kertas, begitu?”
“Hah! Kalian
memang sama. Tak salah appa menjodohkan kalian ...”
Sung Gyu hanya
menyembunyikan senyum tipisnya mendengar ucapan Tn. Nam. “Appa dan eomma pulang
dulu .. awas kalian berdua, walaupun kalian sudah tunangan kalian harus tetap
jaga jarak eoh!” Woo Hyun memutar bola matanya mendengar ucapan sang appa.
Kenapa appanya mendadak cerewet seperti eommanya?
“Kalaupun nanti
ada kabar Sung Gyu hamil, eomma akan tetap senang. Kalian tenang saja, hiraukan
ucapan appa ..”
“Tidak! Kalian
harus tetap jaga jarak,”
“Yeobo ....”
“Sudah. Kita
pulang, Hyun. Appa titip Sung Gyu ...”
=====*=====
Saat Tn. Dan
Ny. Nam sudah dipastikan menutup pintu, langsung saja Woo Hyun kembali
menerjang Sung Gyu dan menyandarkannya di kepala sofa.
“Hyun ...” seru
Sung Gyu.
“Eum ...” ucap
Woo Hyun sambil membelai lembut surai Sung Gyu.
“Cepat bangun,
kau membuatku sesak,”
“Gyu, aku yakin
tadi kau mencerna ucapan eomma dengan benar,”
“Y-yahh ..
begitulah. Aishh!! Kau berat, Hyun.”
“Kita sudah
ditunangkan, kekkekk ... kenapa takdir bisa seperti ini,”
“Pindah atau
...”
“Atau apa? Kau
mau menciumku? Silahkan, dengan senang hati ...”
Dengan usaha
kerasnya, akhirnya Sung Gyu berhasil menyingkirkan Woo Hyun dari atas badannya.
Segera ia langkahkan kakinya meninggalkan Woo Hyun yang tengah menyunggingkan
senyumnya.
“Eodiya?”
“Tentu saja ke
kafe ..”
“Tidak usah
berangkat, aku sudah menelpon Dong Woo Hyung untuk memberitahukan bosmu kalau
kau mempunyai halangan dan tidak bisa datang,”
Sung Gyu
membalikkan badannya menghadap Woo Hyun dengan tatapan jengkel sekaligus kesal,
“Kau pikir aku percaya dengan alibimu, Tuan Nam-ssi?”
Woo Hyun
memberanjakkan dirinya menghampiri Sung Gyu. “Jadi, lain kali kalau aku ingin
menelpon orang harus lapor padamu?” Ujarnya penuh bangga dengan mengangkat
sebelah alisnya.
“Aishhh!! Neo
jinjja!”
“Wae? Kau mau
membantah tuanmu?”
“Tuan? Bukankah
eommamu menitipkanku padamu? Dengan begitu berarti aku bukan lagi pelayan di
apartement ini,”
“Siapa yang
berani menyimpulkan seperti itu?” Kali ini Woo Hyun mulai terbawa emosi. Ia
memandang Sung Gyu dengan tatapan sombong yang biasa ia tunjukkan di WHS, kedua
tangannya ia lipat di depan dada.
“Tentu saja
aku, Tuan Nam pabo,” ucap Sung Gyu sambil melipat kedua tangannya di depan
dada, mengikuti Woo Hyun. Ia angkat pandangan kepalanya tinggi-tinggi.
Cup ..
“Bibir manismu
berubah jadi pedas kalau sudah marah, Gyu.”
“Ya! Asal ciam
cium anak orang!”
Sung Gyu
memutuskan pergi ke kamarnya, menghindari gombalan mematikan Woo Hyun. Saat di
kamarnyalah ia baru bisa bernapas dengan lega. Namun, baru saja buttnya
menyentuh kasur, ketukan dari arah pintu kembali membuatnya berdiri.
Ketika pintu di
buka, wajah tampan Woo Hyun lengkap dengan senyumnya terpajang dengan indah di
depan pintu. Tanpa aba-aba, Woo Hyun menarik tangan Sung Gyu dan membawa Sung
Gyu ke kamarnya.
Buk!!
Woo Hyun
melempar badan Sung Gyu ke kasur miliknya, “Ap-apa yang kau lakukan Nam ...”
seru Sung Gyu sambil menahan sakit yang menyerang punggungnya.
Woo Hyun
menaiki badan Sung Gyu. “Kata eomma kalau aku menghamilimu itu tidak papa,
eomma akan senang ..”
Mata sipit Sung
Gyu membulat mendengar ucapan Woo Hyun. Astaga! Kemana Woo Hyun yang sopan dan
over protective padanya? Kenapa berubah menjadi Woo Hyun yang ganas?
“Andwhhmmmpppp
...”
Telat. Mulut
Sung Gyu sudah di sumpal dengan bibir sexi milik Woo Hyun. Tanpa perlawanan,
Sung Gyu akhirnya mengikuti permainan Woo Hyun. Saat oksigen di paru-parunya
mulai menipis, Sung Gyu sedikit meremas dada Woo Hyun, tapi Woo Hyun masih tetap
menikmati bibir Sung Gyu, seakan-akan tidak ingin meninggalkan bibir itu barang
satu menit saja.
Sung Gyu
memutuskan menendang area bawah Woo Hyun hingga menghasilkan ringisan dari Woo
Hyun sambil memegangi area bawahnya. Berhasil, akhirnya Woo Hyun membiarkan
Sung Gyu meraup oksigen sepuasnya.
“Ya! Kau tau
akibat dari tindakanmu itu, Kim Sung Gyu?”
Untuk kali ini,
Sung Gyu masih belum bisa menjawab pertanyaan Woo Hyun. Ia masih sibuk mengatur
oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya.
Woo Hyun turun
dari kasur sambil melepas seragam sekolahnya. Sung Gyu menutup matanya dengan
bantal yang ada di sampingnya. Kaki jenjang Woo Hyun melangkah menuju lemari.
Sesaat kemudian, kembali Sung Gyu rasakan seseorang menaiki kasur.
‘Tuhan!
Lindungilah aku dari amukan Nam Woo Hyun ..’
Woo Hyun
menyingkirkan bantal yang sedari tadi menutupi wajah Sung Gyu dan meletakkannya
di samping kepala Sung Gyu. Sung Gyu masih memejamkan matanya, tangannya
bergetar ketika tangan besar Woo Hyun membungkusnya, “Tenang saja, aku tidak akan
macam-macam,”
Ucapan lembut
Woo Hyun berhasil membuat Sung Gyu membuka matanya. Ia sudah melihat Woo Hyun
memakai piyama tidur biru bermotif pandanya. Mungkin pikirannya terlalu kotor.
Nyatanya tadi Woo Hyun membuka seragamnya untuk berganti pakaian. Haruskan ia
memukul kepalanya sendiri?
“Aku hanya
ingin malam ini kau tidur di sampingku, sebagai namja chinguku,”
Sung Gyu
mendudukkan dirinya, “Aku harus mandi, ganti baju, baru satelah itu aku
kembali, gimana?”
“mandilah di
sini, ganti bajumu dengan baju milikku. Aku yakin setelah itu kau tidak kembali
lagi,”
Sung Gyu hanya
mempoutkan bibirnya mendengar ucapan Woo Hyun. Benar, sebenarnya ia memang
tidak berniat kembali lagi ke kamar terkutuk ini. Bisa saja itu hanya omong
kosong, bukan?
“Ayolah, Gyu
...”
“Ini masih jam
8, Hyun.”
“Gwenchana,
kalau kau tidak ngantuk aku tidur duluan. Yang jelas kau harus tidur si
sampingku malam ini,”
“Ck! Sifat
memerintahmu tidak berubah,”
Sung Gyu
memberanjakkan dirinya menuju lemari milik Woo Hyun. Hampir lima menit Sung Gyu
mencari baju yang cocok untuknya tapi belum menemukan baju yang pas di
badannya. Woo Hyun berinisiatif membantu Sung Gyu. Sung Gyu yang melihat Woo
Hyun tiba-tiba di sampingnya hanya tersenyum, ia tahu Woo Hyun akan
membantunya.
“Cepatlah
mandi, nanti aku antarkan ke sana,”
Grapp!
Bukannya mandi
seperti ucapan Woo Hyun, Sung Gyu malah memeluk badan Woo Hyun dari belakang
(backhug). Sung Gyu mengendus aroma mint tubuh Woo Hyun. Aroma yang selalu
ingin ia hirup setiap saat.
“Kau juga belum
mandi, Hyun.”
“Kekekk ...
jadi ini ajakan darimu untuk mandi bersama, Gyu?”
Mendengar
ucapan Woo Hyun, langsung saja Sung Gyu lepaskan pelukannya, “Ten-tentu saja
tidak ...”
Dengan
tergesa-gesa Sung Gyu masuk ke dalam kamar mandi yang terdapat di dalam kamar
Woo Hyun. Sedangkan dari arah sana, Woo Hyun masih belum selesai dengan tawa
menggelegarnya. Tidak bisa di pungkiri, kedua pipi Sung Gyu bersemu merah
akibat ulahnya sendiri.
Saat di kamar
mandi, ia hanya perlu membasuh badan lengketnya akibat aktivitasnya selama satu
hari ini. Ia mulai membuka seragam sekolahnya. Ketika semua pakaiannya sudah
terlepas, suara Woo Hyun mengalihkan perhatiannya dari nuansa aroma mint yang
sangat menyengat khas seorang Nam Woo Hyun.
“Bajumu, Gyu.”
Sung Gyu buka
sedikit pintu kamar mandi, tangannya ia ulurkan ke luar untuk menerima baju
yang Woo Hyun berikan.
“Ekhmm .. Gyu.
Mungkin aku perlu memperingatkanmu, kamar mandiku transparan,”
Darr!!
Sung Gyu
membanting pintu kamar mandi itu tepat di depan Woo Hyun. Lagi-lagi tawa Woo
Hyun meledak karena tingkah imut Sung Gyu.
“Jangan lihat
ke sini, Hyun. Jebalyo ...”
“Hahahaha ...
tenang saja, Gyu. Suatu saat nanti pasti aku akan melihat semuanya,”
“Ya!!” Kembali
teriakan Sung Gyu ditanggapi dengan tawa oleh Woo Hyun.
Baiklah! Kita
tinggal tunggu teriakan Sung Gyu selanjutnya. Woo Hyun hanya tinggal menunggu
Sung Gyu selesai menggunakan kamar mandinya, setelah itu baru Woo Hyun yang
mandi. Salahkan Woo Hyun yang tidak membiarkan Sung Gyu untuk keluar kamarnya.
“Nam Woo
Hyun!!!!”
Teriakan Sung
Gyu lagi-lagi memenuhi kamar berbentuk persegi panjang itu. Woo Hyun tahu,
pasti Sung Gyu sudah selesai mandi dan hendak memakai baju miliknya. Mungkin
karena melihat baju yang di berikan Woo Hyun hingga Sung Gyu kembali berteriak.
Pintu kamar
mandi terbuka menampilkan Sung Gyu yang hanya memakai kemeja putih polos sekaligus
kebesaran milik Woo Hyun. Kaki jenjangnya yang mulus terekspos dengan jelas di
depan Woo Hyun. Ditambah leher kemeja itu berbentuk V membuat dada putihnya
sedikit terbuka.
Mata Woo Hyun
membulat melihat Sung Gyu. Sedangkan Sung Gyu hanya menundukkan kepalanya
sambil mengeratkan kedua tangannya. Woo Hyun menggaruk tengkuknya setelah
selesai meneliti setiap jengkal tubuh Sung Gyu dari atas hingga bawah. Haruskah
ia menyalahkan Sung Gyu yang terlalu sexi, atau menyalahkan dirinya sendiri
karena telah menyuruh Sung Gyu memakai kemejanya yang memang belum pernah ia
pakai?
“Hyun ...
e-eehh itu .. apa kau tidak punya kemeja yang lebih tertutup?”
“Itu kemejaku
yang paling besar, Gyu.”
“Pinjamkan aku
celanamu,”
“Semuanya ada
di londri, kau lihat sendiri, kan tadi?”
Benar. Tadi
Sung Gyu sudah mencarinya tapi tidak mendapatkan apapun. Tapi kemeja ini sangat
terbuka. Panjangnya hanya satu jengkal di atas lututnya, kainnya yang
transparan semakin membuatnya terekspos dengan jelas di depan Woo Hyun.
Bagaimana kalau malam ini Woo Hyun tidak bisa menahan diri?
Saat kaki
jenjang Woo Hyun melangkah melewati Sung Gyu yang hendak masuk ke dalam kamar
mandi, tiba-tiba Sung Gyu menahan lengan kekar Woo Hyun. Woo Hyun melirik
sebentar Sung Gyu, tapi matanya malah langsung tertuju pada dada Sung Gyu. Woo
Hyun menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan akal sehatnya.
“Izin kan aku
kembali ke kamar, Hyun. Aku janji, aku akan kembali,”
“Sayangnya
pintu sudah ku kunci,”
Seringaian
kecil muncul di sudut bibir Woo Hyun membuat Sung Gyu bergidik ngeri
melihatnya. Tidak ingin membuang-buang waktu untuk kabur dari Woo Hyun, Sung
Gyu langsung berhambur ke kasur empuk milik Woo Hyun dan membungkus badannya
dengan selimut hingga lehernya, berharap selimut itu bisa mengamankannya dari
nafsu birahi Woo Hyun.
Sung Gyu mulai
menutup matanya saat suara gemercik air mulai terdengar di indra pendengarnya.
Ia berkeringat dingin ketika pintu kamar mandi terbuka. Ia yakin, penampilan
Woo Hyun berbeda dengan dirinya saat ini. Woo Hyun memakai piyama sedangkan ia
hanya memakai kemeja dan celana dalam. Ini sungguh tak adil!
Woo Hyun
menaiki kasur dan merebahkan badannya di samping Sung Gyu. Dahinya mengerjit
ketika mendapati Sung Gyu yang sudah menutup mata. Bukankah tadi Sung Gyu
bilang belum ngantuk? Ini aneh. Woo Hyun mencium keanehan yang terjadi pada
Sung Gyu. Haruskah ia menggodanya agar idola sekaligus tunangannya ini kembali
membuka matanya?
“Gyu ...” seru
Woo Hyun.
Tangan Woo Hyun
terulur mengelus surai Sung Gyu, turun ke pipi tembemnya, mengelus pipi mulus
Sung Gyu secara berulang-ulang, beralih pada kedua alis Sung Gyu, mata Sung
Gyu, hidung Sung Gyu, dan berakhir di bibir tipis Sung Gyu. Menciumnya kilat
tanpa pamit dari sang empu. Sampai di sini pun Sung Gyu enggan untuk membuka
matanya.
“Aku tahu kau
pura-pura tidur, Gyu.”
Woo Hyun
membuka sedikit selimut Sung Gyu hingga dada. Matanya tertuju pada leher mulus
nan putih milik Sung Gyu. Perlahan Woo Hyun menurunkan kepalanya, mengecup leher
Sung Gyu hingga menimbulkan sedikit bercak merah di sana.
“Gyu, kalau kau
tetap tidak membuka matamu, esok pagi kau akan melihat bercak merah ini dengan
jelas. Dan kalau kau ingin berangkat sekolah, kau harus memakai syal,” ucap Woo
Hyun setengah berbisik tepat di telinga Sung Gyu.
Sung Gyu hanya
melenguh merasakan hembusan napas Woo Hyun yang menerpa telinganya. Sung Gyu
masih tetap memejamkan matanya, seperti tidak berniat untuk membuka mata
sipitnya. Namun bukan Nam Woo Hyun namanya kalau kehabisan cara untuk menggoda
Sung Gyu. Woo Hyun mengecupi leher, pipi, dan dada Sung Gyu secara
berulang-ulang berharap Sung Gyu membuka mata hanya untuk mengatakan ‘berhenti’
atau ‘jangan lakukan ini’. Tapi tetap seperti semula, Sung Gyu masih bertahan
dengan posisi awalnya.
“Kau membuatku
marah, Gyu.”
Woo Hyun
menaiki tubuh Sung Gyu. Langsung saja ia membuang selimut yang menutupi tubuh
Sung Gyu, membuka satu persatu kancing kemeja miliknya yang tengah di pakai
Sung Gyu. Saat tinggal satu kancing yang tersisa di kemeja miliknya, tiba-tiba
sebuah tangan menahan tangan Woo Hyun. Kepala Woo Hyun mendongak mendapati
wajah Sung Gyu yang tengah memerah seperti kepiting rebus.
Tangan Sung Gyu
menahan Woo Hyun untuk melepas satu-satunya kancing yang tersisa itu, “Salahkan
dirimu sendiri yang pura-pura tidur,”
“Jebal, Hyun.
Jangan sekarang ...” ucap Sung Gyu sambil memberikan jurus andalannya, puppy
eyes.
Woo Hyun
berdecak melihat jurus andalan Sung Gyu, itulah kelemahannya. Woo Hyun turun
dari atas tubuh Sung Gyu membuat Sung Gyu sedikit bernapas lega.
“Izinkan aku
memelukmu sampai pagi,”
“Sampai esok
paginya lagipun aku izinkan, Hyun.” Kembali Woo Hyun tersenyum setelah
mendengar ucapan Sung Gyu.
Ini adalah hari
pertamanya atau lebih tepatnya malam pertamanya sebagai tunangan Sung Gyu, tapi
sudah berhasil mencium Sung Gyu tepat di bibirnya dan mengecupi leher Sung Gyu
hingga meninggalkan bercak merah dengan jelas. Bagaimana dengan malam-malam
selanjutnya? Haruskan Sung Gyu menghindari Woo Hyun terlebih dahulu? Haruskah
Sung Gyu minta tolong pada Tn. Nam untuk mempercepat pernikahnnya? Atau
mempercepat pengadilan untuk merebut haknya kembali?
TBC
Preview Chapter
10
“Sebenarnya
kami tidak pacaran ...”
Mata Sung Yeol
dan Myung Soo membulat.
Bukk!!
“Kau menipu
perasaanmu sendiri, Hyun.”
“Jauhi Nam Woo
Hyun, Gyu.”
0 komentar:
Posting Komentar