Sabtu, 27 Mei 2017

ff WooGyu Falling In Love With My Idol Chapter 11


Tittle : Falling In Love With My Idol Chapter 11
Author: Kim Hye Jin_MRS
Main cast : WooGyu (Woo Hyun X Sung Gyu)
Support cast : Infinite member, muncul sesuai dengan kebutuhan(?)
Genre : Romance, Sad, school life, friendship dll(?)
Rated : untuk semua anak wooGyu yang bertebaran di dunia
Length : Chapter 11 of...?
WARNING : pemakaian EYD tidak ada yang benar, bahasanya asal-asalan, bertele-tele, typo bertebaran. Jelek? Harap di maklumin karena saya masih belajar untuk jadi Author yang baik
NOTE : FF ini benar-benar berasal dari otak+pemikiran Author yang terbatas. Jadi, kalau ada kalimat yang sama dengan FF yang lain berarti itu murni ketidak sengajaan
(~0~ Happy Reading! ~0~)
Sebelumnya dichapter 10
‘Aku mendambakan seorang malaikat yang akan mendapingiku setelah ini, walaupun kita terpisah ku harap kau tetap meluangkan waktumu untuk mengunjungiku’
Chapter 11
Malamnya setelah Sung Gyu pulang dari kafe. Jam 11 KST ...
Setelah pulang dari kafe, Sung Gyu memutuskan untuk menonton salah satu acara musik kesukaannya di tv. Waktu itu Woo Hyun baru selesai memarkirkan mobilnya langsung bergabung dengan Sung Gyu. Sedikit cekcok terjadi. Sung Gyu ingin menonton acara musik, sedangkan Woo Hyun ingin menonton drama. Katanya ia harus nonton malam ini karena malam-malam sebelumnya ia hiatus demi menikmati malam bersama Sung Gyu. Tapi Sung Gyu tidak mau kalah, ia juga memberikan alasan karena Woo Hyun ia ketinggalan berita tentang musik-musik baru korea. Dan sekarang berakhirlah di sini, keduanya sama-sama nonton balap motor JP, drama dan acara musik pun terlupakan.
“Huaammm!!”
“Kau sudah ngantuk, Hyun?”
“A-aniya ...”
“Cepatlah tidur. Kulihat kau sudah berkali-kali menguap,”
“Aku ingin memelukmu lagi, Gyu. Sampai pagi, seperti kemarin,”
“Tapi acaranya belum selesai, Hyun.”
“Heol! Kau lebih peduli pada karet-karet sialan itu daripada aku,”
“Baiklah baiklah ... kita tidur saja,”
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam kamar Sung Gyu. Jalan Woo Hyun sempoyongan seperti orang mabuk karena kantuk. Beruntung ada Sung Gyu yang memapahnya dan menggunakan pundaknya sebagai sandaran kepala Woo Hyun.
Bruk!!
“Seperti orang pingsan saja ...” gumam Sung Gyu ketika Woo Hyun langsung menjatuhkan dirinya asal di tempat tidur Sung Gyu.
“Hyun, bangunlah .. kau belum ganti baju,”
“Sudahlah, Gyu.”
“Nanti seragammu bau,”
“...........”
Tak ada jawaban. Mungkin kali ini Woo Hyun benar-benar tidur. Mau tak mau Sung Gyu harus menggantikan seragam sekolah Woo Hyun dengan piyama tidur.
Sung Gyu pergi ke kamar Woo Hyun mengambil piyama, kemudian kembali lagi ke kamarnya. “Hyun ...” seru Sung Gyu sambil mengguncang badan Woo Hyun. Namun tak ada jawaban, bahkan Woo Hyun tidak bergerak sama sekali.
“Baiklah, mungkin aku harus melakukan ini. Maafkan aku, Hyun.”
Perlahan Sung Gyu membuka almamater sekolah Woo Hyun, lalu dasi, tangan Sung Gyu berhenti bergerak ketika menatap wajah tenang Woo Hyun yang sedang tidur, “Aku melakukan ini demi dirimu, Hyun.”
Sung Gyu mulai membuka kancing kemeja Woo Hyun, hingga kancing terakhir yang tersisa. Dan .... hilang. Kali ini Woo Hyun benar-benar naked. Sung Gyu menelan air liurnya ketika melihat perut Woo Hyun. Perut kota-kota coklat milik Woo Hyun benar-benar sempurna. Pantas saja ia memiliki banyak fans di sekolah. Tidak hanya harta yang Woo Hyun miliki, postur tubuh yang sempurna, dan otak yang cerdas pun Woo Hyun miliki.
‘Kapan Woo Hyun membentuk ini semua? Bukankah dia selama ini selalu bersamaku? Tapi aku tidak pernah melihatnya ngejim. Ahhh!! Tapi kotak-kotak ini benar-benar nyata!! Tuhan! Aku ingin menyentuhnya’ rasanya ingin sekali Sung Gyu teriak saat ini. 6 kotak-kotak yang ada di perut Woo Hyun benar-benar terlihat seperti coklat batangan.
Tangan Sung Gyu terulur hendak menyentuh kotak-kotak itu. Tapi, sesaat kemudian Sung Gyu kembali tarik tangannya. Ia ingat, tugasnya hanya mengganti pakaian Woo Hyun. Belum apa-apa saja Sung Gyu sudah melihat abs Woo Hyun. Bagaimana dengan celana Woo Hyun? Tidak! Yang dilakukannya adalah kesalahan.
“Sudahlah ... yang penting aku sudah berhasil membuka bajunya. Tidak usah ganti dengan piyama, aku tutupi saja dengan selimut,” monolognya.
Sung Gyu memberanjakkan dirinya dari kasur. Ekor matanya melirik ke arah Woo Hyun yang tengah tidur dengan lelap. Karena merasa aman, Sung Gyu langsung melepas bajunya dan menggantinya dengan piyama pink motof hamsternya, setelah itu ia juga ganti celana sekolahnya dengan celana piyama yang mempunyai motif sama dengan baju piyamanya.
Tak sadarkah Sung Gyu kalau Woo Hyun-nya hanya pura-pura tidur? Benar, tadi di depan tv kantuk sempat menghampirinya. Tapi, sejak tangan halus Sung Gyu mulai membuka bajunya, kantuk Woo Hyun hilang berganti dengan perasaan was-was dalam hatinya. ‘apa yang Sung Gyu lakukan? Katanya malam ini tanpa keagresifan, kenapa Sung Gyu-ku jadi seberani ini?’ Mungkin pertanyaan semacam itu yang menghampiri benak Woo Hyun. Seperti halnya sekarang ini, Sung Gyu membuka baju di depan Woo Hyun pun, Woo Hyun tahu. Woo Hyun tidak bisa melihat badan naked Sung Gyu dengan mata kelamnya lebar-lebar, ia hanya bisa memicingkan matanya takut ketahuan Sung Gyu. Ketika Sung Gyu hendak membuka celananya, Woo Hyun benar-benar menutup matanya. Setidaknya ia tahu arti privasi. Ini bukan waktu baginya untuk melihat semua yang Sung Gyu miliki.
Sesaat kemudian, Woo Hyun merasa Sung Gyu sudah kembali ke sampingnya. “Jalja Woo Hyunie ...” seru Sung Gyu tepat di telinga Woo Hyun.
Setelah dirasa aman, Woo Hyun kembali membuka matanya. Woo Hyun melihat keadaannya yang tanpa baju, sedikit senang mengingat orang yang melepaskan bajunya adalah tunangannya sendiri. Matanya menelusuri setiap sudut kamar Sung Gyu, cahaya lampu yang remang-remang membuat penglihatannya sedikit terganggu. Arah pandangnya tertarik pada gantungan baju yang ada di balik pintu kamar Sung Gyu. Woo Hyun langkahkan kakinya menuju tempat piyama tidurnya yang tergantung. Dengan cepat ia memakai piyama tidurnya dan mengganti celana seragam sekolahnya dengan celana piyama. Selesai. Berhubung jam sudah menunjukkan angka 12, Woo Hyun memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Ia rebahkan badannya di samping Sung Gyu. Mengamati sebentar raut wajah manis Sung Gyu dengan seksama, meneliti setiap lekuk ukiran wajah Sung Gyu. Benar-benar seperti hasil pahatan Tuhan. Mata, alis, hidung, dan bibirnya. Benar-benar seperti sebuah ukiran.
“Kalau kau tahu kalau dulunya aku adalah stalkermu, apa kau akan marah padaku, Gyu?” Monolog Woo Hyun. Tentu saja tidak ada jawaban. Sung Gyu-nya sudah tidur 30 menit yang lalu.
“Eughhh ...”
Sung Gyu memicingkan matanya. Samar-samar Sung Gyu melihat Woo Hyun yang tengah tersenyum manis dalam cahaya remang-remang yang bersumber dari lampu tidur ini. Antara percaya dan tak percaya ia bisa melihat Woo Hyun terjaga di tengah malam seperti ini.
“Kau bangun?” Suara serak Woo Hyun menyadarkan Sung Gyu kalau yang dilihat ini bukanlah mimpi.
“Kenapa kau bangun, Hyun?”
“Aku tidak bisa kembali tidur,”
Sung Gyu menggeliat lucu. Woo Hyun semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Sung Gyu.
“Peluk aku sampai pagi, Hyun.”
“Tanpa kau suruh pun aku sudah melakukannya,”
Sung Gyu hanya tersenyum. Dahi Sung Gyu mengerjit ketika melihat Woo Hyun sudah memakai piyama tidurnya, “Kau ganti baju? Kapan kau bangun?”
“E-emm.. baru saja,”
“Kau juga mengganti celanamu?”
“Tentu saja. Kenapa kau jadi cerewet lagi eoh!? Kembali tidur, Gyuie-ku tidak boleh punya mata panda, nanti matanya semakin hilang,”
Sung Gyu mempoutkan bibirnya mendengar ucapan Woo Hyun. “Kau juga tidur,”
“Asalkan kau tidur, aku juga tidur,”
Kapan itu waktu mereka terlelap, keduanya sama-sama tidak ingat itu. Tetapi, Woo Hyun tampaknya belum bisa menutup kembali matanya. Sedari tadi ia hanya memandangi wajah tenang Sung Gyu yang tengah tertidur.
“Kalau seperti ini, kita benar-benar terlihat seperti sepasang suami istri, Gyu. Piyama ini sebenarnya sudah lama ku beli. Sudah lama ku rencanakan kepindahanmu ke rumah ini. Entah kenapa takdir bisa berubah seperti ini. Kita dijodohkan bahkan sejak kita masih kanak-kanak. Waktu itu kita belum saling mengenal, kan? Tapi di WHS aku bertemu denganmu. Saat ini aku mengerti, kejadian yang tidak di sengaja itu menjadi perantara di pertemukannya kita. Bukankah aneh jika dua orang yang sudah ditunangkan, tapi mereka tidak tahu tunangannya sendiri? Kadang aku ketawa hingga cekikikan jika ingat tentang hubungan kita di masalalu. Kita bahkan tidak saling mengenal. Aku hanya tahu namamu dari Myug Soo. Dan berakhir denganku yang jadi stalkermu. Menurutku semua yang ku lakukan terlalu kekanak-kanakan, tapi dengan jalan kekanak-kanakan itu aku bisa memilikimu seutuhnya. .... Saranghae Kim Sung Gyu.”
Cup!
Woo Hyun mengakhir monolognya dengan sebuah kecupan di dahi Sung Gyu. Kembali Woo Hyun eratkan pelukannya pada Sung Gyu. Sung Gyu memeluk Woo Hyun, sedangkan Woo Hyun memeluk Sung Gyu. Seperti itu hingga pagi datang.
Habis sudah, malam terakhir Sung Gyu dengan Woo Hyun. Baru kemarin malam Sung Gyu merasakan nikmatnya tidur berdua dengan Woo Hyun, tapi malam ini sudah menjadi malam terakhirnya tidur satu ranjang dengan tunangannya sendiri.
=====*=====
Mentari sudah menampakkan wajah cerahnya pada dunia, para makhluk sudah memulai aktivitasnya masing-masing. Woo Hyun langsung meraba-raba space di sampingnya karena tidak merasa tangan Sung Gyu di pinggangnya. Yang ia temukan hanya sebuah note di atas nakas tempat tidur Sung Gyu.
Maafkan aku, Hyun. Aku tidak memberitahumu sebelumnya.
Hari ini aku tidak bisa masuk sekolah, ada sebuah urusan yang harus aku urus. Terpaksa aku harus mengorbankan satu hari pelajaran.
Sung Gyu
Begitu isi note kuning yang berisikan tulisan tangan Sung Gyu. Woo Hyun kembali mendudukkan badannya di tempat tidur Sung Gyu. Tangannya tergerak untuk mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Woo Hyun mendial no. 1 pada ponselnya, secara otomatis tujuan panggilannya tertuju pada Sung Gyu yang ada di seberang sana. Lama Woo Hyun menunggu, namun tak ada jawaban. Woo Hyun sudah mencobanya hampir 7 kali, namun hasilnya tetap sama.
Woo Hyun melihat jam yang ada di ponselnya. Jam 07:00 KST, ini waktu untuknya mandi. Bagaimana nanti ia di sekolah tanpa Sung Gyu? Apakah sebaiknya ia bolos juga? Dan menunggu kepulangan Sung Gyu dari urusannya.
“Aku akan menunggumu ...”
Ucap Woo Hyun. Setelah itu Woo Hyun keluar kamar Sung Gyu, bersiap untuk membasuh badannya. Tak sadarkah ia kalau lemari Sung Gyu sudah bersih tanpa satu baju pun yang tersisa, hanya piyama yang Woo Hyun berikan pada Sung Gyu waktu itu yang tersisa.
Other_Side
Sung Gyu terus mengikuti langkah Tn. Nam yang entah tertuju kemana. Ketika Tn. Nam berbicara segenap persidangan dengan pengacara kepercayaannya, Sung Gyu hanya mendengarkannya. Yang ia dengar hanya sekelebat kekejaman eomma tirinya kepada pegawai selama mengambil alih perusahaan appanya.
“Persidangannya akan di laksanakan 1 jam lagi, Gyu.” Tutur Tn. Nam. Sung Gyu hanya menganggukkan kepalanya.
Bagaimana jadinya nanti? Setelah sekian lama Sung Gyu harus bertemu kembali dengan wanita kejam itu. Sung Gyu takut Tn. Nam tidak mampu menghadapi eomma tirinya. Ia sangat tahu bagaimana liciknya eomma tirinya itu. Laki-laki jal*ng itu rela melakukan apa saja demi harta, termasuk menjual anaknya sendiri pada orang demi appa Sung Gyu dulu.
“Ap-appa ... tadi Woo Hyun menelponku ...”
“Kau mengangkatnya?”
“Tidak,”
“Bagus. Sekarang kita ke ruang persidangan sambil menunggu eomma tirimu,”
Ketika Tn. Nam hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba tangan Sung Gyu menahan tangan Tn. Nam. “Appa ... ku mohon, menangkan persidangan ini, aku tidak mau kembali pada eomma,”
Pelan Tn. Nam melepas tangan Sung Gyu, beralih TN. Nam menggenggam tangan Sung Gyu. “Appa janji, Gyu. Appa sudah berjanji sebelumnya pada sahabat appa, appa akan menjagamu seperti appa menjaga Woo Hyun dan Boo Hyun.” Ucapan Tn. Nam disertai senyum khas seorang appa pada anaknya.
Tn. Nam melepas tangan Sung Gyu. “Boo Hyun?”
“Hyungnya Woo Hyun. Dia 7 tahun lebih tua dari Woo Hyun. Sekarang dia berada di Jepang. Dia membantu appa menghandel perusahaan Nam Corp yang ada di Jepang.”
Sung Gyu hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka pun melangkahkan kakinya menuju ruang persidangan. 45 kemudian, Ny. Choi sudah menampakkan batang hidungnya bersama seorang pengacara. Tanpa pandang keadaan, Ny. Choi langsung memaki Sung Gyu ketika melihat Sung Gyu ada di barisan terdepan bersama Tn. Nam.
“Dasar tidak tahu diri! Berani-beraninya kau menuntut eommamu sendiri! Siapa yang merawatmu eoh!? Siapa yang memberikanmu makan selama ini eoh!?” Dengan lantang dan keras Ny. Choi memaki Sung Gyu di depan banyak orang. Sedangkan Sung Gyu hanya menundukkan kepalanya mendengar setiap ucapan pedas dari Ny. Choi.
“Bukan dia yang menuntut anda, tapi saya yang menuntut anda dengan tuntutan pelanggaran HAM. Anda telah mengambil seluruh harta yang Sung Gyu miliki. Harta itu murni milik Sung Gyu, rumah, kantor pusat dan cabangnya, dan semua hotel yang anda miliki tertulis nama Kim Sung Gyu dengan didokumentasikan. Apakah bukti dokumentasi dari Si Won kurang jelas untuk anda?” Balas Tn. Nam dengan kalimat yang penuh penekanan.
Ketika Ny. Choi hendak membalas ucapan Tn. Nam, tiba-tiba palu hakim di depan sudah berbunyi, membuatnya terpaksa mengalah. Ny. Choi sebagai tersangka hanya di persilahkan duduk di depan hakim.
“Baiklah, di persilahkan untuk penuntut mengajukan tuntutannya,” mendengar intruksi hakim, pengacara Tn. Nam pun mendirikan badannya.
“Saya menuntut Ny. Choi Jin Ki atas pelaggaran UU tahun 2001 pasal 1 ayat 12 tentang HAM, yang berbunyi ‘Hak asasi manusia adalah kekuasan bagi manusia sendiri untuk berkehendak dan memilih jalan hidupnya sendiri. Hak asasi manusia diperoleh sejak manusia lahir dan tidak bisa di pisahkan dari manusia itu sendiri’, anda juga melanggar UU tahun 2003 pasal 2 ayat 8 tentang perlindungan anak nasional, yang berbunyi ‘Tidak di benarkan bagi orang tua menyiksa, menganiaya, bahkan menjual anaknya sendiri demi kepentingan orang tua’. Hanya itu ketua hakim,” setelah membacakan tuntutan itu, pengacara Tn. Nam duduk kembali di tempat duduknya.
“Maaf ketua hakim, menurut saya itu hanya sebuah kebohongan yang mereka buat demi pihak penuntut”
Pengacara Tn. Nam kembali berdiri, “Kalau menurut anda begitu, saja bisa mendatangkan saksi. Mereka adalah orang yang selama Tuan Muda Sung Gyu tinggal bersama Ny. Choi Jin Ki. Saya persilakan masuk untuk kalian berdua,”
Pihak polisi yang berjaga di depan pintu ruang pengacara langsung membuka pintu setelah mendengar perintah dari pengacara Tn. Nam. Dua orang itu, imo Sung Gyu dan Park Ahjumma. Reflex Sung Gyu berdiri. Tn. Nam tahu, pasti Sung Gyu ingin memeluk dua wanita berjasa dalam hidupnya itu, tapi tangan Tn. Nam menahan Sung Gyu. Sung Gyu yang mengerti maksud Tn. Nam hanya bisa kembali duduk seperti semula.
Imo Sung Gyu dan Park Ahjumma membungkukkan badannya kepada ketua hakim dan jajarannya, “Saya Imo dari anak yang teraniaya oleh eomma tirinya. Saya di sini sebagai saksi atas kekejaman yang telah terjadi pada anak itu. Malam itu saya mendapat telepon dari orang kepercayaan saya yang bekerja di rumah mendiang oppa saya kalau keponakan saya sedang sakit. Ketika saya sampai di sana, saya sudah melihat keponakan saya lari terbirit-birit dengan badan yang penuh luka dan lebam. Waktu itu juga ada anjing yang mengenyarnya. Anjing itu adalah milik Ny. Choi. Beruntung malam itu sopir pribadi saya bersama saya, jadi anjing itu tidak menggigit keponakan sa- ...“
“Maaf ketua hakim, bukankah pihak keluarga tidak di perkenankan menjadi saksi dalam bersidangan?”
Pengacara Ny. Choi langsung memotong penjelas imo Sung Gyu. Imo Sung Gyu hanya mengeratkan genggamannya pada baju yang tengah di pakai hingga kuku-kukunya memutih. Marah? Tentu saja. Sosoknya yang gampang terbawa emosi memang tidak bisa di tutupi, tetapi demi keponakannya ia harus menahan gejolak yang ada di dalam dadanya. Kalau di saat seperti ini ia tidak bisa mengontrol diri, maka ia akan semakin memperburuk keadaan.
“Park Ahjumma, silahkan katakan apa yang anda ketahui tentang keluarga yang anda layani selama hampir setengah umur anda selama ini,” intruksi pengacara Tn. Nam.
“Annyeonghaseyo, saya adalah salah satu pelayan yang bekerja di rumah Tn. Kim sebelum dan saat Ny. Choi tinggal di sana. Saya melihat dengan mata kepala saya bahwa tuan muda saya di perlakukan dengan tidak semestinya. Beliau pernah membenturkan kepala tuan muda ke dinding dengan alasan menginjak karpet merah khusus milik Ny. Choi di depan tv. Tidak hanya itu, Ny. Choi selalu menyiksa tuan muda ketika tuan muda melakukan kesalahan-kesalahan kecil dengan penyiksaan yang tidak pantas baginya mengingat usia tuan muda waktu itu masih 16 tahun. Ny. Choi selalu menginjak bahkan memukuli tuan muda dengan rotan hingga kesadaran tuan muda hilang. Saya selalu mendengar rintihan tuan muda setiap malam waktu saya masih bekerja di san- ...”
“Tuan hakim! Pelayan ini telah bersekongkol dengan Ny. Kim!”
Mata Park Ahjumma memerah setelah menuturkan kesaksiannya di depan hakim. Marah pada pengacara Ny. Choi yang sama jahatnya dengan Ny. Choi, ditambah perasaan ibanya pada tuan mudanya sudah teramat dalam sejak Tn. dan Ny. Kim tiada, bahkan Park Ahjumma sudah menganggap Sung Gyu seperti anaknya sendiri.
“Malam itu saya memang menelpon Ny. Kim untuk menolong tuan muda, tapi itu saya lakukan karena saya tidak punya kuasa untuk melindungi tuan muda saya sendiri,”
Jauh di kursi barisan terdepan sana, Sung Gyu sudah sesenggukan karena ucapan demi ucapan yang Imo dan Park Ahjumma lontarkan. Memorinya kembali berputar ke masa itu, masa sebelum kedatangan Woo Hyu dalam hidupnya. Kesulitannya dalam hal keluar rumah saja minta ampun. Namun, ketika laki-laki berhati malaikat itu datang, tidak hanya pekerjaan yang ia dapat, bahkan tempat tinggalnya lebih dari kata layak.
“Tapi ketua hakim, hak asuh Kim Sung Gyu sudah berada di tangan Ny. Choi,” ucap pengacara Ny. Choi dengan bangga.
“Anda tidak memiliki bukti,” timpal pengacara Tn. Nam.
“Ini!”
Pengacara Ny. Choi langsung mengeluarkan sebuah surat yang menyatakan tentang hak asuh Sung Gyu dan memperlihatkannya pada ketua hakim. Tidak hanya Tn. Nam yang ada di barisan kursi terdepan yang terkejut, Sung Gyu pun tidak percaya dengan ucapan pengacara Ny. Choi. Benar kata Sung Gyu, eomma tirinya itu memang licik.
“Itu palsu ketua hakim! Surat yang asli ada di sini,”
Ucapan Ny. Kim membuat para penonton termasuk Tn. Nam dan Sung Gyu terkejut. Ny. Kim memerlihatkan pada ketua kahim.
“Di sini sudah ada tanda tangan dari mendiang Tn. Kim. Dalam surat ini, beliau menyatakan akan menyerahkan Sung Gyu pada saya sebagai saudaranya setelah beliau meninggal. Ini adalah surat wasiat beliau. Di sini juga tertulis bahwa semua harta yang beliau miliki atas nama Sung Gyu.”
“Pantas saja aku mencari surat laknat itu kemana-mana tidak ketemu,” gumam Ny. Choi yang sudah mulai merasa tempatnnya tidak aman.
Baru setelah Ny. Kim memperlihatkan surat warisan itu, pengacara Tn. Nam bisa duduk kembali ke kursinya. Tn. Nam memberikan senyum simpul pada pengacara pribadinya, di balas sebuah anggukan dan senyum dari orang kepercayaannya itu. Dengan begini, semuanya bukti sudah mengarah pada Ny. Choi.
“Saya juga ingin menuntut orang itu!”
Pintu tiba-tiba terbuka membuat seluruh penonton sekaligus Sung Gyu dan lainnya terheran-heran melihat seorang anak muda yang memiliki paras yang begitu cantik tengah berjalan dengan percaya dirinya menuju tengah-tengah persidangan, kecuali Ny. Kim. Beliau hanya menampakkan senyumnya ketika melihat pemuda itu. Sementara itu, Ny. Choi hanya gelagapan melihat anak muda itu.
“Annyeonghaseyo. Perkenalkan, saya Choi Sung Jong. Anak kandung dari tersangka yang telah lama di jual ke Itali demi mendapatkan appa dari tuan muda Sung Gyu. Tersangka telah berbohong pada appa Sung Gyu-ssi, beliau mengatakan kalau beliau tidak mempunyai anak dan belum pernah menikah sebelumnya. Tetapi kenyataannya, sang tersangka sudah menikah dan saya adalah buah hatinya sendiri yang telah tersangka buang dengan cara di jual ke orang Itali. Di Itali saya di jadikan budak, beruntungnya saya di pertemukan dengan Ny. Kim Hye Jin. Dengan baik hati beliau membeli saya dengan sisa uang yang ia miliki. Dan Ny. Choi yang terhormat ini dengan tenangnya memakan harta anak yatim seperti Sung Gyu-ssi tanpa merasa bersalah sedikit pun. Saya adalah salah satu anak yang mempunyai mengalaman pahit dengan eomma yang sama, Ny. Choi Jin Ki.”
Akhirnya pemuda cantik yang bernama Choi Sung Jong itu mengakhiri kesaksiannya. Penonton yang hadir pun mulai berbisik membicarakan Ny. Choi.
“Ya! Anak kurang ajar! Kalian semua sama-sama sampah!”
Tuk! Tuk!
“Diam! Diam semuanya!” Mendengar ucapan ketua hakim pun, semua kembali tentram seperti semula. Ketua hakim dan jajarannya pun mulai berbisik mengenai keputusan tentang masalah yang mereka hadapi.
“Baiklah! Kami putuskan, Ny. Choi Jin Ki terkena hukuman penjara selama 10 tahun karena telah melanggar UU HAM dan perlindungan anak nasional. Seluruh hak Kim Sung Gyu di kembalikan.”
Tuk! Tuk! Tuk!
Setelah mengetuk palunya sebanyak 3 kali, hakim dan jajarannya kembali ke pekerjaan lainnya di belakang sana. Ny. Choi di bawa polisi ke tempat sejak dulu seharusnya ia berada, sel penjara.
Sung Gyu langsung memeluk Tn. Nam karena keberhasilannya. Park Ahjumma dan Ny. Kim langsung mendekati Sung Gyu. Sebelum itu, Ny. Kim mengajak Sung Jong ke tempat Sung Gyu berdiri untuk memperkenalkan diri Sung Jong sebagai anggota baru keluarga Kim.
Tn. Nam terus mengelus punggung Sung Gyu. “Appa ... hiks ... kita menang ... hiks ...”
“Stttt! Jangan nangis, nanti cantikmu hilang, Woo Hyun nanti tidak mau lagi padamu,”
“Hiks ... hiks ... hiks ... appa jangan membuatku .. hiks .. ketawa di saat seperti ini hiks ...”
“Gyu ...” seruan seseorang di samping Sung Gyu membuat Sung Gyu melepas pelukannya pada Tn. Nam.
“Imo .. hiks ...”
“Ini hari bahagiamu, kenapa kau malah nangis eoh!?”
“Hiks .. imo tidak .. memberitahuku ... hiks ... kapan imo pulang ...”
“Imo pulang karena Tn. Eric yang meminta. Beliau yang bilang pada imo kalau kau membutuhkan kesaksian imo di pengadilan,”
“Hiks ... Aku sayang imo .. hiks hiks hiks ...”
“Imo tahu kekekekkk ... Kau tidak merindukan Park Ahjumma?”
Sung Gyu melepas pelukannya, kemudian melihat Park Ahjumma yang sudah merentangkan kedua tangannya, siap menunggu Sung Gyu untuk menghampiri pelukannya.
“Ahjumma hiks...”
“Katanya tuan sudah 18 tahun, kenapa masih nangis eoh!”
“Hiks ... Hiks ...”
Sementara Sung Gyu menikmati moment bersama orang terdekatnya yang sudah lama tidak bertemu, sedangkan pengacara Tn. Nam pamit pada Tn. Nam untuk pulang. Tidak lupa Tn. Nam pengucapkan terimakasih pada pengacaranya. Yang terjadi antara keduanya hanya sebuah interaksi singkat sesama rekan bisnis.
Park Ahjumma mengusap air mata Sung Gyu dengan lembut. Ekor mata Sung Gyu tertarik pada seorang pemuda cantik yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Imo ...” serunya.
“Ah! Imo hampir lupa. Dia Kim Sung Jong, imo sudah mengangkatnya sebagai putra imo. Karena kau sekarang sudah resmi menjadi anak imo, berarti Sung Jong adalah saudaramu,”
“Annyeong, salam kenal, Hyung ..” ucap Sung Jong sambil mengulurkan tanggannya. Sung Gyu menerima uluran tangan Sung Jong di sertai dengan senyum di bibirnya.
“Besok dia akan pindah ke WHS.”
“Jinjja?”
“Dia masih kelas 1, Gyu.”
“Nan arrayo ... sekalian besok hyung perkenalkan kau ke sahabat-sahabat Hyung,”
“Ahhh ... maaf mengganggu kalian,” Tn. Nam menyela, “Sung Gyu harus pulang dan mulai merapikan kembali rumahnya,”
“Oppa ...”
“Berhenti merengek Hye Jin-ssi ... kau sudah dewasa, istriku akan marah kalau dia mendengarmu memanggilku dengan kata itu,”
Ucapan Tn. Nam ditanggapi tawa renyah oleh keluarga baru Sung Gyu. Lengkap sudah kebahagiaan Sung Gyu. Imonya sudah datang dari Itali lengkap dengan seorang saudara untuk menemani Sung Gyu setiap harinya, Park Ahjumma sudah kembali padanya, Tn. dan Ny. Nam yang sudah seperti appa dan eomma kandungnya, Sung Gyu tidak kekurangan perhatian dengan appa eomma barunya. Lengkap sudah.

Karena aku yakin, Tuhan tidak kejam kepada para makhluknya. Suatu hari semuanya akan kembali pada tempatnya masing-masing.


TBC

0 komentar:

Posting Komentar