Tittle : Falling
In Love With My Idol Chapter 11
Author: Kim Hye
Jin_MRS
Main cast :
WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast :
Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre :
Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk
semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length
: Chapter 11 of...?
WARNING :
pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo
bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi
Author yang baik
NOTE : FF ini
benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada
kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy
Reading! ~0~)
Sebelumnya dichapter 10
‘Aku
mendambakan seorang malaikat yang akan mendapingiku setelah ini, walaupun kita
terpisah ku harap kau tetap meluangkan waktumu untuk mengunjungiku’
Chapter 11
Malamnya
setelah Sung Gyu pulang dari kafe. Jam 11 KST ...
Setelah pulang
dari kafe, Sung Gyu memutuskan untuk menonton salah satu acara musik kesukaannya
di tv. Waktu itu Woo Hyun baru selesai memarkirkan mobilnya langsung bergabung
dengan Sung Gyu. Sedikit cekcok terjadi. Sung Gyu ingin menonton acara musik,
sedangkan Woo Hyun ingin menonton drama. Katanya ia harus nonton malam ini
karena malam-malam sebelumnya ia hiatus demi menikmati malam bersama Sung Gyu.
Tapi Sung Gyu tidak mau kalah, ia juga memberikan alasan karena Woo Hyun ia
ketinggalan berita tentang musik-musik baru korea. Dan sekarang berakhirlah di
sini, keduanya sama-sama nonton balap motor JP, drama dan acara musik pun
terlupakan.
“Huaammm!!”
“Kau sudah
ngantuk, Hyun?”
“A-aniya ...”
“Cepatlah
tidur. Kulihat kau sudah berkali-kali menguap,”
“Aku ingin
memelukmu lagi, Gyu. Sampai pagi, seperti kemarin,”
“Tapi acaranya
belum selesai, Hyun.”
“Heol! Kau
lebih peduli pada karet-karet sialan itu daripada aku,”
“Baiklah
baiklah ... kita tidur saja,”
Akhirnya mereka
pun masuk ke dalam kamar Sung Gyu. Jalan Woo Hyun sempoyongan seperti orang
mabuk karena kantuk. Beruntung ada Sung Gyu yang memapahnya dan menggunakan
pundaknya sebagai sandaran kepala Woo Hyun.
Bruk!!
“Seperti orang
pingsan saja ...” gumam Sung Gyu ketika Woo Hyun langsung menjatuhkan dirinya
asal di tempat tidur Sung Gyu.
“Hyun,
bangunlah .. kau belum ganti baju,”
“Sudahlah,
Gyu.”
“Nanti
seragammu bau,”
“...........”
Tak ada
jawaban. Mungkin kali ini Woo Hyun benar-benar tidur. Mau tak mau Sung Gyu
harus menggantikan seragam sekolah Woo Hyun dengan piyama tidur.
Sung Gyu pergi
ke kamar Woo Hyun mengambil piyama, kemudian kembali lagi ke kamarnya. “Hyun
...” seru Sung Gyu sambil mengguncang badan Woo Hyun. Namun tak ada jawaban,
bahkan Woo Hyun tidak bergerak sama sekali.
“Baiklah,
mungkin aku harus melakukan ini. Maafkan aku, Hyun.”
Perlahan Sung
Gyu membuka almamater sekolah Woo Hyun, lalu dasi, tangan Sung Gyu berhenti
bergerak ketika menatap wajah tenang Woo Hyun yang sedang tidur, “Aku melakukan
ini demi dirimu, Hyun.”
Sung Gyu mulai
membuka kancing kemeja Woo Hyun, hingga kancing terakhir yang tersisa. Dan ....
hilang. Kali ini Woo Hyun benar-benar naked. Sung Gyu menelan air liurnya
ketika melihat perut Woo Hyun. Perut kota-kota coklat milik Woo Hyun
benar-benar sempurna. Pantas saja ia memiliki banyak fans di sekolah. Tidak
hanya harta yang Woo Hyun miliki, postur tubuh yang sempurna, dan otak yang
cerdas pun Woo Hyun miliki.
‘Kapan Woo Hyun
membentuk ini semua? Bukankah dia selama ini selalu bersamaku? Tapi aku tidak
pernah melihatnya ngejim. Ahhh!! Tapi kotak-kotak ini benar-benar nyata!!
Tuhan! Aku ingin menyentuhnya’ rasanya ingin
sekali Sung Gyu teriak saat ini. 6 kotak-kotak yang ada di perut Woo Hyun
benar-benar terlihat seperti coklat batangan.
Tangan Sung Gyu
terulur hendak menyentuh kotak-kotak itu. Tapi, sesaat kemudian Sung Gyu
kembali tarik tangannya. Ia ingat, tugasnya hanya mengganti pakaian Woo Hyun.
Belum apa-apa saja Sung Gyu sudah melihat abs Woo Hyun. Bagaimana dengan celana
Woo Hyun? Tidak! Yang dilakukannya adalah kesalahan.
“Sudahlah ...
yang penting aku sudah berhasil membuka bajunya. Tidak usah ganti dengan
piyama, aku tutupi saja dengan selimut,” monolognya.
Sung Gyu memberanjakkan dirinya dari
kasur. Ekor matanya melirik ke arah Woo Hyun yang tengah tidur dengan lelap.
Karena merasa aman, Sung Gyu langsung melepas bajunya dan menggantinya dengan
piyama pink motof hamsternya, setelah itu ia juga ganti celana sekolahnya
dengan celana piyama yang mempunyai motif sama dengan baju piyamanya.
Tak sadarkah Sung Gyu kalau Woo Hyun-nya
hanya pura-pura tidur? Benar, tadi di depan tv kantuk sempat menghampirinya.
Tapi, sejak tangan halus Sung Gyu mulai membuka bajunya, kantuk Woo Hyun hilang
berganti dengan perasaan was-was dalam hatinya. ‘apa yang Sung Gyu lakukan? Katanya
malam ini tanpa keagresifan, kenapa Sung Gyu-ku jadi seberani ini?’ Mungkin
pertanyaan semacam itu yang menghampiri benak Woo Hyun. Seperti halnya sekarang
ini, Sung Gyu membuka baju di depan Woo Hyun pun, Woo Hyun tahu. Woo Hyun tidak
bisa melihat badan naked Sung Gyu dengan mata kelamnya lebar-lebar, ia hanya
bisa memicingkan matanya takut ketahuan Sung Gyu. Ketika Sung Gyu hendak
membuka celananya, Woo Hyun benar-benar menutup matanya. Setidaknya ia tahu
arti privasi. Ini bukan waktu baginya untuk melihat semua yang Sung Gyu miliki.
Sesaat kemudian, Woo Hyun merasa Sung
Gyu sudah kembali ke sampingnya. “Jalja Woo Hyunie ...” seru Sung Gyu tepat di
telinga Woo Hyun.
Setelah dirasa aman, Woo Hyun
kembali membuka matanya. Woo Hyun melihat keadaannya yang tanpa baju, sedikit
senang mengingat orang yang melepaskan bajunya adalah tunangannya sendiri.
Matanya menelusuri setiap sudut kamar Sung Gyu, cahaya lampu yang remang-remang
membuat penglihatannya sedikit terganggu. Arah pandangnya tertarik pada
gantungan baju yang ada di balik pintu kamar Sung Gyu. Woo Hyun langkahkan
kakinya menuju tempat piyama tidurnya yang tergantung. Dengan cepat ia memakai
piyama tidurnya dan mengganti celana seragam sekolahnya dengan celana piyama.
Selesai. Berhubung jam sudah menunjukkan angka 12, Woo Hyun memutuskan untuk
melanjutkan tidurnya. Ia rebahkan badannya di samping Sung Gyu. Mengamati
sebentar raut wajah manis Sung Gyu dengan seksama, meneliti setiap lekuk ukiran
wajah Sung Gyu. Benar-benar seperti hasil pahatan Tuhan. Mata, alis, hidung,
dan bibirnya. Benar-benar seperti sebuah ukiran.
“Kalau kau tahu kalau dulunya aku
adalah stalkermu, apa kau akan marah padaku, Gyu?” Monolog Woo Hyun. Tentu saja
tidak ada jawaban. Sung Gyu-nya sudah tidur 30 menit yang lalu.
“Eughhh ...”
Sung Gyu memicingkan matanya.
Samar-samar Sung Gyu melihat Woo Hyun yang tengah tersenyum manis dalam cahaya
remang-remang yang bersumber dari lampu tidur ini. Antara percaya dan tak
percaya ia bisa melihat Woo Hyun terjaga di tengah malam seperti ini.
“Kau bangun?” Suara serak Woo Hyun
menyadarkan Sung Gyu kalau yang dilihat ini bukanlah mimpi.
“Kenapa kau bangun, Hyun?”
“Aku tidak bisa kembali tidur,”
Sung Gyu menggeliat lucu. Woo Hyun
semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Sung Gyu.
“Peluk aku sampai pagi, Hyun.”
“Tanpa kau suruh pun aku sudah
melakukannya,”
Sung Gyu hanya tersenyum. Dahi Sung
Gyu mengerjit ketika melihat Woo Hyun sudah memakai piyama tidurnya, “Kau ganti
baju? Kapan kau bangun?”
“E-emm.. baru saja,”
“Kau juga mengganti celanamu?”
“Tentu saja. Kenapa kau jadi cerewet
lagi eoh!? Kembali tidur, Gyuie-ku tidak boleh punya mata panda, nanti matanya
semakin hilang,”
Sung Gyu mempoutkan bibirnya
mendengar ucapan Woo Hyun. “Kau juga tidur,”
“Asalkan kau tidur, aku juga tidur,”
Kapan itu waktu mereka terlelap,
keduanya sama-sama tidak ingat itu. Tetapi, Woo Hyun tampaknya belum bisa
menutup kembali matanya. Sedari tadi ia hanya memandangi wajah tenang Sung Gyu
yang tengah tertidur.
“Kalau seperti ini, kita benar-benar
terlihat seperti sepasang suami istri, Gyu. Piyama ini sebenarnya sudah lama ku
beli. Sudah lama ku rencanakan kepindahanmu ke rumah ini. Entah kenapa takdir
bisa berubah seperti ini. Kita dijodohkan bahkan sejak kita masih kanak-kanak.
Waktu itu kita belum saling mengenal, kan? Tapi di WHS aku bertemu denganmu.
Saat ini aku mengerti, kejadian yang tidak di sengaja itu menjadi perantara di
pertemukannya kita. Bukankah aneh jika dua orang yang sudah ditunangkan, tapi
mereka tidak tahu tunangannya sendiri? Kadang aku ketawa hingga cekikikan jika
ingat tentang hubungan kita di masalalu. Kita bahkan tidak saling mengenal. Aku
hanya tahu namamu dari Myug Soo. Dan berakhir denganku yang jadi stalkermu.
Menurutku semua yang ku lakukan terlalu kekanak-kanakan, tapi dengan jalan
kekanak-kanakan itu aku bisa memilikimu seutuhnya. .... Saranghae Kim Sung
Gyu.”
Cup!
Woo Hyun mengakhir monolognya dengan
sebuah kecupan di dahi Sung Gyu. Kembali Woo Hyun eratkan pelukannya pada Sung
Gyu. Sung Gyu memeluk Woo Hyun, sedangkan Woo Hyun memeluk Sung Gyu. Seperti
itu hingga pagi datang.
Habis sudah, malam terakhir Sung Gyu
dengan Woo Hyun. Baru kemarin malam Sung Gyu merasakan nikmatnya tidur berdua
dengan Woo Hyun, tapi malam ini sudah menjadi malam terakhirnya tidur satu
ranjang dengan tunangannya sendiri.
=====*=====
Mentari sudah menampakkan wajah
cerahnya pada dunia, para makhluk sudah memulai aktivitasnya masing-masing. Woo
Hyun langsung meraba-raba space di sampingnya karena tidak merasa tangan Sung
Gyu di pinggangnya. Yang ia temukan hanya sebuah note di atas nakas tempat
tidur Sung Gyu.
Maafkan aku, Hyun. Aku tidak memberitahumu sebelumnya.
Hari ini aku tidak bisa masuk sekolah, ada sebuah urusan yang harus
aku urus. Terpaksa aku harus mengorbankan satu hari pelajaran.
Sung Gyu
Begitu isi note kuning yang
berisikan tulisan tangan Sung Gyu. Woo Hyun kembali mendudukkan badannya di
tempat tidur Sung Gyu. Tangannya tergerak untuk mengambil ponselnya yang ada di
atas nakas. Woo Hyun mendial no. 1 pada ponselnya, secara otomatis tujuan
panggilannya tertuju pada Sung Gyu yang ada di seberang sana. Lama Woo Hyun
menunggu, namun tak ada jawaban. Woo Hyun sudah mencobanya hampir 7 kali, namun
hasilnya tetap sama.
Woo Hyun melihat jam yang ada di
ponselnya. Jam 07:00 KST, ini waktu untuknya mandi. Bagaimana nanti ia di
sekolah tanpa Sung Gyu? Apakah sebaiknya ia bolos juga? Dan menunggu kepulangan
Sung Gyu dari urusannya.
“Aku akan menunggumu ...”
Ucap Woo Hyun. Setelah itu Woo Hyun
keluar kamar Sung Gyu, bersiap untuk membasuh badannya. Tak sadarkah ia kalau
lemari Sung Gyu sudah bersih tanpa satu baju pun yang tersisa, hanya piyama
yang Woo Hyun berikan pada Sung Gyu waktu itu yang tersisa.
Other_Side
Sung Gyu terus mengikuti langkah Tn.
Nam yang entah tertuju kemana. Ketika Tn. Nam berbicara segenap persidangan
dengan pengacara kepercayaannya, Sung Gyu hanya mendengarkannya. Yang ia dengar
hanya sekelebat kekejaman eomma tirinya kepada pegawai selama mengambil alih
perusahaan appanya.
“Persidangannya akan di laksanakan 1
jam lagi, Gyu.” Tutur Tn. Nam. Sung Gyu hanya menganggukkan kepalanya.
Bagaimana jadinya nanti? Setelah
sekian lama Sung Gyu harus bertemu kembali dengan wanita kejam itu. Sung Gyu
takut Tn. Nam tidak mampu menghadapi eomma tirinya. Ia sangat tahu bagaimana
liciknya eomma tirinya itu. Laki-laki jal*ng itu rela melakukan apa saja demi
harta, termasuk menjual anaknya sendiri pada orang demi appa Sung Gyu dulu.
“Ap-appa ... tadi Woo Hyun
menelponku ...”
“Kau mengangkatnya?”
“Tidak,”
“Bagus. Sekarang kita ke ruang
persidangan sambil menunggu eomma tirimu,”
Ketika Tn. Nam hendak melangkahkan
kakinya, tiba-tiba tangan Sung Gyu menahan tangan Tn. Nam. “Appa ... ku mohon,
menangkan persidangan ini, aku tidak mau kembali pada eomma,”
Pelan Tn. Nam melepas tangan Sung
Gyu, beralih TN. Nam menggenggam tangan Sung Gyu. “Appa janji, Gyu. Appa sudah
berjanji sebelumnya pada sahabat appa, appa akan menjagamu seperti appa menjaga
Woo Hyun dan Boo Hyun.” Ucapan Tn. Nam disertai senyum khas seorang appa pada
anaknya.
Tn. Nam melepas tangan Sung Gyu.
“Boo Hyun?”
“Hyungnya Woo Hyun. Dia 7 tahun
lebih tua dari Woo Hyun. Sekarang dia berada di Jepang. Dia membantu appa
menghandel perusahaan Nam Corp yang ada di Jepang.”
Sung Gyu hanya menganggukkan
kepalanya. Setelah itu mereka pun melangkahkan kakinya menuju ruang
persidangan. 45 kemudian, Ny. Choi sudah menampakkan batang hidungnya bersama
seorang pengacara. Tanpa pandang keadaan, Ny. Choi langsung memaki Sung Gyu
ketika melihat Sung Gyu ada di barisan terdepan bersama Tn. Nam.
“Dasar tidak tahu diri!
Berani-beraninya kau menuntut eommamu sendiri! Siapa yang merawatmu eoh!? Siapa
yang memberikanmu makan selama ini eoh!?” Dengan lantang dan keras Ny. Choi
memaki Sung Gyu di depan banyak orang. Sedangkan Sung Gyu hanya menundukkan
kepalanya mendengar setiap ucapan pedas dari Ny. Choi.
“Bukan dia yang menuntut anda, tapi
saya yang menuntut anda dengan tuntutan pelanggaran HAM. Anda telah mengambil
seluruh harta yang Sung Gyu miliki. Harta itu murni milik Sung Gyu, rumah,
kantor pusat dan cabangnya, dan semua hotel yang anda miliki tertulis nama Kim
Sung Gyu dengan didokumentasikan. Apakah bukti dokumentasi dari Si Won kurang
jelas untuk anda?” Balas Tn. Nam dengan kalimat yang penuh penekanan.
Ketika Ny. Choi hendak membalas
ucapan Tn. Nam, tiba-tiba palu hakim di depan sudah berbunyi, membuatnya
terpaksa mengalah. Ny. Choi sebagai tersangka hanya di persilahkan duduk di
depan hakim.
“Baiklah, di persilahkan untuk
penuntut mengajukan tuntutannya,” mendengar intruksi hakim, pengacara Tn. Nam
pun mendirikan badannya.
“Saya menuntut Ny. Choi Jin Ki atas
pelaggaran UU tahun 2001 pasal 1 ayat 12 tentang HAM, yang berbunyi ‘Hak asasi
manusia adalah kekuasan bagi manusia sendiri untuk berkehendak dan memilih
jalan hidupnya sendiri. Hak asasi manusia diperoleh sejak manusia lahir dan
tidak bisa di pisahkan dari manusia itu sendiri’, anda juga melanggar UU tahun
2003 pasal 2 ayat 8 tentang perlindungan anak nasional, yang berbunyi ‘Tidak di
benarkan bagi orang tua menyiksa, menganiaya, bahkan menjual anaknya sendiri
demi kepentingan orang tua’. Hanya itu ketua hakim,” setelah membacakan
tuntutan itu, pengacara Tn. Nam duduk kembali di tempat duduknya.
“Maaf ketua hakim, menurut saya itu
hanya sebuah kebohongan yang mereka buat demi pihak penuntut”
Pengacara Tn. Nam kembali berdiri, “Kalau
menurut anda begitu, saja bisa mendatangkan saksi. Mereka adalah orang yang
selama Tuan Muda Sung Gyu tinggal bersama Ny. Choi Jin Ki. Saya persilakan
masuk untuk kalian berdua,”
Pihak polisi yang berjaga di depan
pintu ruang pengacara langsung membuka pintu setelah mendengar perintah dari pengacara
Tn. Nam. Dua orang itu, imo Sung Gyu dan Park Ahjumma. Reflex Sung Gyu berdiri.
Tn. Nam tahu, pasti Sung Gyu ingin memeluk dua wanita berjasa dalam hidupnya
itu, tapi tangan Tn. Nam menahan Sung Gyu. Sung Gyu yang mengerti maksud Tn.
Nam hanya bisa kembali duduk seperti semula.
Imo Sung Gyu dan Park Ahjumma
membungkukkan badannya kepada ketua hakim dan jajarannya, “Saya Imo dari anak
yang teraniaya oleh eomma tirinya. Saya di sini sebagai saksi atas kekejaman yang
telah terjadi pada anak itu. Malam itu saya mendapat telepon dari orang
kepercayaan saya yang bekerja di rumah mendiang oppa saya kalau keponakan saya sedang
sakit. Ketika saya sampai di sana, saya sudah melihat keponakan saya lari
terbirit-birit dengan badan yang penuh luka dan lebam. Waktu itu juga ada anjing
yang mengenyarnya. Anjing itu adalah milik Ny. Choi. Beruntung malam itu sopir
pribadi saya bersama saya, jadi anjing itu tidak menggigit keponakan sa- ...“
“Maaf ketua hakim, bukankah pihak
keluarga tidak di perkenankan menjadi saksi dalam bersidangan?”
Pengacara Ny. Choi langsung memotong
penjelas imo Sung Gyu. Imo Sung Gyu hanya mengeratkan genggamannya pada baju
yang tengah di pakai hingga kuku-kukunya memutih. Marah? Tentu saja. Sosoknya
yang gampang terbawa emosi memang tidak bisa di tutupi, tetapi demi
keponakannya ia harus menahan gejolak yang ada di dalam dadanya. Kalau di saat
seperti ini ia tidak bisa mengontrol diri, maka ia akan semakin memperburuk
keadaan.
“Park Ahjumma, silahkan katakan apa
yang anda ketahui tentang keluarga yang anda layani selama hampir setengah umur
anda selama ini,” intruksi pengacara Tn. Nam.
“Annyeonghaseyo, saya adalah salah
satu pelayan yang bekerja di rumah Tn. Kim sebelum dan saat Ny. Choi tinggal di
sana. Saya melihat dengan mata kepala saya bahwa tuan muda saya di perlakukan
dengan tidak semestinya. Beliau pernah membenturkan kepala tuan muda ke dinding
dengan alasan menginjak karpet merah khusus milik Ny. Choi di depan tv. Tidak
hanya itu, Ny. Choi selalu menyiksa tuan muda ketika tuan muda melakukan
kesalahan-kesalahan kecil dengan penyiksaan yang tidak pantas baginya mengingat
usia tuan muda waktu itu masih 16 tahun. Ny. Choi selalu menginjak bahkan
memukuli tuan muda dengan rotan hingga kesadaran tuan muda hilang. Saya selalu
mendengar rintihan tuan muda setiap malam waktu saya masih bekerja di san- ...”
“Tuan hakim! Pelayan ini telah
bersekongkol dengan Ny. Kim!”
Mata Park Ahjumma memerah setelah
menuturkan kesaksiannya di depan hakim. Marah pada pengacara Ny. Choi yang sama
jahatnya dengan Ny. Choi, ditambah perasaan ibanya pada tuan mudanya sudah
teramat dalam sejak Tn. dan Ny. Kim tiada, bahkan Park Ahjumma sudah menganggap
Sung Gyu seperti anaknya sendiri.
“Malam itu saya memang menelpon Ny.
Kim untuk menolong tuan muda, tapi itu saya lakukan karena saya tidak punya
kuasa untuk melindungi tuan muda saya sendiri,”
Jauh di kursi barisan terdepan sana,
Sung Gyu sudah sesenggukan karena ucapan demi ucapan yang Imo dan Park Ahjumma
lontarkan. Memorinya kembali berputar ke masa itu, masa sebelum kedatangan Woo
Hyu dalam hidupnya. Kesulitannya dalam hal keluar rumah saja minta ampun.
Namun, ketika laki-laki berhati malaikat itu datang, tidak hanya pekerjaan yang
ia dapat, bahkan tempat tinggalnya lebih dari kata layak.
“Tapi ketua hakim, hak asuh Kim Sung
Gyu sudah berada di tangan Ny. Choi,” ucap pengacara Ny. Choi dengan bangga.
“Anda tidak memiliki bukti,” timpal
pengacara Tn. Nam.
“Ini!”
Pengacara Ny. Choi langsung
mengeluarkan sebuah surat yang menyatakan tentang hak asuh Sung Gyu dan
memperlihatkannya pada ketua hakim. Tidak hanya Tn. Nam yang ada di barisan
kursi terdepan yang terkejut, Sung Gyu pun tidak percaya dengan ucapan
pengacara Ny. Choi. Benar kata Sung Gyu, eomma tirinya itu memang licik.
“Itu palsu ketua hakim! Surat yang
asli ada di sini,”
Ucapan Ny. Kim membuat para penonton
termasuk Tn. Nam dan Sung Gyu terkejut. Ny. Kim memerlihatkan pada ketua kahim.
“Di sini sudah ada tanda tangan dari
mendiang Tn. Kim. Dalam surat ini, beliau menyatakan akan menyerahkan Sung Gyu
pada saya sebagai saudaranya setelah beliau meninggal. Ini adalah surat wasiat
beliau. Di sini juga tertulis bahwa semua harta yang beliau miliki atas nama
Sung Gyu.”
“Pantas saja aku mencari surat
laknat itu kemana-mana tidak ketemu,” gumam Ny. Choi yang sudah mulai merasa
tempatnnya tidak aman.
Baru setelah Ny. Kim memperlihatkan
surat warisan itu, pengacara Tn. Nam bisa duduk kembali ke kursinya. Tn. Nam
memberikan senyum simpul pada pengacara pribadinya, di balas sebuah anggukan
dan senyum dari orang kepercayaannya itu. Dengan begini, semuanya bukti sudah
mengarah pada Ny. Choi.
“Saya juga ingin menuntut orang
itu!”
Pintu tiba-tiba terbuka membuat
seluruh penonton sekaligus Sung Gyu dan lainnya terheran-heran melihat seorang
anak muda yang memiliki paras yang begitu cantik tengah berjalan dengan percaya
dirinya menuju tengah-tengah persidangan, kecuali Ny. Kim. Beliau hanya
menampakkan senyumnya ketika melihat pemuda itu. Sementara itu, Ny. Choi hanya
gelagapan melihat anak muda itu.
“Annyeonghaseyo. Perkenalkan, saya Choi
Sung Jong. Anak kandung dari tersangka yang telah lama di jual ke Itali demi
mendapatkan appa dari tuan muda Sung Gyu. Tersangka telah berbohong pada appa
Sung Gyu-ssi, beliau mengatakan kalau beliau tidak mempunyai anak dan belum
pernah menikah sebelumnya. Tetapi kenyataannya, sang tersangka sudah menikah
dan saya adalah buah hatinya sendiri yang telah tersangka buang dengan cara di
jual ke orang Itali. Di Itali saya di jadikan budak, beruntungnya saya di
pertemukan dengan Ny. Kim Hye Jin. Dengan baik hati beliau membeli saya dengan
sisa uang yang ia miliki. Dan Ny. Choi yang terhormat ini dengan tenangnya
memakan harta anak yatim seperti Sung Gyu-ssi tanpa merasa bersalah sedikit
pun. Saya adalah salah satu anak yang mempunyai mengalaman pahit dengan eomma
yang sama, Ny. Choi Jin Ki.”
Akhirnya pemuda cantik yang bernama
Choi Sung Jong itu mengakhiri kesaksiannya. Penonton yang hadir pun mulai
berbisik membicarakan Ny. Choi.
“Ya! Anak kurang ajar! Kalian semua
sama-sama sampah!”
Tuk! Tuk!
“Diam! Diam semuanya!” Mendengar
ucapan ketua hakim pun, semua kembali tentram seperti semula. Ketua hakim dan
jajarannya pun mulai berbisik mengenai keputusan tentang masalah yang mereka
hadapi.
“Baiklah! Kami putuskan, Ny. Choi
Jin Ki terkena hukuman penjara selama 10 tahun karena telah melanggar UU HAM
dan perlindungan anak nasional. Seluruh hak Kim Sung Gyu di kembalikan.”
Tuk! Tuk! Tuk!
Setelah mengetuk palunya sebanyak 3
kali, hakim dan jajarannya kembali ke pekerjaan lainnya di belakang sana. Ny.
Choi di bawa polisi ke tempat sejak dulu seharusnya ia berada, sel penjara.
Sung Gyu langsung memeluk Tn. Nam
karena keberhasilannya. Park Ahjumma dan Ny. Kim langsung mendekati Sung Gyu.
Sebelum itu, Ny. Kim mengajak Sung Jong ke tempat Sung Gyu berdiri untuk memperkenalkan
diri Sung Jong sebagai anggota baru keluarga Kim.
Tn. Nam terus mengelus punggung Sung
Gyu. “Appa ... hiks ... kita menang ... hiks ...”
“Stttt! Jangan nangis, nanti
cantikmu hilang, Woo Hyun nanti tidak mau lagi padamu,”
“Hiks ... hiks ... hiks ... appa
jangan membuatku .. hiks .. ketawa di saat seperti ini hiks ...”
“Gyu ...” seruan seseorang di
samping Sung Gyu membuat Sung Gyu melepas pelukannya pada Tn. Nam.
“Imo .. hiks ...”
“Ini hari bahagiamu, kenapa kau
malah nangis eoh!?”
“Hiks .. imo tidak .. memberitahuku
... hiks ... kapan imo pulang ...”
“Imo pulang karena Tn. Eric yang
meminta. Beliau yang bilang pada imo kalau kau membutuhkan kesaksian imo di
pengadilan,”
“Hiks ... Aku sayang imo .. hiks
hiks hiks ...”
“Imo tahu kekekekkk ... Kau tidak
merindukan Park Ahjumma?”
Sung Gyu melepas pelukannya,
kemudian melihat Park Ahjumma yang sudah merentangkan kedua tangannya, siap
menunggu Sung Gyu untuk menghampiri pelukannya.
“Ahjumma hiks...”
“Katanya tuan sudah 18 tahun, kenapa
masih nangis eoh!”
“Hiks ... Hiks ...”
Sementara Sung Gyu menikmati moment
bersama orang terdekatnya yang sudah lama tidak bertemu, sedangkan pengacara
Tn. Nam pamit pada Tn. Nam untuk pulang. Tidak lupa Tn. Nam pengucapkan terimakasih
pada pengacaranya. Yang terjadi antara keduanya hanya sebuah interaksi singkat
sesama rekan bisnis.
Park Ahjumma mengusap air mata Sung
Gyu dengan lembut. Ekor mata Sung Gyu tertarik pada seorang pemuda cantik yang
berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Imo ...” serunya.
“Ah! Imo hampir lupa. Dia Kim Sung
Jong, imo sudah mengangkatnya sebagai putra imo. Karena kau sekarang sudah
resmi menjadi anak imo, berarti Sung Jong adalah saudaramu,”
“Annyeong, salam kenal, Hyung ..”
ucap Sung Jong sambil mengulurkan tanggannya. Sung Gyu menerima uluran tangan
Sung Jong di sertai dengan senyum di bibirnya.
“Besok dia akan pindah ke WHS.”
“Jinjja?”
“Dia masih kelas 1, Gyu.”
“Nan arrayo ... sekalian besok hyung
perkenalkan kau ke sahabat-sahabat Hyung,”
“Ahhh ... maaf mengganggu kalian,”
Tn. Nam menyela, “Sung Gyu harus pulang dan mulai merapikan kembali rumahnya,”
“Oppa ...”
“Berhenti merengek Hye Jin-ssi ...
kau sudah dewasa, istriku akan marah kalau dia mendengarmu memanggilku dengan
kata itu,”
Ucapan Tn. Nam ditanggapi tawa
renyah oleh keluarga baru Sung Gyu. Lengkap sudah kebahagiaan Sung Gyu. Imonya
sudah datang dari Itali lengkap dengan seorang saudara untuk menemani Sung Gyu
setiap harinya, Park Ahjumma sudah kembali padanya, Tn. dan Ny. Nam yang sudah
seperti appa dan eomma kandungnya, Sung Gyu tidak kekurangan perhatian dengan
appa eomma barunya. Lengkap sudah.
Karena aku
yakin, Tuhan tidak kejam kepada para makhluknya. Suatu hari semuanya akan
kembali pada tempatnya masing-masing.
TBC
0 komentar:
Posting Komentar