Jumat, 26 Mei 2017

ff WooGyu Falling In Love With My Idol Chapter 9


Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 9
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 9 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading! ~0~)
Ceklek!
Pintu terbuka. Reflex Woo Hyun dan Sung Gyu melepas pagutan itu. Sung Gyu mendorong bahu Woo Hyun untuk segera menjauh darinya, setidaknya jarak untuk meredam detak jantung dan pipinya yang memerah. Tapi tunggu! Siapa yang membuka pintu? Dan sepertinya orang itu juga mengetahui password apartemen Woo Hyun.
“Eoh! Appa ...” seru Woo Hyun lesu, “Kalian mengganggu kami. Katanya dua bulan ini, kan baru satu bulan,” lanjutnya lagi sambil mempoutkan bibirnya.
Sung Gyu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Tn. Nam dan Ny. Nam tampak menatap penuh selidik pada dua makhluk yang mulai bertingkah tak nyaman di depan mereka.
“Apa kami melewatkan sesuatu?”
“Kenapa kau masih bertanya, yeobo. Tentu saja mereka ....”
“Eomma ...!” potong Woo Hyun.
“Tidak usah malu,” kekeh Ny. Nam. “Jadi, apakah ini yang namanya Kim Sung Gyu?” Lanjut Ny. Nam sambil mendudukkan dirinya di sebuah sofa di depan Woo Hyun dan Sung Gyu, sedangkan Sung Gyu hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Ny. Nam.
“Kau memang tampan, seperti temanku Kim Si Won.”
“Dia cantik, appa,” sergah Woo Hyun.
Sung Gyu merasa arah pembicaraan antara anak dan orang tua ini mulai tak enak untuk di dengar. Ia mencubit sedikit lengan Woo Hyun hingga mengeluarkan seruan sakit darinya. Tn. dan Ny. Nam hanya terkekeh melihat adegan yang menurutnya lucu itu.
“Kau cantik, Gyu.”
“Aku namja, Hyun.” Ucap Sung Gyu lirih namun penuh penekanan disetiap katanya.
“Jadi ... apa kalian hanya sebatas teman atau lebih?” Tanya Tn. Nam to the point membuat keduanya terdiam.
“Ayolah, cukup katakan iya atau tidak,”
“I-iya .. baru saja,”
“Syukurlah!” Seru Ny. Nam sambil mengelus dadanya. Woo Hyun dan Sung Gyu sambil menatap, heran dengan respon Ny. Nam.
“He!? Eomma memang mengharapkan kami pacaran, begitu? Bukankah sebelumnya eomma tidak mengenal Sung Gyu?”
“Bahkan eomma mengenalnya lebih dulu darimu, Hyun.” Woo Hyun mengangkat sebelah alisnya, semakin heran dengan ucapan sang eomma.
“Biar appa yang jelaskan,” Tn. Nam mulai angkat bicara. Ia dudukkan badannya tepat di depan sofa yang tengah Woo Hyun dan Sung Gyu duduki, di samping Ny. Nam.
“Aku dan Si Won adalah teman bisnis hingga kami menjadi sahabat. Sejak kelahiran Sung Gyu, ia jarang masuk kantor. Karenanya dia memintaku untuk membantunya. Kami saling membantu. Aku menggantikan pimpinan perusahaannya untuk sementara. Sedangkan aku meminta Kim Dong Hyun untuk menghandel semua urusan perusahaanku. Kalian tahu sendiri, kami sama-sama pebisnis,”
“Tunggu tuan, siapa Kim Dong Hyun?”
“Appanya Myung Soo.” Sela Woo Hyun.
“Tepat saat ulang tahun Sung Gyu yang ke-5 dan Si Won sudah kembali mengambil alih perusahaannya, kau hampir di culik oleh musuh bisnis kami, Dandalion Corp. Untungnya aku berhasil menyelamatkanmu,”
Sontak mata sipit Sung Gyu membulat, begitu pun Woo Hyun. Langsung saja Sung Gyu menyimpuhkan badannya di depan Tn. Nam. dan Ny. Nam. Tn. Nam yang tidak mengerti dengan keadaan pun hanya menatap mata Sung Gyu yang tampak berkaca-kaca.
“Apa yang kau lakukan, Gyu?”
“Selama bertahun-tahun saya mencari anda hanya untuk berterimakasih tuan, baru hari ini kata ini bisa terucapkan. Gomawopseumnida ... jeongmal gomawopseumnida ...” *tulisannya salah ya? L
“Tunggu! Maksud semua ini apa, Hyun?”
“Sebenarnya kejadian 12 tahun lalu itu terekam dengan jelas dalam memori Sung Gyu, appa. Ia ingin mengucapkan terimakasih pada penyelamatnya dulu tapi banyak rintangan baginya, bahkan hanya untuk keluar rumah.”
“Ahh! Aku baru ingat, Si Won menikah dengan Choi Jin Ki kan, yeobo?”
“Eum. Sekarang bangunlah, Gyu.” Ujar Tn. Nam sambil memegang kedua pundak Sung Gyu dan membantunya untuk berdiri.
“Apakah Jin Ki memperlakukanmu dengan baik?”
Saat Sung Gyu hendak membuka mulut, Woo hyun langsung menyelanya dengan seenak jidat, “Buruk, eomma. Sungguh! Sung Gyu-Ku sangat menderita saat tinggal dengannya,”
“Sudahlah, Hyun.”
“Semuanya harus terbalaskan, Gyu.”
“Itu adalah tugas kami, Gyu. Kami akan membantumu,”
“Tapi tuan ... saya terlalu merepotkan anda,”
“Hahh ... sayangnya kami tak merasa direpotkan, benar kan yeobo?”
“Eum, tentu. Sebenarnya kami langsung kemari setelah mendarat karena ada sesuatu yang harus kami bicarakan dengan kalian,”
“Ada apa, appa?”
“Mungkin Si Won tidak sempat mengatakan ini pada Sung Gyu. Percayalah, kami benar-benar melakukan perjanjian ini. Sebenarnya kalian telah kami jodohkan waktu usia kalian masih dini. Hanya kami berempat yang tahu, kami merahasiakannya dari orang luar bahkan imonya Sung Gyu yang sekarang ada di Itali.”
Kedua mata Woo Hyun dan Sung Gyu membulat. Tak lama kemudian keduanya saling menatap. Ada perasaan senang setelah mendengar penuturan Tn. Nam. Secara otomatis, kewaswasan Woo Hyun bahwa Sung Gyu telah di jodohkan dengan anak penyelamat itu sudah hilang. Toh yang menyelamatkan Sung Gyu waktu itu appanya sendiri. Kenyataannya, perjodohan itu terjadi antara dirinya dan Sung Gyu.
“Apakah kalian ingin kami merayakan pertunangan kalian secara besar-besaran?”
“Andwe!!” Teriak keduanya secara bersamaan.
“Waeyo? Bukankah itu akan menyenangakan? Lagian kalian kan sudah saling mencintai,”
“Eomma ... kami masih berada di tahun ke dua SHS, kami masih harus melewati satu tahun lagi. Dan ... tahun ketiga itulah penentu masa depanku. Aku yakin Sung Gyu juga akan menolak,”
“Appa bisa mempercepat masa pembelajaran kalian. Kalian berdua bisa lewat kelas akselerasi, kan?”
“Appa kira Sung Gyu-Ku masuk sekolah hanya demi sebuah kertas, begitu?”
“Hah! Kalian memang sama. Tak salah appa menjodohkan kalian ...”
Sung Gyu hanya menyembunyikan senyum tipisnya mendengar ucapan Tn. Nam. “Appa dan eomma pulang dulu .. awas kalian berdua, walaupun kalian sudah tunangan kalian harus tetap jaga jarak eoh!” Woo Hyun memutar bola matanya mendengar ucapan sang appa. Kenapa appanya mendadak cerewet seperti eommanya?
“Kalaupun nanti ada kabar Sung Gyu hamil, eomma akan tetap senang. Kalian tenang saja, hiraukan ucapan appa ..”
“Tidak! Kalian harus tetap jaga jarak,”
“Yeobo ....”
“Sudah. Kita pulang, Hyun. Appa titip Sung Gyu ...”
=====*=====
Saat Tn. Dan Ny. Nam sudah dipastikan menutup pintu, langsung saja Woo Hyun kembali menerjang Sung Gyu dan menyandarkannya di kepala sofa.
“Hyun ...” seru Sung Gyu.
“Eum ...” ucap Woo Hyun sambil membelai lembut surai Sung Gyu.
“Cepat bangun, kau membuatku sesak,”
“Gyu, aku yakin tadi kau mencerna ucapan eomma dengan benar,”
“Y-yahh .. begitulah. Aishh!! Kau berat, Hyun.”
“Kita sudah ditunangkan, kekkekk ... kenapa takdir bisa seperti ini,”
“Pindah atau ...”
“Atau apa? Kau mau menciumku? Silahkan, dengan senang hati ...”
Dengan usaha kerasnya, akhirnya Sung Gyu berhasil menyingkirkan Woo Hyun dari atas badannya. Segera ia langkahkan kakinya meninggalkan Woo Hyun yang tengah menyunggingkan senyumnya.
“Eodiya?”
“Tentu saja ke kafe ..”
“Tidak usah berangkat, aku sudah menelpon Dong Woo Hyung untuk memberitahukan bosmu kalau kau mempunyai halangan dan tidak bisa datang,”
Sung Gyu membalikkan badannya menghadap Woo Hyun dengan tatapan jengkel sekaligus kesal, “Kau pikir aku percaya dengan alibimu, Tuan Nam-ssi?”
Woo Hyun memberanjakkan dirinya menghampiri Sung Gyu. “Jadi, lain kali kalau aku ingin menelpon orang harus lapor padamu?” Ujarnya penuh bangga dengan mengangkat sebelah alisnya.
“Aishhh!! Neo jinjja!”
“Wae? Kau mau membantah tuanmu?”
“Tuan? Bukankah eommamu menitipkanku padamu? Dengan begitu berarti aku bukan lagi pelayan di apartement ini,”
“Siapa yang berani menyimpulkan seperti itu?” Kali ini Woo Hyun mulai terbawa emosi. Ia memandang Sung Gyu dengan tatapan sombong yang biasa ia tunjukkan di WHS, kedua tangannya ia lipat di depan dada.
“Tentu saja aku, Tuan Nam pabo,” ucap Sung Gyu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, mengikuti Woo Hyun. Ia angkat pandangan kepalanya tinggi-tinggi.
Cup ..
“Bibir manismu berubah jadi pedas kalau sudah marah, Gyu.”
“Ya! Asal ciam cium anak orang!”
Sung Gyu memutuskan pergi ke kamarnya, menghindari gombalan mematikan Woo Hyun. Saat di kamarnyalah ia baru bisa bernapas dengan lega. Namun, baru saja buttnya menyentuh kasur, ketukan dari arah pintu kembali membuatnya berdiri.
Ketika pintu di buka, wajah tampan Woo Hyun lengkap dengan senyumnya terpajang dengan indah di depan pintu. Tanpa aba-aba, Woo Hyun menarik tangan Sung Gyu dan membawa Sung Gyu ke kamarnya.
Buk!!
Woo Hyun melempar badan Sung Gyu ke kasur miliknya, “Ap-apa yang kau lakukan Nam ...” seru Sung Gyu sambil menahan sakit yang menyerang punggungnya.
Woo Hyun menaiki badan Sung Gyu. “Kata eomma kalau aku menghamilimu itu tidak papa, eomma akan senang ..”
Mata sipit Sung Gyu membulat mendengar ucapan Woo Hyun. Astaga! Kemana Woo Hyun yang sopan dan over protective padanya? Kenapa berubah menjadi Woo Hyun yang ganas?
“Andwhhmmmpppp ...”
Telat. Mulut Sung Gyu sudah di sumpal dengan bibir sexi milik Woo Hyun. Tanpa perlawanan, Sung Gyu akhirnya mengikuti permainan Woo Hyun. Saat oksigen di paru-parunya mulai menipis, Sung Gyu sedikit meremas dada Woo Hyun, tapi Woo Hyun masih tetap menikmati bibir Sung Gyu, seakan-akan tidak ingin meninggalkan bibir itu barang satu menit saja.
Sung Gyu memutuskan menendang area bawah Woo Hyun hingga menghasilkan ringisan dari Woo Hyun sambil memegangi area bawahnya. Berhasil, akhirnya Woo Hyun membiarkan Sung Gyu meraup oksigen sepuasnya.
“Ya! Kau tau akibat dari tindakanmu itu, Kim Sung Gyu?”
Untuk kali ini, Sung Gyu masih belum bisa menjawab pertanyaan Woo Hyun. Ia masih sibuk mengatur oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya.
Woo Hyun turun dari kasur sambil melepas seragam sekolahnya. Sung Gyu menutup matanya dengan bantal yang ada di sampingnya. Kaki jenjang Woo Hyun melangkah menuju lemari. Sesaat kemudian, kembali Sung Gyu rasakan seseorang menaiki kasur.
‘Tuhan! Lindungilah aku dari amukan Nam Woo Hyun ..’
Woo Hyun menyingkirkan bantal yang sedari tadi menutupi wajah Sung Gyu dan meletakkannya di samping kepala Sung Gyu. Sung Gyu masih memejamkan matanya, tangannya bergetar ketika tangan besar Woo Hyun membungkusnya, “Tenang saja, aku tidak akan macam-macam,”
Ucapan lembut Woo Hyun berhasil membuat Sung Gyu membuka matanya. Ia sudah melihat Woo Hyun memakai piyama tidur biru bermotif pandanya. Mungkin pikirannya terlalu kotor. Nyatanya tadi Woo Hyun membuka seragamnya untuk berganti pakaian. Haruskan ia memukul kepalanya sendiri?
“Aku hanya ingin malam ini kau tidur di sampingku, sebagai namja chinguku,”
Sung Gyu mendudukkan dirinya, “Aku harus mandi, ganti baju, baru satelah itu aku kembali, gimana?”
“mandilah di sini, ganti bajumu dengan baju milikku. Aku yakin setelah itu kau tidak kembali lagi,”
Sung Gyu hanya mempoutkan bibirnya mendengar ucapan Woo Hyun. Benar, sebenarnya ia memang tidak berniat kembali lagi ke kamar terkutuk ini. Bisa saja itu hanya omong kosong, bukan?
“Ayolah, Gyu ...”
“Ini masih jam 8, Hyun.”
“Gwenchana, kalau kau tidak ngantuk aku tidur duluan. Yang jelas kau harus tidur si sampingku malam ini,”
“Ck! Sifat memerintahmu tidak berubah,”
Sung Gyu memberanjakkan dirinya menuju lemari milik Woo Hyun. Hampir lima menit Sung Gyu mencari baju yang cocok untuknya tapi belum menemukan baju yang pas di badannya. Woo Hyun berinisiatif membantu Sung Gyu. Sung Gyu yang melihat Woo Hyun tiba-tiba di sampingnya hanya tersenyum, ia tahu Woo Hyun akan membantunya.
“Cepatlah mandi, nanti aku antarkan ke sana,”
Grapp!
Bukannya mandi seperti ucapan Woo Hyun, Sung Gyu malah memeluk badan Woo Hyun dari belakang (backhug). Sung Gyu mengendus aroma mint tubuh Woo Hyun. Aroma yang selalu ingin ia hirup setiap saat.
“Kau juga belum mandi, Hyun.”
“Kekekk ... jadi ini ajakan darimu untuk mandi bersama, Gyu?”
Mendengar ucapan Woo Hyun, langsung saja Sung Gyu lepaskan pelukannya, “Ten-tentu saja tidak ...”
Dengan tergesa-gesa Sung Gyu masuk ke dalam kamar mandi yang terdapat di dalam kamar Woo Hyun. Sedangkan dari arah sana, Woo Hyun masih belum selesai dengan tawa menggelegarnya. Tidak bisa di pungkiri, kedua pipi Sung Gyu bersemu merah akibat ulahnya sendiri.
Saat di kamar mandi, ia hanya perlu membasuh badan lengketnya akibat aktivitasnya selama satu hari ini. Ia mulai membuka seragam sekolahnya. Ketika semua pakaiannya sudah terlepas, suara Woo Hyun mengalihkan perhatiannya dari nuansa aroma mint yang sangat menyengat khas seorang Nam Woo Hyun.
“Bajumu, Gyu.”
Sung Gyu buka sedikit pintu kamar mandi, tangannya ia ulurkan ke luar untuk menerima baju yang Woo Hyun berikan.
“Ekhmm .. Gyu. Mungkin aku perlu memperingatkanmu, kamar mandiku transparan,”
Darr!!
Sung Gyu membanting pintu kamar mandi itu tepat di depan Woo Hyun. Lagi-lagi tawa Woo Hyun meledak karena tingkah imut Sung Gyu.
“Jangan lihat ke sini, Hyun. Jebalyo ...”
“Hahahaha ... tenang saja, Gyu. Suatu saat nanti pasti aku akan melihat semuanya,”
“Ya!!” Kembali teriakan Sung Gyu ditanggapi dengan tawa oleh Woo Hyun.
Baiklah! Kita tinggal tunggu teriakan Sung Gyu selanjutnya. Woo Hyun hanya tinggal menunggu Sung Gyu selesai menggunakan kamar mandinya, setelah itu baru Woo Hyun yang mandi. Salahkan Woo Hyun yang tidak membiarkan Sung Gyu untuk keluar kamarnya.
“Nam Woo Hyun!!!!”
Teriakan Sung Gyu lagi-lagi memenuhi kamar berbentuk persegi panjang itu. Woo Hyun tahu, pasti Sung Gyu sudah selesai mandi dan hendak memakai baju miliknya. Mungkin karena melihat baju yang di berikan Woo Hyun hingga Sung Gyu kembali berteriak.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Sung Gyu yang hanya memakai kemeja putih polos sekaligus kebesaran milik Woo Hyun. Kaki jenjangnya yang mulus terekspos dengan jelas di depan Woo Hyun. Ditambah leher kemeja itu berbentuk V membuat dada putihnya sedikit terbuka.
Mata Woo Hyun membulat melihat Sung Gyu. Sedangkan Sung Gyu hanya menundukkan kepalanya sambil mengeratkan kedua tangannya. Woo Hyun menggaruk tengkuknya setelah selesai meneliti setiap jengkal tubuh Sung Gyu dari atas hingga bawah. Haruskah ia menyalahkan Sung Gyu yang terlalu sexi, atau menyalahkan dirinya sendiri karena telah menyuruh Sung Gyu memakai kemejanya yang memang belum pernah ia pakai?
“Hyun ... e-eehh itu .. apa kau tidak punya kemeja yang lebih tertutup?”
“Itu kemejaku yang paling besar, Gyu.”
“Pinjamkan aku celanamu,”
“Semuanya ada di londri, kau lihat sendiri, kan tadi?”
Benar. Tadi Sung Gyu sudah mencarinya tapi tidak mendapatkan apapun. Tapi kemeja ini sangat terbuka. Panjangnya hanya satu jengkal di atas lututnya, kainnya yang transparan semakin membuatnya terekspos dengan jelas di depan Woo Hyun. Bagaimana kalau malam ini Woo Hyun tidak bisa menahan diri?
Saat kaki jenjang Woo Hyun melangkah melewati Sung Gyu yang hendak masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba Sung Gyu menahan lengan kekar Woo Hyun. Woo Hyun melirik sebentar Sung Gyu, tapi matanya malah langsung tertuju pada dada Sung Gyu. Woo Hyun menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan akal sehatnya.
“Izin kan aku kembali ke kamar, Hyun. Aku janji, aku akan kembali,”
“Sayangnya pintu sudah ku kunci,”
Seringaian kecil muncul di sudut bibir Woo Hyun membuat Sung Gyu bergidik ngeri melihatnya. Tidak ingin membuang-buang waktu untuk kabur dari Woo Hyun, Sung Gyu langsung berhambur ke kasur empuk milik Woo Hyun dan membungkus badannya dengan selimut hingga lehernya, berharap selimut itu bisa mengamankannya dari nafsu birahi Woo Hyun.
Sung Gyu mulai menutup matanya saat suara gemercik air mulai terdengar di indra pendengarnya. Ia berkeringat dingin ketika pintu kamar mandi terbuka. Ia yakin, penampilan Woo Hyun berbeda dengan dirinya saat ini. Woo Hyun memakai piyama sedangkan ia hanya memakai kemeja dan celana dalam. Ini sungguh tak adil!
Woo Hyun menaiki kasur dan merebahkan badannya di samping Sung Gyu. Dahinya mengerjit ketika mendapati Sung Gyu yang sudah menutup mata. Bukankah tadi Sung Gyu bilang belum ngantuk? Ini aneh. Woo Hyun mencium keanehan yang terjadi pada Sung Gyu. Haruskah ia menggodanya agar idola sekaligus tunangannya ini kembali membuka matanya?
“Gyu ...” seru Woo Hyun.
Tangan Woo Hyun terulur mengelus surai Sung Gyu, turun ke pipi tembemnya, mengelus pipi mulus Sung Gyu secara berulang-ulang, beralih pada kedua alis Sung Gyu, mata Sung Gyu, hidung Sung Gyu, dan berakhir di bibir tipis Sung Gyu. Menciumnya kilat tanpa pamit dari sang empu. Sampai di sini pun Sung Gyu enggan untuk membuka matanya.
“Aku tahu kau pura-pura tidur, Gyu.”
Woo Hyun membuka sedikit selimut Sung Gyu hingga dada. Matanya tertuju pada leher mulus nan putih milik Sung Gyu. Perlahan Woo Hyun menurunkan kepalanya, mengecup leher Sung Gyu hingga menimbulkan sedikit bercak merah di sana.
“Gyu, kalau kau tetap tidak membuka matamu, esok pagi kau akan melihat bercak merah ini dengan jelas. Dan kalau kau ingin berangkat sekolah, kau harus memakai syal,” ucap Woo Hyun setengah berbisik tepat di telinga Sung Gyu.
Sung Gyu hanya melenguh merasakan hembusan napas Woo Hyun yang menerpa telinganya. Sung Gyu masih tetap memejamkan matanya, seperti tidak berniat untuk membuka mata sipitnya. Namun bukan Nam Woo Hyun namanya kalau kehabisan cara untuk menggoda Sung Gyu. Woo Hyun mengecupi leher, pipi, dan dada Sung Gyu secara berulang-ulang berharap Sung Gyu membuka mata hanya untuk mengatakan ‘berhenti’ atau ‘jangan lakukan ini’. Tapi tetap seperti semula, Sung Gyu masih bertahan dengan posisi awalnya.
“Kau membuatku marah, Gyu.”
Woo Hyun menaiki tubuh Sung Gyu. Langsung saja ia membuang selimut yang menutupi tubuh Sung Gyu, membuka satu persatu kancing kemeja miliknya yang tengah di pakai Sung Gyu. Saat tinggal satu kancing yang tersisa di kemeja miliknya, tiba-tiba sebuah tangan menahan tangan Woo Hyun. Kepala Woo Hyun mendongak mendapati wajah Sung Gyu yang tengah memerah seperti kepiting rebus.
Tangan Sung Gyu menahan Woo Hyun untuk melepas satu-satunya kancing yang tersisa itu, “Salahkan dirimu sendiri yang pura-pura tidur,”
“Jebal, Hyun. Jangan sekarang ...” ucap Sung Gyu sambil memberikan jurus andalannya, puppy eyes.
Woo Hyun berdecak melihat jurus andalan Sung Gyu, itulah kelemahannya. Woo Hyun turun dari atas tubuh Sung Gyu membuat Sung Gyu sedikit bernapas lega.
“Izinkan aku memelukmu sampai pagi,”
“Sampai esok paginya lagipun aku izinkan, Hyun.” Kembali Woo Hyun tersenyum setelah mendengar ucapan Sung Gyu.
Ini adalah hari pertamanya atau lebih tepatnya malam pertamanya sebagai tunangan Sung Gyu, tapi sudah berhasil mencium Sung Gyu tepat di bibirnya dan mengecupi leher Sung Gyu hingga meninggalkan bercak merah dengan jelas. Bagaimana dengan malam-malam selanjutnya? Haruskan Sung Gyu menghindari Woo Hyun terlebih dahulu? Haruskah Sung Gyu minta tolong pada Tn. Nam untuk mempercepat pernikahnnya? Atau mempercepat pengadilan untuk merebut haknya kembali?

TBC

Preview Chapter 10
“Sebenarnya kami tidak pacaran ...”
Mata Sung Yeol dan Myung Soo membulat.
Bukk!!
“Kau menipu perasaanmu sendiri, Hyun.”

“Jauhi Nam Woo Hyun, Gyu.”

0 komentar:

Posting Komentar